Baru Dilantik, Kepsek SMPN 1 Cancar NTT Dinilai Sewenang-Wenang ke Kepsek Lama
Berto Davids, telisik indonesia
Kamis, 17 Maret 2022
0 dilihat
Masa dari Kecamatan Ruteng datangi Kantor Bupati Manggarai. Foto: Ist
" Puluhan massa dari Desa Bulan Kecamatan Ruteng Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur (NTT) mendatangi Kantor Bupati Manggarai "
MANGGARAI, TELISIK.ID - Puluhan massa dari Desa Bulan Kecamatan Ruteng Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur (NTT) mendatangi Kantor Bupati Manggarai, Kamis (17/3/2022).
Yoseph Alen, warga Anam Desa Bulan di hadapan Wakil Bupati Manggarai mengatakan, kedatangan mereka untuk mengadukan dugaan praktik sewenang-wenang yang dilakukan oleh Kepsek baru SMPN 1 Cancar atas nama Albertus Jehaut terhadap Kepsek lama, Doroteus Jemurum.
Albertus dituding melakukan nonjob terhadap Kepsek lama dengan melakukan monopoli sehingga menyebabkan Kepsek lama kehilagan jam mengajar.
Menurut Alen, Kepsek yang baru dilantik Bupati Manggarai itu mulai memperlihatkan arogansinya. Dia dinilai bertindak sewenang-wenang menghapus jam belajar dari Kepsek lama Doroteus Jemuru yang adalah menantu suku Anam Mbero dan Gendang Nangka.
Kata Alen, Albertus Jehaut tidak hanya ‘merampas’ jam mengajar, tapi juga berpotensi menimbulkan konflik.
“Menghapus jam mengajar untuk mantan Kepsek otomatis melukai hati saudara kami Pak Doroteus serta kami keluarga besar. Makanya kami ini datang mendesak bupati dan wakil bupati segera copot kepala sekolah ini, diganti oleh orang yang lebih bijak,” kata Alen.
“Sekali lagi ya, kami tidak persoalkan keluarga kami ini diganti. Pergantian kepala sekolah sudah biasa, tapi yang ini orangnya agak lain. Selama ini di SMPN 1 Cancar aman-aman saja, baru satu hari dia bertugas langsung arogan, itu yang kami tidak terima,” tambahnya.
Jika tuntutan warga Anam tidak diindahkan, mereka mengancam akan menduduki sekolah itu.
“Kami tunggu sampai Minggu depan, jika kepala sekolah ini tidak diganti kami akan duduki. Sebab SMPN 1 Cancar berdiri di atas tanah ulayat Gendang Nangka dan Gendang Anam,” ancam Yosep.
Tokoh masyarakat yang lain mengaku, massa yang datang umumnya merupakan pendukung dari bupati dan wakil bupati terpilih pada Pilkada 2020 lalu.
“Kalau kepala sekolah baru klaim diri sebagai pendukung lalu seenaknya bikin aturan yang merugikan orang lain, jangan dibiarkan. Bisa saja gara-gara dia nanti terjadi pertumpahan darah di desa kami,” kata Martinus Anggal.
“Kami yang datang ini juga pendukung H2N, kami yang terima wakil dulu di Gendang Nangka. Jangan besar kepala itu kepala sekolah,” tutur Martinus lagi.
Seperti dipantau, massa sempat mengumpat petugas Satpol PP di kantor bupati lantaran kecewa dengan cara petugas menanggapi kedatangan mereka.
“Kalau masyarakat yang datang memang tidak dipandang, coba kalau pejabat yang datang ke kami, kami terima seperti raja,” celetuk seorang warga Anam.
Lebih lanjut pertemuan antara perwakilan massa dengan Wakil Bupati, Heribertus Ngabut dilangsungkan di ruang rapat Ulumbu.
Dialog diawali dengan pernyataan dari tokoh bernama Sakarias Jehana. Menurutnya, massa datang bersama roh leluhur (wura ceki) sebab sebelum datang, mereka terlebih dahulu menggelar ritual.
Baca Juga: KPK Berada di Koltim, Ada Apa?
Sakarias kemudian langsung pada pokok persoalan di mana internal SMPN 1 Cancar saat ini sedang diliputi persoalan yakni menghapus jam mengajar dari Doroteus Jemuru yang telah diturunkan menjadi guru biasa di sekolah itu.
Wabup pun didesak agar segera mengambil tindakan mencopot Kepsek Albertus Jehaut secepatnya.
“Kami memberi waktu kepada wakil untuk segera ambil tindakan mencopot kepala sekolah itu. Kami tunggu jawaban itu. Termasuk acara adat untuk melepas ritual yang kami buat, kami akan undang Pak wakil asal segera copot dia dulu,” ucap Sakarias Jehana dalam bahasa Manggarai.
Sementara itu, Hubertus Nurung menambahkan, kedatangan mereka tidak untuk mempersoalkan pergantian kepala sekolah dari Doroteus ke Albertus melainkan untuk mendesak bupati dan wakil bupati segera memindahkan Albertus Jehaut.
“Pak wakil kami tidak berkeberatan pergantian Kepsek di desa kami. Tapi kami protes kenapa anak kami tidak diberi jam mengajar oleh kepala sekolah baru. Waktu kau jadi guru biasa Doroteus yang kepala sekolah dan aman. Tapi ketika kau jadi kepala sekolah kau semena-mena sama saja kau membunuh istri anak dari pak Doroteus karena kalau kau tidak kasih jam mengajar dia dapat apa-apa selain gaji saja sementara anaknya sedang di bangku kuliah,” imbuh Hubertus.
Pernyataan lainnya disampaikan Martinus Anggal. Dia bilang, Kepsek Albertus berani sewenang-sewenang karena diduga dibekingi pejabat.
“Dia bilang perintah dari kabupaten. Kami sekali lagi ultimatum copot kepala sekolah Albertus karena bahaya ini orang,” sebut Martinus.
Baca Juga: Terseret Arus Selokan, Bocah 2 Tahun di Muna Ditemukan Meninggal
Usai menyimak persoalan yang diutarakan para tokoh masyarakat, Wakil Bupati Heribertus Ngabut memastikan segera memanggil Kepala Sekolah SMPN 1 Ruteng melalui Dinas Pendidikan.
“Saya perintahkan dinas segera panggil dia menghadap saya besok (Jumat),” tegas Wakil Bupati.
Wabup Heri Ngabut juga mewanti-wanti para kepala sekolah yang baru diangkat untuk tidak menjadi pembuat masalah (problem maker) di masyarakat.
“Kita akan lihat kalau kebijakannya menciptakan konflik kita akan bersikap,” tambah Ngabut.
Heribertus berkata, mengurangi jam kerja guru oleh kepala sekolah merupakan contoh yang merusak reputasi lembaga pendidikan dan bukan tidak mungkin bisa menciptakan konflik
“Saya pastikan pak Doroteus ini nyaman dan harus mengajar seperti bisa karena resikonya kalau tidak mendapat jam mengajar bisa tidak mendapat sertifikasi,” sebut Heri Ngabut. (A)
Reporter: Berto Davids
Editor: Kardin