Jadi Penggerak Agroliterasi di Mubar, Pemuda Ini Terinspirasi Film Gie
Reporter Muna Barat
Minggu, 24 April 2022 / 1:24 pm
MUNA BARAT, TELISIK.ID - Seorang pemuda asal Desa Marobea, Kabupaten Muna Barat yang berkecimpung di dunia literasi buku, La Ode Abdul Wahid, awalnya hanya kagum terhadap sosok demonstran Soe Hoek Gie.
La Ode Abdul Wahid mengungkapkan, awal ia berkecimpung di dunia literasi hanya dilatarbelakangi oleh buku catatan seorang demonstran dan film Gie, kemudian berkelanjutan sampai ia berhasil membangun Pustaka Barakati Mubar dengan mengintegrasikan literasi dan tani.
"Saya akrab dengan dunia literasi, karena aktif juga di pers kampus, semenjak 2016-2019, meskipun hanya dalam lingkup Fakultas Teknik," ungkapnya pada Telisik.id, Minggu (24/4/2022).
Namun Wahid, sapaan akrabnya, mengungkapkan bahwa ia berkecimpung di dunia literasi secara resmi semenjak tahun 2018, ditandai saat ia mulai bergabung pada komunitas Pustaka Kabanti Kendari, yang awalnya hanya sekedar mencoba menulis, meskipun waktu itu tulisannya tanpa guru atau mentor, otodidak.
"Tapi hanya sebatas tulisan kritik, dan pada waktu 2016 pemahaman saya masih sempit tentang literasi," ucapnya.
Wahid mengakui bahwa ketika masuk dalam Komunitas Pustaka Kabanti, ia mulai memahami literasi secara umum dan lebih luas lagi, dengan diperkuat mengikuti beberapa kegiatan literasi baik di Kendari maupun Makassar.
Baca Juga: THR PNS dan CPNS di Wakatobi Segera Cair 25 April
"Di sini pemahaman literasi saya sudah mulai luas, tidak seperti awal yang hanya sekedar ke Gie-Gie-an," ucapnya.
Sehingga, dengan bekal-bekal ilmu yang ia dapatkan selama menjadi mahasiswa, maka saat ini ia beserta kawannya yang juga anggota Pustaka Kabanti Kendari, berhasil membangun Pustaka Barakati Mubar. Harapannya, dengan adanya ini masyarakat atau kaum muda tertarik dengan dunia literasi.
Saat ini kaum muda lebih banyak memilih menggunakan gawai daripada membaca buku, di mana gawai sebenarnya merupakan salah satu perangkat literasi, tepatnya perangkat literasi digital dan sangat mudah diakses. Terdapat banyak pengetahuan di dalamnya. Harapannya dengan penggunaan gawai ini, kaum muda dapat memanfaatkannya dalam hal positif. Tetapi mengais pengetahuan itu lebih baik melalui buku cetak.
"Ketimbang gawai, mengais ilmu pengetahuan melalui media cetak itu lebih baik, sebab kalau gawai banyak godaannya, seperti ada media sosialnya, game, dan lain-lain," tuturnya.
Baca Juga: Terjadi Lonjakan Pemudik di Jatim, Ini yang Dilakukan Pemerintah
Lanjutnya, untuk mengarahkan anak-anak serta kaum muda untuk lebih tertarik pada buku bacaan, maka ia mencoba menerapkan sebuah konsep Agroliterasi. Yang telah diperkenalkan Irsan dalam buku Agroliterasi, maupun Muhidin M Dahlan (penulis buku Tuhan Izinkan Aku Jadi Pelacur) dalam artikel singkatnya yang berjudul agroliterasi.
Konsep Agroliterasi itu, artinya mengintegrasikan literasi dan dunia tani dengan kata lain kita tidak hanya bertani saja, tetapi bertani dengan mencoba memanfaatkan pengetahuan (literasi).
"Ketika konsep ini berhasil atau cara bertani sukses, masyarakat pasti akan berpikir bahwa ternyata banyak manfaat dari membaca buku itu," tutupnya. (C)
Reporter: Putri Wulandari
Editor: Haerani Hambali