Ahli Farmasi Sebut Eucalyptus Kalung Anti Corona Cocok Terapi Simptomatik
Muhammad Israjab, telisik indonesia
Selasa, 07 Juli 2020
0 dilihat
Dr.rer.nat. Apt. Adryan Fristiohady, M.Sc. Akademisi Fakultas Farmasi UHO yang juga Ketua Ikatan Apoteker Indonesia Pengurus Cabang Kota Kendari. Foto: Ist.
" Kalung ini bisa digunakan sebagai terapi simptomatik. Yakni obat yang digunakan untuk mengobati gejala-gejala yang menyertai penyakit tersebut. Tapi penyakitnya (COVID-19) belum tentu hilang. "
KENDARI, TELISIK.ID – Rencana Kementerian Pertanian memproduksi massal kalung eucalyptus yang diklaim antivirus corona mengundang berbagai respons.
Di media sosial, banyak yang mengkritisi langkah pemerintah ini. Banyak yang mempertanyakan klaim antivirus corona di saat upaya penemuan vaksin dan obat COVID-19 masih terus dilakukan.
Namun ahli farmasi asal Sulawesi Tenggara (Sultra) Adryan Fristiohady, jika kalung eucalyptus ini di produksi massal maka ini bisa digunakan untuk terapi simptomatik.
“Kalung ini bisa digunakan sebagai terapi simptomatik. Yakni obat yang digunakan untuk mengobati gejala-gejala yang menyertai penyakit tersebut. Tapi penyakitnya (COVID-19) belum tentu hilang," ucap Adryan yang juga dosen Farmasi UHO, Senin (6/7/2020).
Menurut pengujian Kementan, kalung itu bukan hanya dipakai namun juga digunakan dengan cara menghirup aromanya. Dengan menghirup maka disebut dengan inhaler maka akan memberikan efek terapi sesuai yang diinginkan.
“Nah selama ini eucalyptus yang kita kenalkan biasanya berasal dari minyak kayu putih. Sehingga secara empiris digunakan untuk mengobati berbagai macam gangguan pernafasan. Maka ini sesuai dengan gejala COVID-19, bahwa gejalanya itu gangguan saluran pernafasan. Sehingga Kementan mengklaim itu gejala (sindrom) bisa dikurangi dengan penggunaan eucalyptus,” ujar lulusan Doktor Austria ini.
Baca juga: PPP Kritisi Rencana Kementan Produksi Massal Kalung Anti Corona
Menurut Adriyan, klaim yang dilakukan oleh Kementan Sebelumnya bisa dikatakan terlalu dini, walaupun hal tersebut menurutnya patut mendapatkan apresiasi. Karena ini bagian usaha untuk menemukan obat virus corona.
Bahwa dosis obat yang diminum (oral) beda dengan obat yang dihirup. Sehingga perlu ada penelitian lebih lanjut.
“Sebab yang dilakukan oleh Kementan baru pengujian In Vitro dengan menggunakan sel dan metode In Silico dengan menggunakan software. Nah yang belum dicoba adalah langsung ke hewan uji (In Vivo), sehingga perlu ada penelitan langsung untuk menentukan dosis. Sebab jika dosis tidak pas ya enggak cukup maka tidak ada efek, terlebih jika ada dosis berlebih akan menghasilkan toksin (racun),” ungkapnya.
Selain itu, Kementan telah mendaftarkan produk tersebut ke BPOM dengan indikasi melegakan tenggorokan. Bukan sebagai obat anti virus, sehingga terdaftar sebagai jamu.
“Kita perlu waspadai adalah over klaim sehingga masyarakat dengan menggunakan kalung ini menjadikan kewaspadaannya berkurang. Sebab menganggap kalung ini sebagai produk untuk mencegah COVID-19,” ujar Ketua IAI Kendari itu.
Eucalyptus terbukti meningkatkan pertahanan tubuh termasuk minyak esensial. Salah satu minyak yang menjanjikan yaitu minyak kayu putih.
Minyak esensial yang diesktrak dari daun kayu putih, dapat merangsang respons sistem kekebalan tubuh. Tinjauan lainnya menemukan bahwa minyak kayu putih mempunyai sifat antivirus dan antimikroba. Secara histroris, ini telah digunakan untuk mengobati flu biasa.
Komponen utama minyak kayu putih, 1,8 cineole, dapat dengan aman melawan virus dan masalah pernapasan seperti bronkitis.
Reporter: Muhammad Israjab
Editor: Haerani Hambali