Sentra Kue Subuh Senen Surga bagi Pecinta Wisata Kuliner, Pedagang Bisa Raih Omzet Rp 10 Juta Semalam

Mustaqim

Reporter

Minggu, 29 Oktober 2023  /  10:10 am

Sentra kue Subuh Senen di kawasan Senen, Jakarta Pusat, ramai oleh pembeli dan pedagang ketika malam semakin larut. Foto: Mustaqim/Telisik

JAKARTA, TELISIK.ID - Sudah delapan bulan ratusan pedagang kue menempati area parkir lantai 1 Gedung Senen Jaya 1 dan 2, sejak mereka dipindahkan dari Grosir Senen Jaya Blok 5 pada 10 Februari 2023. Dan, pada Sabtu (28/10/2023) malam, terlihat pengunjung tampak sesak.

Malam itu ramai pengunjung dan saling berhimpitan. Mulai dari bibir pintu masuk area berjualan hingga ke lorong-lorong di antara lapak para pedagang. Tapi mereka tetap tertib. Sambil para pedagang menawarkan aneka dagangan kue kering, basah, maupun beragam camilan.

Telisik.id yang berkunjung ikut larut dalam keramaian pembeli dan pedagang. Pedagang kue itu tak henti kedatangan para pembeli dan mereka pun seperti panen cuan. Setidaknya terdapat 400-500 pedagang kue tradisional atau 1.200 meja yang berjualan.

Setiap malam, truk dan mobil lalu lalang di area parkir lantai 1 untuk mengantar kue-kue yang dijajakan. Sejumlah pedagang turun-naik mengambil barang di lantai dasar karena lahan untuk loading barang hanya cukup untuk 2-3 mobil.

Bagi Anda pecinta wisata kuliner dan penikmat atau doyan ngemil, tidak salah jika berburu kue di tempat ini. Harga kue yang didagangkan termurah Rp 1.000. Mulai dari kue basah, kue kering, kue asin, kue manis, camilan kemasan, aneka roti, sampai kue tart. Tinggal sebut, bisa dipastikan jenis kue yang Anda cari ada di sini. Tidak hanya kue jajan pasar tradisional saja, tetapi kue kekinian juga tersedia.

Beberapa kue tradisional antara lain bolu kukus, nagasari, talam, lemper, risoles, lumpia, bika ambon, kue lumpur, dan bakcang. Selain itu, kue kekinian yang banyak dicari misalnya, dessert box, brownies, pisang bolen, dan Japanese cheesecake.

Ada juga aneka lapis legit, lapis Surabaya, kue tart untuk ulang tahun, black forest, sampai bolu jadul berbagai rasa. Dijual per loyang dalam satu dus, harganya murah meriah dibandingkan kue serupa di toko kue. Soal rasa tentu balik ke selera, tetapi dari segi penampilan, cukup menjanjikan.

Ida (48), salah satu pedagang yang sudah 20 tahun berjualan kue, mengaku setiap hari omzet penjualannya bisa mencapai Rp 4-5 juta.

“Kami mempunyai dua tempat dan dibantu oleh enam orang karyawan. Dari dua tempat itu kami biasanya menjual sampai 3.000 potong kue dan rata-rata kami menjualnya Rp 2.000 per biji, paling murah Rp 1.500,” tutur Ida, pedagang asal Subang, Jawa Barat, yang malam itu berdagang sambil mengasuh bayinya yang masih berusia 9 bulan.

Kue-kue yang dijual oleh Ida merupakan buatan orang lain yang sudah menjadi langganannya. Sekitar 10 tahun yang lalu, Ida mengaku masih bisa memproduksi kue sendiri dengan dibantu oleh suaminya. Namun, karena sudah memiliki anak dan kesibukan yang bertambah sehingga sulit membagi waktu, dia kemudian memutuskan memesan kue dari orang lain untuk dijualnya.

Baca Juga: Respon Gerinda dan PDIP Soal Wali Kota Medan Dukung Prabowo-Gibran Bukan Ganjar-Mahfud

“Kalau dulu masih senang bikin sendiri karena memang hobi. Tapi, sejak punya anak dan kesibukan bertambah, akhirnya sulit membagi waktunya. Suami saat itu menyarankan pesan kue dari orang lain lalu menjualnya lagi dan keterusan sampai sekarang,” ujarnya.

Di tempat Ida, ada sekitar 25 macam kue basah yang didagangkannya. Umumnya yang datang membeli adalah juga pedagang kue yang akan menjual lagi (reseller) kue-kue tersebut. “Tapi ada juga pembeli dari orang-orang kantoran untuk disediakan di acara-acara kantor,” katanya.  

Pedagang kue lainnya di areal parkir lantai 1 Gedung Senen Jaya, Kirun (42), khusus menjual beragam kue kering dengan aneka rasa. Dia mengaku berjualan sudah 15 tahun sejak masih di Gedung Grosir Senen Jaya, berada di sisi kiri Gedung Senen Jaya.

Kirun melayani para pembeli ditemani oleh empat orang kerabatnya. Kue-kue yang dijualnya adalah hasil produksinya sendiri bersama istri dan dibantu dua saudaranya. Puluhan aneka kue yang dijualnya masing-masing dikemas di dalam plastik bening. Jumlah kemasan kue yang diproduksinya rata-rata 2.500 kemasan setiap hari.

“Untuk satu kemasan kami jual Rp 3.000 dan harganya sama untuk semua aneka kue,” aku Kirun.

Malam itu lapak Kirun dijubeli pembeli yang saling berebut memilih kue pilihan mereka. Kue-kue yang dipilih dimasukkan ke dalam keranjang yang sudah disiapkan Kirun dan kerabatnya. Dia mengaku omzet yang diperoleh setiap malam lumayan bisa membayar kerabat yang membantunya dan biaya produksi.

“Kalau omzet Alhamdulillah bisa Rp 5-6 juta. Kadang juga di bawah itu kalau hari lagi sepi, jadi tidak setiap malam juga sampai segitu,” katanya.

Ida dan Kirun memang termasuk pedagang kue yang sudah lama berjualan di kawasan Senen Jaya. Keduanya sudah memiliki pelanggan tetap yang merasa cocok dengan rasa kue yang didagangkannya, selain harga yang relatif murah.

Berbeda dengan Novi (27), pedagang roti yang menempati lapak di area parkir lantai 1 Gedung Senen Jaya 1, dia mengaku baru dua tahun berjualan.

Sebelumnya, Novi bekerja di industri garmen. Dia terkena pemutusan hubungan kerja pada awal pandemi COVID-19 yang memaksanya mencari pekerjaan baru.

“Kami di sini berlima. Kalau yang empat sudah lama di sini, sedangkan saya baru dua tahun lebih. Kami hanya melayani pembeli karena yang punya dagangan orang China dan semuanya khusus roti yang dijual,” kata Novi.

Ada enam meja yang dipakai Novi dan rekan-rekannya untuk menaruh dagangan rotinya. Roti dengan aneka isi dan rasa dipajang di kotak berbahan aluminium dan keranjang plastik. Novi mengaku setiap hari mereka menjual sampai 3.000 bungkus roti. Satu bungkus roti dihargai minimalnya Rp 5.000.  

“Setiap hari selalu laris dan paling banyak pembeli dari kantoran dan pedagang yang akan menjual lagi. Kalau pedagang yang mau jualan lagi kami biasanya kurangi sedikit harganya,” ujar Novi.

Soal omzet penjualan setiap malam, Novi mengaku antara Rp 7-9 juta. “Kalau lagi baik bisa sampai Rp 10 juta,” akunya.

Baca Juga: Pj Bupati Fokus Pengentasan Kemiskinan Ekstreme di Kecamatan Kapoiala

Ida, Kirun, dan Novi, setiap hari berjualan di tempat itu selepas magrib dan pulang pada subuh hari menjelang pagi. “Paling telat pulangnya jam 6 pagi dan paling cepat jam 5 subuh,” kata Ida.

Keramaian pengunjung dan pedagang di tempat ini akan terlihat ketika malam semakin larut hingga subuh hari. Jadi, bagi Anda yang ingin berwisata kuliner khusus aneka kue, silakan berkunjung ke Kue Subuh Senen.    

Lalu, kapan waktu tepat buat penikmat kuliner untuk datang ke sini? Sebetulnya datang awal saat pasar baru buka, tengah malam ketika lagi ramai-ramainya, sampai datang jelang subuh sama saja. Karena Anda hanya ingin mencicipi kue enak dengan harga murah dan memborong untuk stok camilan di rumah.

Lain halnya dengan pembeli partai besar atau grosir, biasanya kue-kue itu akan dijual lagi. Datang jelang tengah malam jadi pilihan populer bagi mereka supaya bisa menjual kue tersebut saat pagi tiba.

Bagi pengusaha katering atau bagian konsumsi acara, memilih beli kue di sini karena harga murah, rasa enak, dan banyak varian. Cocok buat dijadikan konsumsi hajatan maupun acara kantor yang pastinya punya batasan bujet tertentu.

Jangan lupa siapkan uang tunai kalau mau bertransaksi beli jajanan di Sentra Kue Subuh Senen. Mayoritas pedagang hanya menerima tunai. Lagi pula, kalau Anda membeli secara eceran untuk dikonsumsi sendiri, pasti lebih praktis dengan pembayaran cash. (A)

Penulis: Mustaqim

Editor: Haerani Hambali

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS