Musim Kemarau Basah Berkat La Nina Lemah, Petani Untung Besar

Nur Fauzia

Reporter

Kamis, 10 Oktober 2024  /  8:48 am

Kepala Stasiun Klimatologi Sulawesi Tenggara, Aris Yunatas. Foto: Nur Fauzia/Telisik

KENDARI, TELISIK.ID - Masyarakat Kota Kendari patut bersyukur karena musim kemarau tahun ini berbeda dari biasanya. Meskipun masih berada di puncak musim kemarau, fenomena La Nina dalam fase lemah memberikan dampak positif bagi wilayah Sulawesi Tenggara.

Kepala Stasiun Klimatologi Sulawesi Tenggara, Aris Yunatas saat ditemui di salah satu kegiatan menyampaikan, musim kemarau diawali pada bulan Juli kemudian pada bulan Agustus hingga Oktober merupakan puncak dari musim kemarau.

"Sekarang kita masih puncak musim kemarau, bulan Oktober masih musim kemarau, cuma di musim kemarau kali ini ada fenomena La Nina netral namun ketika kita melihat secara detail sebenarnya kita berada di posisi La Nina dalam fase lemah," ujarnya, Kamis (10/10/2024).

Kata dia, musim kemarau dalam keadaan La Nina fase lemah sangat menguntungkan. Dampak musim kemarau seperti kebakaran hutan dan lahan, kekeringan lahan pertanian, dan kekurangan air bersih, tidak terjadi karena ada hujan-hujan pada musim kemarau.

Baca Juga: Puncak Musim Kemarau September 2024: Hutan Enam Kabupaten di Sultra Potensi Terbakar

"Beberapa hari ini kita mengalami hujan di wilayah Sulawesi Tenggara karena adanya fenomena gelombang Rossby yang sedang aktif di wilayah kita," ungkapnya.

Fenomena gelombang Rossby dan gelombang Kelvin, sambung Aris, sangat mempengaruhi dinamika cuaca. Artinya pada musim kemarau tidak menutup kemungkinan adanya hujan akibat fenomena tersebut.

"Ini yang menjadi informasi kami juga kepada petani dan penyuluh sehingga petani bisa merencanakan tanam lebih bagus lagi dan tidak ada gagal panen seperti tahun 2023 lalu, dimana wilayah kita ada El Nino dalam fase moderat yang menyebabkan kekeringan," tutup Aris.

Baca Juga: La Nina Mengancam, Potensi Banjir Tanah Air di Tengah Musim Kemarau Agustus

Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Kota Kendari, Sahuriyanto Meronda menambahkan, tahun ini bagian pertanian sukses melakukan panen karena adanya fenomena La Nina di musim kemarau.

Salah satunya yaitu panen padi di sawah Amolaho, Baruga Kendari, yang mencapai sembilan ton per hektare. Berbeda dengan tahun lalu akibat fenomena El Nino yang menyebabkan kekeringan lahan, menyebabkan petani gagal panen.

La Ode Dia, salah satu pedagang beras di Pasar Panjang, mengungkapkan, bahwa saat ini harga beras sedang dalam penurunan harga yang signifikan. Penurunan harga tersebut disebabkan oleh melimpahnya pasokan dari daerah penghasil padi yang sedang panen raya. (A)

Penulis: Nur Fauzia

Editor: Haerani Hambali

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS