Kekerasan Perempuan dan Anak di Sulawesi Tenggara Marak, Tertinggi Kendari dan Baubau

Erni Yanti

Reporter

Kamis, 03 Juli 2025  /  1:48 pm

Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (DP3A PPKB) Sulawesi Tenggara, Zanuriah saat diwawancarai. Foto: Erni Yanti/Telisik.

KENDARI, TELISIK.ID - Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3A PPKB) Sulawesi Tenggara (Sultra), mengungkapkan data terkini terkait kekerasan terhadap perempuan dan anak yang terjadi sepanjang 2024 sampai semester I tahun 2025.

Berdasarkan data dari aplikasi Simfoni PPA (Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak), tercatat sebanyak 40 kasus kekerasan yang dilaporkan di wilayah Sultra untuk semester 1 tahun 2025.

Distribusi kasus tersebut tersebar di sejumlah kabupaten/kota, antara lain:

Kota Kendari: 7 kasus

Kota Baubau: 6 kasus

Kolaka Utara: 6 kasus

Kabupaten Kolaka: 3 kasus

Kabupaten Konawe Selatan: 3 kasus

Kabupaten Bombana: 2 kasus

Kabupaten Konawe: 2 kasus

Kabupaten Buton: 1 kasus

Kolaka Timur: 1 kasus

Baca Juga: Kekerasan Seksual Anak di Sultra Meningkat

"Angka ini mencerminkan laporan dari masyarakat baik secara langsung ke kantor DP3A maupun melalui kanal digital seperti layanan SAPA 129 dan sistem pelaporan online lainnya," jelas Zanuriah DP3A PPKB, Kamis (3/7/2025).

Sementara itu, berdasarkan data tahun 2024, jumlah total korban perempuan dan anak yang mengalami kekerasan berdasarkan bentuknya adalah:

Kekerasan fisik: 201 kasus

Kekerasan psikis: 62 kasus

Kekerasan seksual: 244 kasus

Eksploitasi: 2 kasus

Trafficking (perdagangan orang): 1 kasus

Penelantaran: 28 kasus

Lain-lain: 32 kasus

Dari sisi lokasi kejadian, tempat paling banyak terjadi kekerasan adalah rumah tangga, yaitu sebanyak 106 kasus, disusul oleh:

Fasilitas umum: 11 kasus

Lembaga pendidikan: 1 kasus

Sekolah: 1 kasus

Tempat kerja: 1 kasus

DP3A PPKB menyampaikan, masih ada tantangan dalam menjangkau korban di daerah terpencil akibat keterbatasan anggaran dan akses geografis. Namun, tim tetap berupaya maksimal melakukan pendampingan langsung apabila memungkinkan.

Baca Juga: Kekerasan Perempuan dan Anak di Buton Selatan Meningkat Tahun 2024

"Kadang kami tidak bisa menjangkau lokasi yang jauh, apalagi jika tanpa dukungan anggaran. Tapi jika lokasinya dekat, kami tetap akan turun langsung tanpa menunggu," kata Zanuriah.

Ia juga mengimbau kepada seluruh masyarakat, khususnya para korban kekerasan, agar tidak takut melapor.

Menurutnya, banyak korban memilih diam karena takut atau malu, padahal pelaporan sangat penting untuk mencegah terjadinya pembiaran.

"Laporkan jika mengalami kekerasan. Jangan pendam sendiri. Dengan melapor, kami bisa membantu dan mengambil langkah perlindungan secepatnya," pungkasnya. (C)

Penulis: Erni Yanti

Editor: Kardin

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS