Dibangun dari Swadaya Warga, MTsS Labibia Masih Berjuang jadi Sekolah Negeri

Adam Jourdi Alfayed

Reporter

Senin, 28 Juli 2025  /  10:39 am

Kepala MTsS Kendari, Sukrim menerangkan, sekolah yang dipimpinnya lahir dari inisiatif masyarakat. Foto: Adam Jourdi Alfayed/Telisik.

KENDARI, TELISIK.ID - Di tengah geliat pembangunan pendidikan nasional, sebuah madrasah di Kota Kendari masih berjuang bertahan dengan segala keterbatasan. Madrasah Tsanawiyah Swasta (MTsS) Labibia, yang berdiri sejak tahun 1989, hingga kini belum juga menyandang status negeri. Padahal, kiprahnya dalam mendidik anak-anak di wilayah tersebut sudah berlangsung selama lebih dari tiga dekade.

Kepala MTsS Labibia, Sukrim mengisahkan, sekolah ini lahir dari semangat kolektif masyarakat setempat yang menginginkan hadirnya lembaga pendidikan berbasis Islam di lingkungan mereka. Bukan inisiatif pemerintah, melainkan dorongan warga yang merasa kebutuhan pendidikan di kampungnya tak boleh diabaikan.

“Tenaga kerja awalnya itu masyarakat sendiri, dan bangunan pertama kami hanya terdiri dari tiga kelas semi permanen. Tidak seperti sekarang yang sudah ada gedung bantuan dari Dinas Pendidikan,” ujar Sukrim, baru-baru ini.

Tahun 2000 menjadi titik penting dalam perjalanan fisik sekolah ini. Pemerintah memberikan bantuan pembangunan dua ruang kelas tambahan, menjadikan aktivitas belajar mengajar sedikit lebih layak.

Namun sayangnya, perkembangan tersebut tak serta merta membuat sekolah ini diakui sebagai negeri. Usulan demi usulan telah diajukan ke berbagai tingkatan pemerintahan, namun belum mendapat tanggapan positif.

Baca Juga: Paduan Ilmu dan Iman, MTs Al-Askar Kendari Ukir Prestasi Lewat Pendidikan Terintegrasi

“Kami sudah pernah mengusulkan ke Kementerian Agama Provinsi, bahkan langsung ke pusat, tapi hasilnya tetap sama. Sampai hari ini kami masih swasta,” katanya.

Kondisi tersebut diperparah oleh turunnya jumlah siswa. Jika dua tahun lalu sekolah ini masih mampu menampung sekitar 250 siswa, kini hanya tersisa sekitar 100 orang. Bahkan untuk peserta didik baru di kelas VII, jumlahnya hanya 27 siswa.

“Kami tidak tinggal diam. Kami ajak tokoh-tokoh masyarakat ikut bantu promosi. Kami juga turun ke Sekolah-Sekolah Dasar (SD) untuk mengenalkan sekolah ini langsung kepada siswa dan orang tua,” tambah Sukrim.

Meski dilanda keterbatasan, MTsS Labibia tetap menunjukkan prestasi. Sekolah ini dikenal aktif dalam bidang seni dan olahraga. Kelompok musik bambu dan kasidah menjadi ciri khas kegiatan ekstrakurikuler yang rutin dilatih, sementara tim sepak bola mereka sempat mengharumkan nama sekolah dengan meraih juara tiga di kompetisi lokal.

“Fokus utama kami di bidang seni, khususnya musik bambu tradisional. Kami juga punya program pembinaan di pramuka dan olahraga. Di sinilah kami bentuk karakter anak-anak,” jelasnya.

Baca Juga: SDN 2 Kendari Sekolah Favorit dengan Segudang Prestasi dan Program Unggulan

Namun semua itu tidak berjalan dengan mudah. Sebagai sekolah swasta kegiatan lomba, pembinaan siswa, hingga kebutuhan operasional harian banyak ditanggung secara pribadi oleh para guru.

“Kadang kalau ada lomba atau program kegiatan, kami harus urunan. Tidak ada anggaran resmi. Kami para guru di sini bukan hanya mengajar, tapi juga ikut membantu biayai sekolah,” ungkapnya

MTsS Labibia adalah cermin keteguhan sebuah lembaga pendidikan rakyat yang berjalan di atas fondasi gotong royong dan keikhlasan. Di saat banyak sekolah modern tumbuh dengan segala kemewahan, madrasah ini terus hidup, berdiri karena semangat dan keyakinan bahwa pendidikan bukan soal status, tetapi tentang keberlanjutan dan niat tulus untuk mencerdaskan anak bangsa. (C)

Penulis: Adam Jourdi

Editor: Kardin

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS