Perkembangan Impor Sulawesi Tenggara: Penurunan Bulanan tapi Tahunan Ada Trend Positif
Reporter
Selasa, 05 November 2024 / 9:44 pm
KENDARI, TELISIK.ID – Nilai impor di Sulawesi Tenggara (Sultra) menunjukkan dinamika yang cukup signifikan pada September 2024, dengan penurunan bulanan yang cukup tajam, namun mencatat adanya tren peningkatan bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Menurut data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS), nilai impor Sultra pada bulan September 2024 tercatat sebesar USD 114,58 juta. Angka ini mengalami penurunan 7,34 persen dibandingkan bulan Agustus 2024 yang tercatat sebesar USD 123,65 juta.
Penurunan nilai impor ini juga disertai dengan penurunan volume impor yang signifikan, yakni turun 52,15 persen, dari 589,34 ribu ton pada Agustus menjadi 281,97 ribu ton pada September.
Plt. Kepala BPS Provinsi Sultra, Surianti Toar, menjelaskan bahwa penurunan ini disebabkan oleh berkurangnya kebutuhan impor terhadap beberapa komoditas tertentu.
Baca Juga: DPRD Sultra Usulkan Diskresi Perihal Hilangnya Data Ratusan Honorer Nakes Kabupaten Muna
“Komoditas utama yang mendominasi impor Sulawesi Tenggara pada bulan September adalah bahan bakar mineral, besi dan baja, produk kimia, mesin/peralatan listrik, serta mesin-mesin atau pesawat mekanik,” ungkap Surianti, Selasa (5/11/2024).
Bahan bakar mineral menempati posisi teratas dalam daftar impor Sultra pada bulan September 2024, dengan nilai impor mencapai USD 68,72 juta, yang berkontribusi sebesar 59,98 persen terhadap total impor.
Sementara itu, besi dan baja mencatatkan nilai impor USD 18,45 juta atau 16,10 persen dari total impor. Lima komoditas utama ini memberikan kontribusi yang sangat besar, mencapai 92,20 persen terhadap total impor Sultra.
Meskipun terjadi penurunan impor bahan bakar mineral yang signifikan sebesar 28,76 persen (setara dengan USD 27,74 juta), komoditas besi dan baja justru mengalami lonjakan yang luar biasa. Impor besi dan baja tercatat melonjak hingga 7.236,58 persen, dengan nilai impor meningkat menjadi USD 18,20 juta.
Penurunan nilai impor ini juga berdampak pada negara-negara pemasok utama.
Negara Malaysia mengalami penurunan impor sebesar 5,89 persen atau USD 1,66 juta, sementara impor dari Tiongkok mengalami penurunan yang lebih tajam, yakni 40,79 persen atau USD 17,37 juta. Singapura juga mengalami penurunan impor sebesar 26,37 persen atau USD 7,30 juta.
“Secara keseluruhan, ketiga negara pemasok utama—Malaysia, Tiongkok, dan Singapura—memberikan kontribusi sebesar 62,95 persen terhadap total impor Sultra pada bulan September 2024, dengan rincian Malaysia 23,15 persen, Tiongkok 22,01 persen, dan Singapura 17,79 persen,” beber Surianti.
Dari sisi golongan penggunaan barang, bahan baku/penolong masih menjadi kategori yang mendominasi impor dengan kontribusi mencapai 88,44 persen atau senilai USD 101,34 juta. Sebaliknya, golongan barang konsumsi mencatatkan kontribusi terkecil, hanya 2,64 persen atau USD 3,02 juta.
Baca Juga: Pj Gubernur Sultra Andap Budhi Didesak Segera Lantik Pj Bupati Buton Selatan
Surianti Toar juga menyampaikan bahwa jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya, total nilai impor golongan penggunaan barang mengalami penurunan sebesar 7,34 persen.
Penurunan ini terutama terjadi pada golongan bahan baku/penolong yang turun sebesar USD 18,18 juta atau 15,21 persen. Namun, terdapat sedikit peningkatan pada golongan barang konsumsi dan barang modal.
Meski ada penurunan impor bulanan, Surianti menambahkan bahwa secara tahunan, sektor impor di Sultra menunjukkan tren yang lebih positif. Hal ini memberikan gambaran bahwa meskipun ada fluktuasi dalam sektor perdagangan, perekonomian di Sulawesi Tenggara tetap bergerak ke arah yang lebih baik.
“Penurunan impor pada bulan September ini memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai dinamika perekonomian di Sulawesi Tenggara. Meskipun demikian, sektor impor secara tahunan menunjukkan kecenderungan peningkatan yang positif,” tambahnya. (C)
Penulis: Siti Nabila
Editor: Mustaqim
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS