Masih Eksis hingga 2025, Ini 8 Perusahaan dari Era Kolonial yang Susah Mati di RI

Ahmad Jaelani

Reporter

Selasa, 19 Agustus 2025  /  11:33 am

Kapal Api bertahan sejak kolonial, kini kuasai pasar kopi nasional Indonesia. Foto: Repro Antara.

JAKARTA, TELISIK.ID - Selama hampir delapan dekade setelah Indonesia merdeka, ribuan perusahaan hadir di berbagai sektor dengan beragam peran. Banyak di antaranya lahir dari gagasan dan investasi anak bangsa, sementara sebagian lainnya datang dari luar negeri.

Namun di tengah dinamika bisnis modern yang kian kompetitif, masih ada perusahaan yang justru telah lebih dahulu hadir sejak masa kolonial, terus beradaptasi, dan bertahan hingga era digital saat ini.

Perusahaan-perusahaan tersebut bukan hanya bertahan menghadapi tantangan zaman, tetapi juga berkontribusi bagi perekonomian nasional. Mereka membuka lapangan kerja, membayar pajak, memberdayakan masyarakat, serta mentransfer pengetahuan yang menjadi fondasi industri di Indonesia.

Kehadiran mereka menjadi bukti bahwa sejarah dan modernitas bisa berjalan berdampingan, selama ada kemampuan beradaptasi dengan kebutuhan zaman.

Telisikers, berikut delapan perusahaan era kolonial yang tetap bertahan dan relevan hingga kini:

1. Unilever Indonesia

Melansir CNBC Indonesia, Selasa (19/8/2025), Unilever berawal dari merger Margarine Unie (Belanda) dan Lever & Co (Inggris) pada 1 Januari 1930. Tiga tahun kemudian, perusahaan mendirikan pabrik sabun pertama di Angke, Jakarta Utara. Dari sanalah perjalanan panjang Unilever di Indonesia dimulai.

Produk-produk Unilever menjadi bagian dari keseharian masyarakat Indonesia. Merek seperti Rinso, Lifebuoy, Pepsodent, hingga Sunlight bahkan sering digunakan sebagai kata ganti fungsi produk sejenis.

Hari ini, Unilever hadir hampir di setiap rumah melalui merek makanan, minuman, produk perawatan tubuh, hingga kebutuhan rumah tangga.

Baca Juga: Klaim Tak Ada Kenaikan Pajak 2026, Kemenkeu Fokus Tunggu Setoran Rakyat Rp 2.700 Triliun

Selain bisnis, Unilever juga dikenal sebagai pelopor laporan keberlanjutan di Indonesia sejak 2001 dan perusahaan pertama yang menerapkan Sistem Jaminan Produk Halal jauh sebelum regulasi resmi berlaku pada 2019.

2. PT Pos Indonesia

Pos Indonesia lahir pada 26 Agustus 1746 ketika Gubernur Jenderal VOC Gustaaf Willem Baron van Imhoff mendirikan kantor pos pertama di Batavia.

Tujuannya sederhana, untuk memperlancar arus perdagangan. Dari sana, kantor pos berkembang pesat hingga menjangkau kota-kota besar di seluruh Indonesia.

Hingga kini, Pos Indonesia terus hadir dengan peran penting dalam logistik, layanan keuangan, dan penyaluran bantuan sosial. Transformasi digital juga dilakukan melalui layanan kurir modern, dukungan bagi UMKM, serta produk keuangan inklusif.

3. Bank Rakyat Indonesia (BRI)

Sejarah BRI bermula pada 16 Desember 1895 ketika Raden Bei Aria Wirjaatmadja mendirikan lembaga simpan pinjam untuk membantu guru dan pegawai agar tidak terjerat rentenir.

Dari kas masjid Purwokerto, BRI tumbuh menjadi salah satu bank terbesar di Indonesia.

Kini, BRI dikenal sebagai bank rakyat dengan fokus pada sektor UMKM. Sekitar 44,67% penyaluran kredit bank ini berasal dari sektor tersebut. Dengan 1,2 juta agen BRILink, BRI menjadi ujung tombak inklusi keuangan yang menjangkau masyarakat hingga pelosok desa.

4. Sido Muncul

Perusahaan jamu ini berawal dari pasangan pengusaha susu dan roti di Ambarawa pada 1930-an, yang kemudian meracik jamu masuk angin. Produk tersebut berkembang menjadi Tolak Angin, yang kini dikenal luas di Indonesia.

Pada 1951, Sido Muncul resmi berdiri dan terus berekspansi. Produk-produknya tidak hanya Tolak Angin, tetapi juga berbagai jamu dan minuman kesehatan lain seperti Kuku Bima Energi, Tolak Linu, dan Kopi Jahe.

Kini, Sido Muncul menjadi salah satu produsen jamu modern terbesar di Asia Tenggara.

5. Semen Padang

Didirikan pada 18 Maret 1910 di Indarung, Sumatera Barat, Semen Padang adalah pabrik semen pertama di Asia Tenggara. Awalnya bernama NV Nederland Indische Portland Cement Maatschappij (NIPCM), perusahaan ini kemudian dinasionalisasi pada 1957 menjadi Semen Padang.

Produk semen dari pabrik ini menjadi fondasi banyak bangunan bersejarah, mulai dari Monas, Jembatan Semanggi, hingga gedung DPR/MPR. Saat ini, Semen Padang terus berinovasi dengan produk ramah lingkungan seperti bata interlock yang tahan gempa dan lebih efisien.

6. Kapal Api

Sejarah Kapal Api berawal dari 1920-an ketika Go Soe Loet memulai usaha kopi rumahan di Surabaya. Anak perusahaannya kemudian mendirikan PT Santos Jaya Abadi dan memperluas bisnis kopi dengan merek Kapal Api.

Pada 1970-an, Soedomo Mergonoto membawa Kapal Api menjadi brand kopi nasional dengan kualitas yang konsisten. Kini, Kapal Api menguasai lebih dari 60% pasar kopi di Indonesia dan merambah bisnis kafe melalui Excelso, selain meluncurkan berbagai produk seperti Kopi ABC dan Good Day.

7. Pegadaian

Didirikan pada 1901, Pegadaian lahir untuk menjawab kebutuhan masyarakat akan akses keuangan cepat melalui sistem gadai.

Baca Juga: Pemeliharaan Masjid Al-Alam Terbengkalai, Anggaran Bantuan Pemprov Sulawesi Tenggara Tak Pernah Ada Lagi

Kini, Pegadaian bukan hanya tempat gadai, tetapi juga penyedia layanan keuangan modern, termasuk tabungan emas, pembiayaan, hingga pemberdayaan UMKM.

Pegadaian memiliki lebih dari 4.000 outlet dan ratusan ribu agen, serta akses digital melalui aplikasi. Perusahaan ini terus mendukung inklusi keuangan dengan layanan yang menjangkau seluruh lapisan masyarakat.

8. Kimia Farma

Kimia Farma menjadi perusahaan farmasi pertama di Indonesia, berdiri pada 1817 dengan nama NV Chemicalien Handle Rathkamp & Co. Perusahaan ini awalnya didirikan pemerintah kolonial untuk memenuhi kebutuhan obat-obatan modern di Hindia Belanda.

Pada 1958, perusahaan ini dinasionalisasi menjadi Kimia Farma. Seiring perkembangan, Kimia Farma berekspansi dengan memperluas jaringan apotek dan diversifikasi produk kesehatan. Kini, Kimia Farma juga menjadi perusahaan publik yang memainkan peran penting dalam industri farmasi nasional. (C)

Penulis: Ahmad Jaelani

Editor: Kardin

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS