Aktivitas Manusia Berkurang Drastis Selama Pandemi, Periset Makin Mudah Teliti Bumi

Marwan Azis, telisik indonesia
Minggu, 26 Juli 2020
0 dilihat
Aktivitas Manusia Berkurang Drastis Selama Pandemi, Periset Makin Mudah Teliti Bumi
Ilustrasi penampakan bumi dari stasiun luar angkasa International Space Station atau ISS adalah stasiun luar angkasa yang ditinggali para astronot berbagai negara. Foto: Repro Instagram

" Keadaan bumi menjadi senyap. Ini belum pernah terjadi sebelumnya. "

JAKARTA, TELISIK.ID - Pandemi COVID-19 tak hanya membawa dampak negatif dari sisi kesehatan dan ekonomi, tetapi juga dampak positif dari sisi pengetahuan, para periset makin mudah meniliti getaran bumi yang diakibatkan gempa, karena aktivitas manusia berkurang dratis.

Para periset seperti dikutip dari The Guardian, mengungkap bahwa getaran di bumi yang diakibatkan oleh aktivitas manusia merosot drastis saat diberlakukannya lockdown di banyak negara.

Catatan menyeluruh dari stasiun seismik seluruh dunia menunjukkan jika suara bising frekuensi tinggi dan getaran di bumi yang disebabkan operasional pabrik, lalu lintas, kegiatan olahraga ataupun aktivitas manusia lainnya, turun sampai 50% saat dilakukan pembatasan untuk mencegah penularan COVID-19.

"Anda bisa melihat hal ini sebagai semacam gelombang. Dan kemudian Anda dapat melihatnya menjadi senyap seiring waktu, dimulai China pada akhir Januari dan kemudian bergerak ke Italia dan lainnya di Maret dan April," kata Stephen Hicks, ahli seismologi Imperial College, London seperti dikutip dari laman The Guardian, Minggu (26/7/2020).

Para periset menganalisis jejak dari jaringan 268 sensor seismik di 117 negara dan menemukan suara bising yang disebabkan manusia menurun pada 185 di antaranya.

Penurunan paling besar ada di kota sibuk semacam New York dan Singapura, tapi bahkan di stasiun terpencil pun terpantau hal yang kurang lebih sama.

Baca juga: Resmi Jadi Masjid, Hagia Sophia Dipenuhi Lautan Jemaah Salat Jumat

"Keadaan bumi menjadi senyap. Ini belum pernah terjadi sebelumnya," ujar Thomas Lecocq, periset pertama fenomena ini dari Royal Observatory of Belgium.

Bagi para peneliti dan pihak terkait, kesunyian bumi selama pandemi COVID-19 ini merupakan kesempatan besar untuk menggelar riset yang tak bisa dilakukan sebelumnya.

Pasalnya, saat suasana begitu ramai, pemantauan terhadap risiko geologi bahaya gempa bumi, gunung berapi sampai tanah longsor lebih sukar karena tertutup oleh kebisingan. Kini, pemantauan semacam itu lebih mudah karena bumi lebih sunyi.

"Pada perkotaan dengan bahaya geologi seperti gempa bumi, gunung berapi atau tanah longsor, kami ingin memonitor dan mungkin mendapat peringatan. Tapi dengan meningkatnya kebisingan manusia, menjadi semakin sukar untuk melihat sinyal kecil itu," kata Hicks.

Namun pandemi COVID-19 menurut Hicks, telah mengubahnya meski mungkin hanya untuk sementara.

Reporter: Marwan Azis

Editor: Haerani Hambali

Artikel Terkait
Baca Juga