Perempuan di Negara Ini Dapat Duit Rp 23 Juta Jika Melahirkan Anak di Tahun 2022
Reporter
Selasa, 15 Februari 2022 / 3:26 pm
SEOUL, TELISIK.ID - Pemerintah Korea Selatan akan memberikan sejumlah uang kepada perempuan yang melahirkan anak di tahun 2022 sebesar 2 juta won atau setara dengan Rp 23 juta.
Dilansir dari Suara.com - jaringan Telisik.id, orang tua yang mendaftarkan kelahiran anaknya per 1 Januari 2022, berkesempatan mendapatkan voucher senilai Rp 23,6 juta dan menukarkannya secara online atau pun di pusat komunitas lokal.
Keputusan itu berdasarkan data yang memperlihatkan bahwa Korea Selatan memiliki tingkat kesuburan terendah secara global dibandingkan dengan negara-negara lainnya.
Merujuk pada data statistik kelahiran dan kematian yang diumumkan oleh Pemerintah Korea Selatan pada 2021, tingkat kesuburan Korea Selatan adalah 0,84 pada tahun 2020.
Fakta tersebut membuat pemerintah Negeri Ginseng itu memiliki kekhawatiran bila sekolah-sekolah Korea nantinya makin sepi dan kosong, bahkan beberapa sekolah di Korea telah ditutup karena kekurangan murid.
Sehingga pada bulan November 2021 lalu, Layanan Asuransi Kesehatan Nasional Korea Selatan merilis bahwa mereka akan memberikan voucher tunai sebanyak Rp 11,9 juta kepada ibu baru dan Rp 16,7 juta kepada ibu baru yang melahirkan anak kembar.
Voucher tersebut diberikan kepada orang tua sebagai insentif dari beberapa subsidi persalinan dan dapat digunakan sampai akhir tahun 2022.
Sementara itu, mengutip Kompas.com, rendahnya tingkat kelahiran disebabkan oleh milenial di Korea Selatan belum berkeinginan untuk menikah sebab memikirkan kondisi perekonomiannya.
Memiliki utang serta kurangnya perumahan yang terjangkau menjadi salah satu faktor pendorong bagi kaum milenial Korea Selatan enggan untuk berkeluarga.
Baru-baru ini, Sabtu (15/1/2022), muncul perdebatan mengenai para perempuan Korea Selatan memilih untuk child free alias tidak memiliki anak.
Perdebatan ini dipicu oleh saran pemerintah kota Seoul untuk ibu hamil yang agar tetap memperhatikan dan memenuhi kebutuhan sang suami meski sedang hamil tua.
Selain itu, pemerintah juga menyarankan kepada wanita yang sudah berkeluarga untuk tetap menjaga bentuk tubuh dan berat badan idealnya, baik sebelum hamil maupun setelah memiliki anak.
Baca Juga: Intip Cincin Putri Diana yang Dipakai Kate Middleton, Harganya Bikin Melongo
Sebelum tiba masa persalinan, para perempuan harus memastikan suami mereka memiliki cukup makanan dan pakaian ganti, sebab saat wanita melahirkan mereka harus mengurus diri mereka sendiri.
Kemudian, ketika mereka kembali ke rumah bersama bayinya, mereka harus menghindari penampilan lusuh dan berantakan dengan mengenakan pita rambut.
Beberapa saran konservatif tersebut mendapat kecaman dari warganet, mereka menyayangkan sikap pemerintah Korea Selatan yang seharusnya memberikan edukasi perihal peran gender.
Hal itulah yang menjadi salah satu alasan mengapa kebanyakan perempuan Korea Selatan menghindari pernikahan dan kehidupan keluarga.
Tren wanita karir juga menjadi sebab tingkat kesuburan Negara K-Pop itu mencapai 0,92 pada 2019, paling rendah di antara negara-negara Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (Organisation for Economic Co-operation and Development/OECD).
Baca Juga: Mohammad Bin Salman Transfer Uang Ribuan Triliun ke Dana Infestasi Publik
Menurut seorang profesor emeritus bahasa Inggris di Universitas Nasional Seoul, Kim Seong-kon mengungkapkan, akhir-akhir ini banyak perempuan Korea Selatan memilih untuk berkarir sehingga enggan untuk memiliki bayi.
Alasannya tak lain karena bekerja dan membesarkan anak pada saat yang sama dirasa cukup sulit bagi wanita karir.
Namun, jika wanita karir berupaya untuk menghasilkan keturunan dan hamil, maka dirinya harus menghadapi resiko kerugian serius saat bekerja.
Buruknya lagi, Kim mengatakan banyak fasilitas penitipan anak di Korea Selatan tidak dapat dipercaya, serta sulit mendapatkan fasilitas yang baik. (C)
Reporter: Apriliana Suriyanti
Editor: Kardin