Mengenal Tarian Lulo Alu Asal Sulawesi Tenggara, Tampil di Istana Merdeka Saat Penurunan Bendera Pusaka

Ahmad Jaelani

Reporter

Sabtu, 17 Agustus 2024  /  6:24 pm

Para Penari asal Sulawesi Tenggara, memeragakan Tarian Lulo Alu di Istana Merdeka. Foto: YouTube@sekretariat presiden

JAKARTA, TELISIK.ID - Tarian tradisional asal Sulawesi Tenggara (Sultra), Lulo Alu, mendapat sorotan saat tampil di upacara penurunan bendera Merah Putih, rangkaian Hari Ulang Tahun (HUT) ke-79 Republik Indonesia, di halaman Istana Merdeka, Jakarta, Sabtu (17/8/2024) sore.

Tarian ini, yang berasal dari Kabupaten Bombana, Sultra, menampilkan keindahan budaya lokal yang sarat akan makna dan sejarah, memberikan sentuhan khas Nusantara dalam perayaan nasional tersebut.

Pantauan telisik.id dari YouTube @sekretariat presiden, Presiden RI, Joko Widodo (Jokowi), memimpin upacara penurunan bendera di Ibu Kota Nusantara (IKN), Kalimantan Timur. Namun perhatian banyak pihak juga tertuju pada penampilan Lulo Alu yang ditampilkan oleh para penari dari Sultra di Istana Merdeka.

Upacara ini dimulai dengan bunyi terompet pertama pada pukul 15:27 WIB dan diikuti oleh tiupan terompet kedua pada pukul 15:32 WIB, sebagai penanda dimulainya prosesi yang khidmat.

Baca Juga: Formasi 8 Jet Tempur F-16 Membelah Langit IKN, Begini Spesifikasinya

Lulo Alu adalah tarian yang memiliki akar kuat dalam tradisi masyarakat Tokotua, Kabupaten Bombana.

Tarian ini sejak dahulu kala telah menjadi bagian penting dari ritual adat untuk mengungkapkan rasa syukur kepada Sang Pencipta atas hasil panen yang melimpah, khususnya beras, yang pada masa lalu menjadi salah satu sumber kekuatan ekonomi dan penopang Kesultanan Buton.

Gerakan dalam tarian ini menggambarkan aktivitas sehari-hari masyarakat, seperti menumbuk padi dan menapis gabah, di mana para penari menggunakan alat tradisional seperti alu (penumbuk padi) dan nyiru.

Dalam penampilannya, tarian ini dibawakan oleh 12 penari yang terbagi dalam dua kelompok. Delapan penari laki-laki memegang alu, yang melambangkan proses penumbukan padi, sedangkan empat penari perempuan membawa nyiru dan saputangan yang digunakan untuk menapis gabah.

Kostum yang dikenakan para penari juga mencerminkan ciri khas Kabaena, dengan dominasi warna hitam serta aksen kuning dan merah yang menambah kesan elegan namun tetap tradisional.

Baca Juga: Profil Muhammad Adam Septia Keulana, Komandan Kompi Paskibraka di IKN

Tarian Lulo Alu terus dilestarikan oleh masyarakat Sultra hingga kini dan seringkali dipentaskan dalam upacara adat untuk menyambut tamu-tamu penting yang berkunjung ke daerah Tokotua.

Selain itu, tarian ini juga kerap diperlombakan dalam berbagai acara, termasuk peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia, dari tingkat sekolah dasar hingga umum.

Sebelumnya diberitakan telisik.id, pada tahun 2024 ini, sebanyak lima puluh penari kolosal Lulo Alu dari Sultra diberi kehormatan untuk tampil dalam upacara penurunan bendera di Istana Negara.

Mereka terdiri dari 40 penari asal Kota Kendari dan 10 penari lainnya berasal dari Kabupaten Bombana. (C)

Penulis: Ahmad Jaelani

Edito: Mustaqim

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS