80 Persen Pedagang Pasar Wayong Kendari Perempuan: Kisah Perjuangan di Balik Lapak
Rara Waode, telisik indonesia
Kamis, 01 Mei 2025
0 dilihat
Suasana Pasar Tradisional Wayong di Kendari, sekitar 80% pedagang adalah perempuan Foto: Rara Waode/Telisik
" Pasar Wayong, Kota Kendari, tak hanya menjadi pusat perputaran ekonomi, tetapi juga ladang perjuangan perempuan dalam membantu mencukupi kebutuhan rumah tangga "

KENDARI, TELISIK.ID – Pasar Wayong, Kota Kendari, tak hanya menjadi pusat perputaran ekonomi, tetapi juga ladang perjuangan perempuan dalam membantu mencukupi kebutuhan rumah tangga.
Pasalnya, hampir 80 persen pedagang di Pasar Wayong adalah perempuan yang tak hanya berjualan, tetapi juga menjalankan peran sebagai ibu, istri dan pengatur rumah tangga.
Di antara mereka, ada sosok Ibu Fauzan, penjual ikan yang saban hari berjibaku sejak subuh hari demi menjaga kestabilan dapur keluarga. Ia bangun pukul 03.00 Wita, lalu pukul 04.00 Wita sudah menuju tempat pelelangan ikan sebelum akhirnya membuka lapak di pasar.
“Jam 4 subuh saya sudah di pelelangan. Ambil ikan, langsung buka lapak di pasar. Sore pulang, lanjut masak, bersih rumah, urus anak-anak juga,” tutur Fauzan, Kamis (1/5/2025).
Baca Juga: Dorong Kesadaran Berlalu Lintas Sejak Dini, KI Kendari Gelar Kunjungan Edukatif ke Ditlantas Polda Sultra
Ia menegaskan, keputusan ikut berdagang bukan karena ingin punya penghasilan tambahan, melainkan karena penghasilan suami yang memang kurang untuk memenuhi semua kebutuhan keluarga.
“Kalau cuma tunggu dari suami, tidak cukup. Jadi saya bantu supaya semua bisa terpenuhi seperti biaya sekolah anak, makan, kebutuhan rumah,” lanjutnya.
Selain pedagang ikan, banyak juga perempuan lain yang berjualan sayur, sembako dan peralatan rumah tangga. Seperti Lina, penjual sayur yang sudah hampir 5 tahun membuka lapak di Pasar Wayong.
Baca Juga: Pipa Utama PDAM Kota Kendari Bocor dan Ganggu Distribusi ke Pelanggan
“Kalau tidak turun ke pasar, dapur tidak berasap. Saya jualan sayur dari subuh, tapi tetap urus rumah juga. Namanya ibu-ibu, harus bisa bagi waktu,” ujar Lina.
Menurutnya, banyak perempuan di pasar ini menjalani peran ganda bukan karena hobi berdagang, melainkan karena kebutuhan yang mendesak. Meski lelah, mereka tetap semangat karena tahu untuk siapa mereka bekerja.
“Capek iya, tapi demi keluarga. Anak-anak bisa sekolah, makan cukup, itu yang bikin saya kuat,” tambahnya.
Pasar Wayong pun menjadi gambaran nyata bagaimana perempuan menjadi bagian penting dalam menggerakkan ekonomi lokal. Dari penjual ikan hingga sayur, mereka mengisi ruang-ruang pasar dengan semangat kerja keras dan cinta untuk keluarga. (B)
Penulis: Rara Waode
Editor: Kardin
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS