Kota Kalosara: Identitas Konawe yang Tak Tergantikan

Sigit Purnomo

Reporter

Sabtu, 24 Agustus 2024  /  10:51 pm

Sejarawan hingga tokoh Adat Tolaki beber, Kota Kalosara merupakan identitas Konawe yang tak tergantikan. Foto: Ist

KONAWE, TELISIK.ID – Kalosara adalah identitas Kota Unaaha yang tidak tergantikan oleh nama lain. Konawe bukanlah kota atau daerah tanpa identitas. Ibu Kota Kabupaten Konawe, yang dulunya dikenal sebagai Kabupaten Kendari, dirancang oleh pendahulu sebagai Kota Kalosara, dengan pusat Ibu Kota di Inolobunggadue.

Pusat Ibu Kota Kabupaten memiliki bentuk melingkar yang dihubungkan oleh jaringan jalan serta wilayah pemerintahan di bawahnya. Pusat perkantoran terletak di Unaaha (sebagai sentral), yang kemudian menghubungkan wilayah-wilayah lain, seperti pusat kebudayaan dan aktivitas manusia yang berhubungan dengan budaya.

Kota Kalosara sebagai konsep identitas Kota Unaaha menggabungkan politik tradisional dengan pemerintahan modern. Konsep pemerintahan memusat ke daerah.

Patron masyarakat adat Tolaki adalah Kalosara yang mengatur tatanan kehidupan suku Tolaki, dari pusat kemudian menyebar, dengan pola pembangunan yang fokus dan menyeluruh.

Konsep konsentrik kota dari pusat ke pinggiran dan pedalaman diterapkan, dengan lingkaran konsentrik dari hulu ke hilir. Konsep Medulu Mepokoaso sebagai semangat pembangunan Kabupaten Kendari, yang kini dikenal sebagai Kabupaten Konawe, tertuang dalam Kalosara.

Baca Juga: KPU Konawe Kepulauan Buka Pendaftaran Pasangan Calon Bupati-Wakil Bupati Pilkada 2024

Lingkaran Kalo dihubungkan oleh jaring-jaring delapan penjuru mata angin. Dari ibu kota sebagai sentral, wilayah kecamatan dan desa terhubung secara efektif.

Kota dan cakupannya serta evolusi Kota Unaaha bukanlah Kota Padi. Wonua berarti negeri dan bukan kota, sehingga tidak tepat jika diartikan demikian.

Kedudukan Inolobunggadue pada masa lalu berada di tengah atau pusat jika diperhatikan dari wilayah Siwole Mbatohuno dan kedudukan Pitutula Batuno Konawe serta pejabat kerajaan yang berlokasi di Inolobunggadue sebagai titik pusat wilayah Konawe.

Sejarawan dan budayawan Tolaki, Basrin Melamba, mengatakan bahwa berdasarkan site plan, Kota Unaaha terpusat dan menyebar mengikuti pola kota konsentrik. Hal ini sejalan dengan konsep pemerintahan kerajaan Konawe yang juga menggunakan pola konsentrik.

Artinya, menurut Melamba, Kota Unaaha melanjutkan konsep Ibu Kota Kerajaan Konawe, dari kota kuno menuju kota modern.

"Ibu kota harus memiliki identitas lokal yang unik, bukan identitas lain. Konawe sebagai pusat wilayah, sedangkan Unaaha sebagai pusat ibu kota kerajaan dan kabupaten," ungkap Basrin Melamba, Peneliti Universitas Haluoleo.

Melamba menjelaskan bahwa hampir setiap kota kuno di nusantara yang kemudian menjadi ibu kota memiliki identitas budaya, seperti Sumbu Filosofis di Yogyakarta.

"Pasca Perjanjian Giyanti 1755, Pangeran Mangkubumi membangun Keraton sebagai bagian dari tata kota yang diciptakan berdasarkan filosofi mendalam tentang hubungan manusia dengan Tuhan, alam, dan antar manusia. Konsep rancangan kota mencerminkan perjalanan hidup manusia dari lahir hingga mati, tertuang dalam Sumbu Filosofi yang menghubungkan Panggung Krapyak – Keraton – Tugu Pal Putih," jelas Melamba.

Lebih jauh, Melamba menerangkan bahwa jika melihat kantor daerah atau jalan perkantoran, ada tiga bundaran jalan melingkar, dengan kantor menghadap ke arah makam Mokole Lakidende. Ini menunjukkan bahwa Unaaha sebagai Kota Kalosara ditetapkan melalui perenungan filosofis dan historis oleh rapat pembesar Tolaki dan tokoh adat.

Baca Juga: Pemkab Konawe Teken MoU Pengolahan Sampah Bersama PT PLN Energi Primer Indonesia

"Masih ada saksi dari masa Bupati Andrey Djufri, SH, dan Ketua Bappeda Drs. H. Razak Porosi yang menetapkan Unaaha sebagai Kota Kalosara melalui rapat pembesar Tolaki dan tokoh adat," terang Melamba.

Kota Kalosara telah dikuatkan oleh tokoh adat seperti Abdul Ginal Sambari, anggota DPRD Konawe dan Ketua Lembaga Adat Tolaki (LAT) Konawe.

Ginal menegaskan bahwa Konawe bukan kota, melainkan Wonua Kalosara, sesuai dengan dasar yang diletakkan oleh leluhur sejak dahulu. Konawe adalah pusat peradaban suku Tolaki, dengan budaya-budaya suku Tolaki yang hanya ada di Konawe dan Mekongga.

Senada dengan Ginal Sambari, tokoh pemuka adat Tolaki Sultra, Bisman Saranani, mengaku sebagai pelaku sejarah filosofi dan histori Kota Kalosara.

"Saya selalu terlibat dalam perencanaan tata kota Unaaha. Ur. Nokke Pati, arsiteknya, tinggal di rumah (alm) H. Wuata Saranani, dan saya sering mengantarnya ke Unaaha sekitar tahun 1982/1983," terangnya. (A)

Penulis: Sigit Purnomo

Editor: Fitrah Nugraha

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS