Disebut Surga Wisata, Wakatobi jadi Pusat Pelatihan Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Erni Yanti

Reporter

Rabu, 05 Juni 2024  /  7:37 am

Warga sedang mengelola sumber daya laut untuk dimanfaatkan dan dikembangkan. Foto:Ist

WAKATOBI, TELISIK.ID - Disebut surga wisata di Sulawesi Tenggara, Wakatobi menjadi pusat pelatihan pengelolaan kawasan konservasi perairan, Selasa (4/6/2024).

Kegiatan pelatihan Marine Protected Area Center of Excellence (MPA CoE) atau Pusat Pembelajaran Unggulan Kawasan Konservasi siklus 3 dilaksanakan di pusat pelatihan pengelolaan kawasan konservasi perairan Akademi Komunitas Kelautan dan Perikanan Wakatobi.

Selain itu, para alumni juga masih terus berupaya mempertahankan pengelolaan sumber daya laut yang bijak dan berkelanjutan.

Dalam sambutannya, Plt Kepala Pusat Pendidikan Kelautan dan Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan, Yayan Hikmayani mengatakan, masyarakat adat berperan penting dalam pemeliharaan ekosistem laut.

Kegiatan pelatiha pengelolaan kawasan konservasi perairan di Wakatobi. Foto:Ist

 

"Wilayah perikanan tradisional itu ada di kawasan konservasi, sehingga kegiatan Wakatobi MPA CoE ini telah menjadi inisiatif yang sangat strategis untuk menjaga sumber daya alam yang ada di kawasan konservasi," kata Yayan.

Baca Juga: Keunikan Tadoha Balu'a, Pasar dengan Transaksi Barter Barang di Festival Tangkeno Bombana

Sementara itu, Direktur Akademi Komunitas Kelautan dan Perikanan Wakatobi, Khairudin Isman mengatakan, kegiatan ini menjadi sebuah kesempatan untuk saling berbagi pengetahuan kepada peserta, terutama dari kelompok-kelompok yang telah menjadi ahli di bidangnya dan tentunya telah menerapkan praktik-praktik pengelolaan yang bijak.

Saat pelatihan pengelolaan rumput laut di Wakatobi. Foto: Ist

 

Hal itu bertujuan untuk meningkatkan kapasitas pengetahuan, dan pengalaman praktik langsung bagi para pengelola kawasan konservasi, praktisi, dan pegiat pengelolaan sumber daya perairan.

Wakatobi MPA CoE menawarkan empat tema utama pelatihan yang meliputi pengorganisasian komunitas, transformasi pasar, pemantauan keanekaragaman pesisir, laut, dan tata kelola kawasan konservasi perairan.

"Pada setiap tema tersebut memiliki pembagian porsi sebesar 30% untuk materi teori dan 70% untuk praktik langsung di lapangan bersama para praktisi dan komunitas yang terdapat di Wakatobi," katanya.

Salah satu penerima beasiswa pelatihan, Arip, anggota kelompok Konservasi Alam Bawah Laut (KABL) Desa Sukarame, Banten, mengatakan, dengan adanya pelatihan ini sangat bermanfaat untuk kelompoknya, terutama untuk mempelajari dan mengaplikasikan metode rehabilitasi terumbu karang yang baru.

Para peserta antusias mengikuti pelatihan. Foto: Ist

 

"Disana itu terumbu karangnya sudah rusak akibat praktik perikanan dan wisata yang tidak bertanggung jawab, maka kami yang tadinya sebagai Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) berinisiatif membentuk kelompok KABL yang fokus pada rehabilitasi terumbu karang.

Sejalan dengan Arip, Ari Sandy Muchtar yang mewakili Pengelola Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kolaka menyampaikan, melalui pelatihan ini, ia ingin meningkatkan kapasitas dalam pengorganisasian kelompok nelayan dan pembudidaya ikan yang berada dekat dengan kawasan konservasi perairan.

"Apalagi dengan adanya calon Kawasan Konservasi Daerah Kolaka dan Kolaka Utara ini, saya berkomitmen untuk mendukung pengelolaannya," kata Ari.

Kawasan konservasi perairan, di mana pada setiap tema tersebut memiliki pembagian porsi sebesar 30% untuk materi teori dan 70% untuk praktik langsung di lapangan bersama para praktisi dan komunitas yang terdapat di Wakatobi.

AKKP Wakatobi bersama Yayasan WWF Indonesia telah sepakat untuk terus berkolaborasi dalam mengimplementasikan program pelatihan Wakatobi MPA COE kedepannya.

Baca Juga: Pesona Kearifan Lokal dan Promosi Wisata Bombana, Festival Adat Maronene Hukaea Laea Bakal Digelar September

AKKP Wakatobi berharap, adanya pusat pelatihan ini akan menjadi rujukan pembelajaran mengenai pengelolaan kawasan konservasi di tingkat nasional maupun regional, terutama sebagai salah satu wilayah yang berada di Pusat Segitiga Karang Dunia.

Kegiatan yang dilaksanakan pada 28 Mei - 4 Juni 2024 ini dihadiri oleh 30 peserta. Inisiasi yang sudah dideklarasikan sejak 2019 ini telah menghasilkan alumni-alumni yang masih terus berkontribusi pada pengembangan kawasan konservasi perairan di daerahnya masing- masing.

Untuk menyukseskan kegiatan ini, AKKP Wakatobi menggandeng para narasumber-narasumber dari berbagai institusi dan kelompok, diantaranya Dinas Perikanan Kabupaten Wakatobi, Pengawas Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PSDKP), Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPDB).

Kemudian Balai Taman Nasional Wakatobi (BTNW), Koperasi Samata Padakkau, Kelompok Petani Rumput Laut Lagundi, Masyarakat Hukum Adat (MHA) Sarano Wali, dan Forum Kahedupa Toudani (Forkani), dan Yayasan WWF Indonesia. (C-Adv)

Penulis: Erni Yanti

Editor: Fitrah Nugraha

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS