API Kartini Tekankan Perjuangan Politik Perempuan Harus Terus Maju

Kardin, telisik indonesia
Selasa, 21 April 2020
0 dilihat
API Kartini Tekankan Perjuangan Politik Perempuan Harus Terus Maju
Ketua DPK API Kartini Kendari, Wa Ode Aiynussabitha Rahmatia. Foto: Ist.

" Itu semua bisa kita lihat dari tulisan-tulisannya yang menjadikan Kartini sebagai pahlawan nasional. "

KENDARI, TELISIK.ID - Kartini, selalu saja menarik untuk dibahas. Baik secara gagasan, pemikiran maupun perjuangannya melawan patriarki yang feodalistik.

Seperti diketahui, bulan April identik dengan hari Kartini. Hal itu sesuai dengan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 108 Tahun 1964 tertanggal 2 Mei 1964. Sejak saat itu, setiap tanggal 21 April, bangsa Indonesia memperingatinya sebagai hari Kartini.

Sosok Kartini memang menjadi fenomenal di masyarakat dibanding tokoh-tokoh nasional lainnya. Itu terjadi karena banyak yang salah kaprah tentangnya.

Meski demikian, Aksi Perempuan Indonesia Kartini (API Kartini) Kota Kendari menilai, Kartini sendiri merupakan salah satu pelopor gerakan kaum perempuan di Indonesia.

Seperti dijelaskan Ketua DPK API Kartini Kota Kendari, Wa Ode Aiynussabitha Rahmatia, Kartini adalah orang pertama dalam sejarah yang menutup jaman feodalisme.

Katanya, meski Kartini berasal dari kalangan bangsawan, namun ia memiliki jiwa demokratis yang mendasari segala pandangannya terhadap persoalan sosial ekonomi, politik serta senantiasa mencari pemecahan atas nasib rakyat Indonesia.

"Itu semua bisa kita lihat dari tulisan-tulisannya yang menjadikan Kartini sebagai pahlawan nasional," paparnya, Selasa (21/4/2020).

Kata wanita dengan sapaan akrab Bitha ini menerangkan, pikiran Kartini tidak bisa dilepaskan pada situasi sesama Kartini hidup, dimana jaman itu diberlakukannya Undang-undang Agraria Belanda yang mana orang Eropa dapat menyewa tanah di Hindia Belanda.

Saat itulah diberlakukan sistem politik tanam paksa. Di mana kaum pribumi banyak dipekerjakan di lahan-lahan perkebunan dengan upah yang tidak memadai dan beban kerja yang tidak manusiawi.

"Saat itu, kebijakan kolonial mendapat kritik tajam dari Multatuli yang juga orang Belanda. Itulah yang mempengaruhi pemikiran Kartini. Nasionalisme dan keberpihakan Kartini terhadap nasib pribumi banyak mendapat pengaruh dari Multatuli itu," terangnya.

Baca juga: Arti Penting Hari Kartini Bagi Generasi Kini

Sementara di jaman millenial sekarang ini, kata Bitha, kaum perempuan sudah bisa mengakses banyak kesempatan untuk maju, seperti pendidikan, kesempatan berusaha dan politik, tetapi ketidakadilan belum sepenuhnya hilang.

Berdasarkan data yang dikeluarkan Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (Komnas Perempuan), pada tahun 2019 terjadi kekerasan perempuan sebesar 406.178 kasus. Jumlah itu meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yakni sebesar 348.466 kasus.

"Ini membuktikan diskriminasi dan ketidakdilan terhadap perempuan masih terjadi di mana-mana," cetusnya.

Oleh karena itu, Bitha mengajak kaum perempuan untuk terus berjuang hingga keadilan dan kesejahteraan sosial bisa terwujud.

Untuk itu, dia mengusulkan agar gerakan perempuan terus maju dalam urusan pendidikan, politik dan pemberdayaan ekonomi.

Tak sampai di situ, ia juga mengajak kaum perempuan untuk lebih terlibat dalam politik, bahkan sampai di tingkat paling bawah, yakni di RT/RW.

"Karena kita meyakini, semakin banyak perempuan dalam politik, kebijakan politik juga makin berkeadilan gender. Api perjuangan Kartini harus terus dinyalakan," pungkasnya.

 

Reporter: Kardin

Editor: Rani

Baca Juga