Sosok Gustika Jusuf, Cucu Bung Hatta Sindir Penguasa RI Lewat Batik Motif Slobog
Ahmad Jaelani, telisik indonesia
Rabu, 20 Agustus 2025
0 dilihat
Gustika Jusuf hadir di Istana, sindir penguasa lewat batik slobog. Foto: Instagram@gustikajusuf
" Cucu Bung Hatta ini tampil mengenakan kebaya hitam dipadu kain batik motif slobog, busana yang ternyata menyimpan pesan sindiran terhadap penguasa negeri "

JAKARTA, TELISIK.ID - Gustika Jusuf Hatta menarik perhatian saat menghadiri Upacara Bendera 17 Agustus di Istana Merdeka. Cucu Bung Hatta ini tampil mengenakan kebaya hitam dipadu kain batik motif slobog, busana yang ternyata menyimpan pesan sindiran terhadap penguasa negeri.
Dalam kehadirannya yang terlihat sederhana, Gustika membawa makna simbolis dari busana tersebut.
Kebaya hitam yang ia kenakan bukanlah hal baru, karena sebelumnya pakaian itu juga sering digunakan saat dirinya mengikuti Aksi Kamisan.
Aksi tersebut merupakan bentuk protes yang dilakukan setiap hari Kamis di depan Istana Negara untuk menuntut keadilan bagi korban pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) di Indonesia.
“Motif slobog biasa dikenakan pada suasana duka: slobog berarti longgar atau terbuka, melambangkan pelepasan dan pengantaran,” tulisnya dalam unggahan di Instagram@gustikajusuf, dikutip telisik.id, Rabu (20/8/2025).
Ia menambahkan bahwa kain tersebut umumnya dipakai dalam prosesi pemakaman sebagai simbol merelakan sekaligus mendoakan jalan yang lapang bagi yang telah pergi.
Dengan busana itu, Gustika menyampaikan kritik terselubung terhadap kondisi politik tanah air. Ia kemudian menjelaskan lebih terang terkait keprihatinannya atas pemerintahan baru.
Baca Juga: Mengenal Kolonel Amril, Prajurit Kopassus yang Pimpin Detik-detik Proklamasi 2025
“Di hari kemerdekaan tahun ini, rasa syukurku bercampur dengan keprihatinan atas luka HAM yang belum tertutup. Bahkan kini kita dipimpin oleh seorang Presiden penculik dan penjahat HAM, dengan Wakil anak haram konstitusi,” ungkap Gustika.
Ia menegaskan bahwa pilihan busana tersebut akan terus dipakai sebagai bentuk protes diam.
“Anggap saja ini sebagai protes diam-diam, kalau boleh, dan cara untuk merangkul warisan Jawa 1/8 saya + cara untuk menyampaikan perasaan terdalam saya. Mungkin akan terus begini selama lima tahun ke depan,” jelasnya.
Meski menyoroti kondisi politik, Gustika tetap berusaha memaknai simbol kain slobog secara positif.
“Merayakan adalah memanjatkan doa dan harapan, sebagaimana makna kain slobog itu sendiri, yang mengingatkan pada batas antara yang pergi dan yang tinggal, yang dimaknai sebagai doa akan keselamatan dalam peralihan. Simbol bahwa dari duka pun kita bisa menyemai harapan,” ungkapnya.
Melansir suara.com jaringan telisik.id, Gustika Fardani Jusuf Hatta lahir pada 19 Januari 1994 dari pasangan Halida Nuriah Hatta dan Gary Rachman Makmun Jusuf.
Halida merupakan putri bungsu Bung Hatta dan Rahmi Hatta. Perempuan berusia 31 tahun ini kini aktif sebagai aktivis dan dikenal kritis terhadap pemerintah.
Selain kiprah politiknya, Gustika juga memiliki latar belakang akademis yang kuat. Ia meraih gelar Bachelor of Art di bidang War Studies, sempat menempuh studi di Institut D’etudes Politiques de Lyon, serta mengambil kursus di University of Geneva dan The Hague Academy of International Law.
Minatnya meliputi hukum internasional, perlindungan warisan budaya, hingga isu strategis di Asia Tenggara.
Baca Juga: Sosok Ayu Aulia: Model Majalah Dewasa Pernah Murtad Kembali Mualaf di Tengah Skandal Ridwan Kamil dan Lisa Mariana
Tak hanya di dunia akademik, Gustika juga aktif di forum internasional. Ia pernah menjadi delegasi muda di Konferensi Perubahan Iklim PBB pada 2012 dan Forum Pemuda UNESCO.
Selain itu, ia kerap menyuarakan kampanye kesetaraan gender dan hak asasi manusia, menjadikannya sebagai salah satu aktivis muda yang cukup vokal di Indonesia.
Dengan latar belakang tersebut, kehadiran Gustika di Istana pada perayaan kemerdekaan bukan sekadar simbol keluarga proklamator.
Ia menggunakan kesempatan itu untuk mengingatkan bahwa perjuangan hak asasi manusia masih belum selesai, dan sindirannya melalui batik slobog menjadi bentuk kritik yang penuh makna. (C)
Penulis: Ahmad Jaelani
Editor: Kardin
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS