Waspada, Ini Penyebab Banyak Negara Diamuk Gelombang Ketiga COVID-19
Reporter
Sabtu, 25 September 2021 / 3:58 pm
JAKARTA, TELISIK.ID - Berbagai negara sudah banyak yang pulih dari pandemi COVID-19. Namun diantaranya mencatat terjadi lonjakan kasus di gelombang ketiga Corona.
Melansir detik.com, lonjakan kasus gelombang ketiga COVID-19 ini dilatarbelakangi oleh berbagai faktor yang berbeda.
Menurut Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Prof Wiku Adisasmito, negara-negara tersebut memiliki persentase vaksinasi dosis satu yang tinggi namun tetap bisa mengalami lonjakan kasus.
Ia mengingatkan agar seluruh lapisan masyarakat tidak lengah meski Indonesia kini sudah merelaksasi beberapa kebijakan.
"Dengan adanya lonjakan kasus di berbagai negara dengan cakupan vaksinasi dosis pertama yang tinggi, kita tidak boleh semata-mata bergantung pada efek vaksinasi," ujar Prof Wiku dalam konferensi pers, baru-baru ini.
"Kita tidak boleh berpuas diri dan merasa aman hanya dengan vaksin terutama jika hanya vaksin dosis pertama," lanjutnya.
Prof Wiku memaparkan, setidaknya 5 negara ini mengalami lonjakan kasus meski tingkat vaksinasinya sudah tinggi.
Pertama, Singapura
Cakupan vaksinasi di Singapura sudah mencapai 79,12 persen. Di Singapura, relaksasi kebijakan dilakukan dengan fokus pada penguatan 3T dan cakupan vaksinasi.
Namun, Prof Wiku menyebut Singapura kurang berfokus pada pencegahan yaitu protokol kesehatan di tempat umum. Akibatnya, muncul klaster baru seperti klaster restoran, tempat makan di bandara, tempat karaoke, mall, hingga terminal bus.
Kedua, Finlandia
Di Finlandia cakupan vaksinasi sudah mencapai 73,99 persen. Meski demikian, peningkatan kasus COVID-19 terjadi karena klaster sepak bola yang datang dari Rusia dan masuk ke Finlandia tanpa dilakukan tes screening.
Selain itu, masyarakat Finlandia cenderung tidak merespon pada upaya tracing yang dilakukan pemerintah sehingga menghambat antisipasi lonjakan dan penagangan kasus sejak dini.
Ketiga, Inggris
Vaksinasi di Inggris sudah mencapai angka 71,28 persen. Inggris diketahui telah melakukan relaksasi aktivitas sosial ekonomi dan mulai diberlakukannya pembelajaran tatap muka sehingga memunculkan klaster sekolah.
Pembelajaran tatap muka yang kurang berhati-hati dan memperhatikan kesiapan unsur semua aspek yang terlibat menyebabkan kasus COVID-19 meningkat.
Baca Juga: Jangan Sepelekan, Ini 4 Manfaat Menyikat Gigi Sebelum Tidur
Baca Juga: Cara Ampuh Atasi Ejakulasi Dini pada Pria
Keempat, Jepang
Di Jepang, angka vaksinasi mencapai angka 69,84 persen. Namun, penambahan kasus COVID-19 di Jepang berkaitan dengan diselenggarakannya Olympic Games.
Selain itu, meskipun pembatasan ketat diterapkan dalam penyelenggaraan Olympic Games, nyatanya hal ini masih berpengaruh secara signifikan terhadap pola kegiatan masyarakat di Jepang.
Masyarakat cenderung berkerumun untuk menonton pertandingan bersama-samadi ruang publik seperti bar, kafe, maupun restoran.
Kelima, Amerika Serikat
Prof Wiku menyebut cakupan vaksinasi sebesar 63,04 persen di Amerika Serikat tidak dibarengi dengan pengawasan dan pelaksanaan protokol kesehatan yang baik.
"Penggunaan masker yang tidak menjadi kewajiban di beberapa tempat umum di saat aktivitas sosial ekonomi sudah berjalan normal menjadi salah satu penyebab adanya kenaikan kasus," jelasnya.
Untuk diketahui, mengutip alodokter.com, COVID-19 adalah penyakit yang disebabkan oleh virus severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2).
COVID-19 dapat menyebabkan gangguan sistem pernapasan, mulai dari gejala yang ringan seperti flu, hingga infeksi paru-paru, seperti pneumonia. (C)
Reporter: Fitrah Nugraha