Pesona Kearifan Lokal dan Promosi Wisata Bombana, Festival Adat Maronene Hukaea Laea Bakal Digelar September

Ahmad Jaelani, telisik indonesia
Minggu, 02 Juni 2024
0 dilihat
Pesona Kearifan Lokal dan Promosi Wisata Bombana, Festival Adat Maronene Hukaea Laea Bakal Digelar September
Rombongan Pemda Bombana berkumpul di Laica Kangkosa atau rumah adat Maronene. Foto: Melsandy Wauda/Telisik

" Festival Adat Maronene Hukaea Laea yang akan digelar di Kecamatan Lantari Jaya, Kabupaten Bombana, 4 hingga 5 September 2024, direncanakan digelar oleh Dinas Pariwisata Sulawesi Tenggara "

KENDARI, TELISIK.ID - Kabupaten Bombana akan menjadi pusat perhatian budaya dan pariwisata, melalui Festival Adat Maronene Hukaea Laea, yang akan digelar di Kecamatan Lantari Jaya, 4 hingga 5 September 2024 mendatang, direncanakan digelar oleh Dinas Pariwisata Sulawesi Tenggara.

Untuk itu Telisikers, mari mengenal Suku Moronene, salah satu dari empat suku besar di Sulawesi Tenggara selain suku Tolaki, Buton, dan Muna, seperti dikutip dari Wikipedia.org.

Menurut Antropolog Universitas Halu Oleo, Kendari, Sarlan Adi Jaya, Suku Moronene adalah suku asli pertama yang mendiami wilayah tersebut. Meskipun begitu, pamor suku Moronene kalah dibanding suku Tolaki karena pada abad ke-18 erajaan suku Moronene kalah dari kerajaan suku Tolaki.

Secara etimologi, istilah "Moronene" berasal dari gabungan dua kata dalam bahasa Moronene, yaitu "moro" yang berarti "serupa" dan "nene" yang berarti "resam" (sejenis tumbuhan paku yang hidup mengelompok).

Baca Juga: Melihat Keindahan Panorama dan Potensi Wisata Konawe Melalui Even Jelajah Alam

Hal ini merujuk kepada wilayah kediaman masyarakat suku Moronene yang banyak ditumbuhi resam. Tumbuhan resam biasanya hidup subur di daerah lembah atau pinggiran sungai yang mengandung banyak air, tempat yang cocok bagi suku Moronene yang dikenal sebagai petani, peramu, dan pemburu.

Rumah Adat Moronene di Kelurahan Taubonto dibangun secara bertahap sejak tahun 2018 oleh Pemkab Bombana. Foto: Hir Abrianto/Telisik

 

Dalam pelaksanaannya, sebelum menuju rumah adat (Laica Kangkosa), Penjabat (Pj) Bupati Bombana akan diterima dan disambut dengan ritual Mo’oli Wonua. Tradisi ini merupakan permohonan izin kepada pemilik kampung sebelum menggelar acara besar.

Ritual ini merupakan bagian penting dari adat istiadat suku Moronene yang menekankan penghormatan terhadap leluhur dan kekayaan budaya lokal. Kegiatan festival bakal dihadiri tokoh-tokoh penting dan menandakan dukungan yang kuat terhadap pelestarian budaya dan pengembangan pariwisata di Bombana.

Berbagai prosesi ritual adat akan memikat perhatian para pengunjung festival. Prosesi Mobeli Wonua dan Montewehi Wonua, yang melambangkan semangat membersihkan kampung dari tindakan yang tidak sesuai dengan adat, akan ditampilkan.

Ritual Mowea Nganga, yang berkaitan dengan pelaksanaan nazar atau niat baik, juga akan menjadi bagian dari festival. Puncak dari ritual ini adalah penjelmaan seekor kerbau putih sebagai simbol pembersihan kampung, menjadikan festival ini sebagai persembahan budaya yang penuh makna.

Meskipun menghadapi kendala dalam pembangunan desa, terutama karena melewati daerah konservatif, pemerintah setempat berkomitmen untuk membantu membangun infrastruktur, khususnya jalan, guna mendukung potensi pariwisata di kampung adat ini.

Kadis Pariwisata Bombana, Anisa, juga menegaskan bahwa kampung ini tidak hanya memelihara tradisi dan budaya secara turun-temurun, tetapi juga menjadi destinasi unik bagi wisatawan yang ingin merasakan kekayaan budaya dan kearifan lokal yang khas.

"Festival ini adalah untuk melestarikan nilai-nilai kampung adat dan mengenalkan serta mengembangkan Hukaea Laea," ujar Anisa.

Tari Lumense, mengisi setiap hajatan besar suku Moronene. Foto: Repro Wikipedia.org

 

Festival Adat Maronene Hukaea Laea bukan hanya menghidupkan kembali warisan leluhur, tetapi juga menjadi jendela bagi dunia untuk menyaksikan dan menghargai kekayaan budaya yang telah diwariskan dengan penuh kebanggaan oleh masyarakat setempat.

Festival ini diharapkan dapat menarik perhatian dunia terhadap keunikan budaya suku Moronene dan potensi wisata yang dimiliki oleh Kabupaten Bombana.

Anak-anak kampung adat Hukaea Laea bakal meramaikan festival dengan bermain egrang, menggunakan bambu berukuran dua hingga tiga meter sebagai pijakan. Permainan tradisional ini tidak hanya menghibur tetapi juga memperlihatkan keterampilan dan keahlian anak-anak dalam menjaga keseimbangan, yang merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari mereka.

Warga setempat, Evi Yusuf, saat dihubungi Telisik.id mengungkapkan bahwa Desa Ranokomea di Kecamatan Poleang Barat, sekitar 102 km dari ibu kota Kabupaten Bombana, merupakan destinasi wisata yang menarik.

Desa ini dapat ditempuh sekitar satu jam dari ibu kota kabupaten dengan menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat. Ranokomea memiliki beberapa destinasi menarik, seperti Pulau Kondo dan Danau Laponu-ponu, serta Pantai Karang Ampat yang baru saja dikembangkan.

Baca Juga: Nantikan Festival Budaya Burangasi Buton Selatan Bakal Digelar September

Di Desa Ranokomea juga terdapat Taman Teknologi Pertanian (TTP), yang menjadi objek destinasi agrowisata. Pengunjung dapat menikmati produk-produk olahan yang diproduksi oleh kelompok binaan TTP, seperti produk dari kelapa dan pisang yang dipajang di gerai-gerai setempat.

Sebagai Informasi, Kepala Dinas Pariwisata Sulawesi Tenggara, Belli Harli Tombili, menyatakan bahwa target kunjungan wisatawan ke Sulawesi Tenggara pada tahun 2024 adalah 16,8 juta orang per tahun.

Ia berharap festival ini tidak hanya menarik wisatawan untuk berkunjung, tetapi juga dapat mendorong kesejahteraan masyarakat setempat.

Belli juga mengumumkan bahwa pada tahun 2024, pihaknya akan meluncurkan 57 acara, yang terdiri dari 8 acara provinsi, 46 acara kabupaten/kota, dan 3 acara swasta dan masyarakat. Meskipun jumlah acara mengalami penurunan dari 71 acara pada tahun sebelumnya, ia berharap kualitas acara makin meningkat. A (Adv)

Penulis: Ahmad Jaelani

Editor: Haerani Hambali

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baca Juga