100 Dokter Meninggal Akibat COVID-19, Komisi IX DPR: Ini Sudah Alarm Tsunami

Rahmat Tunny, telisik indonesia
Rabu, 02 September 2020
0 dilihat
100 Dokter Meninggal Akibat COVID-19, Komisi IX DPR: Ini Sudah Alarm Tsunami
Ilustrasi dokter penanganan COVID-19. Foto: Repro google

" Ini bukan alarm kebakaran lagi, ini sudah alarm tsunami. Semua komponen bangsa harus bangun dari zona amannya, bahwa seolah kita tidak apa-apa. Bahwa ekonomi jauh lebih penting dari kesehatan. "

JAKARTA, TELISIK.ID - Tercatat sudah 100 Dokter Indonesia meninggal akibat COVID-19. Ini menjadi angka yang cukup besar dan harus menjadi perhatian pemerintah.

Anggota Komisi IX DPR, Kurniasih Mufidayati mengaku, sangat terpukul dan berduka cita atas wafatnya 100 dokter di Indonesia akibat COVID-19.

Dikatakan Mufida, meninggalnya dokter dan tenaga kesehatan adalah kehilangan aset besar saat bangsa ini masih berjibaku melawan Pandemi COVID-19.

Menurut data dari Pandemic Talks, Indeks Pengaruh Kematian Nakes (IPKN) karena COVID-19 di Indonesia mencapai 223 yang berarti memiliki dampak kematian Nakes terburuk di dunia.

“Ini bukan alarm kebakaran lagi, ini sudah alarm tsunami. Semua komponen bangsa harus bangun dari zona amannya, bahwa seolah kita tidak apa-apa. Bahwa ekonomi jauh lebih penting dari kesehatan,” kata Mufida, Rabu (2/9/2020).

Baca juga: Pengembangan Food Estate di Kalteng Dimulai Oktober 2020

Menurut Mufida, saat ini daya tampung rumah sakit untuk menangani pasien COVID-19 sudah penuh. Jakarta merilis per Jumat 28 Agustus 2020, kapasitas ruang isolasi dan ICU di RS rujukan sudah terisi 70 persen.

“Dokter dan perawat terus berguguran dan kapasitas ruang perawatan COVID-19 hampir 100 persen penuh. Bisa dibayangkan apa yang selanjutnya terjadi? Italia yang pada awalnya sangat tinggi korban COVID-19, saat sudah berangsur turun, tapi kita masih terus menanjak,” ucapnya.

“Tapi Kami mohon penyelamatan nyawa rakyat, harus tetap menjadi prioritas. Negara harus mengutamakan pemulihan kesehatan terlebih dulu, sehingga bisa menata perekonomian dengan lebih optimal. Bukan sebaliknya, seperti saat ini,” sambungnya.

Media luar dan dunia internasional menempatkan penanganan COVID-19 di Indonesia dalam lima besar terburuk di dunia. Mufida mengingatkan, di sinilah jiwa kepemimpinan seorang kepala negara sekaligus kepala pemerintahan diuji. Apakah benar-benar seluruh jajaran melaksanakan semua arahan dan keberpihakannya terhadap pemulihan penyakit ini.

“Kami minta dengan segala hormat Bapak Presiden Republik Indonesia melakukan langkah-langkah yang nyata untuk menyelamatkan nyawa anak bangsa,” pungkasnya.

Reporter: Rahmat Tunny

Editor: Kardin

Baca Juga