Belajar Daring Diakui Lebih Sulit Daripada Tatap Muka
Affan Safani Adham, telisik indonesia
Senin, 10 Agustus 2020
0 dilihat
Subarsono berharap perlunya memperkuat kreativitas guru agar pembelajaran jarak jauh lebih menarik dan memotivasi siswa untuk belajar. Foto: Ist.
" Sebab tidak semua pendidik, siswa dan orang tua siap dalam pembelajaran daring ini. "
YOGYAKARTA, TELISIK.ID - Pandemi COVID-19 menciptakan tantangan dan kebutuhan inovasi pembelajaran dengan teknologi. Oleh sebab itu, kolaborasi antara sekolah dengan orang tua dalam pendidikan perlu diperkuat.
Pakar Kebijakan Publik Universitas Gadjah Mada (UGM), Agustinus Subarsono, M.Si, MA, Ph.D, menyebutkan, pendidikan jarak jauh (PJJ) secara daring selama pandemi COVID-19 masih menyisakan sejumlah persoalan di masyarakat.
"Sebab tidak semua pendidik, siswa dan orang tua siap dalam pembelajaran daring ini," katanya, Senin (10/8/2020).
Persoalan disparitas teknologi antar rumah tangga, disparitas jaringan internet antardaerah, literasi teknologi guru dan orangtua yang bervariasi, masih banyak ditemukan.
Menurutnya, kendala yang banyak dihadapi dalam pembelajaran daring adalah jaringan internet.
Hal tersebut terungkap dalam laman ugm.ac.id, hasil riset awal yang dilakukannya yang mengkaji penyelenggaraan pendidikan menengah di DIY selama masa pandemi COVID-19.
Baca juga: Perlunya Publikasi Karya Ilmiah bagi Dosen
Kajian dilakukan pada 1.304 responden meliputi guru, siswa, serta orangtua di tingkat SMP-SMA di 5 kabupaten/kota se-DIY.
Dari survei via google form sejak 25 Juni 2020-1 Juli 2020 diketahui, ketidaklancaran jaringan internet menjadi kendala utama dalam penyelenggaraan pendidikan menengah di tengah pandemi COVID-19.
Baik siswa, guru, maupun orangtua mengeluhkan ketidaklancaran jaringan internet jadi kendala utama dalam kegiatan pembelajaran jarak jauh.
Lebih dari 50 persen responden mengeluhkan tentang jaringan ini, terutama di Kulon Progo dan Gunung Kidul.
Dosen Manajemen Kebijakan Publik Fisipol UGM ini mengatakan, guna mengatasi persoalan itu pemerintah harus mengusahakan jaringan internet yang bisa diakses oleh seluruh masyarakat Indonesia. "Persoalan lain yang juga banyak dikeluhkan siswa adalah keterbatasan biaya untuk mengakses internet," tandasnya.
Lalu, apa ada kendala lain yang juga dihadapi dalam pembelajaran daring? "Ada, yaitu keterbatasan waktu orangtua dalam mendampingi anak saat mengikuti pembelajaran jarak jauh," terangnya.
Sementara, persoalan keterbatasan keterampilan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi juga banyak dialami para guru. Tidak semua guru familiar dengan teknologi yang digunakan saat pembelajaran daring.
Baca juga: Komisi X Minta Tinjau Ulang Keputusan Pembukaan Sekolah di Zona Kuning
Dikatakannya, semakin tua usia guru, hambatan dalam pemanfaatan teknologi semakin besar. Dan, hambatan relatif lebih kecil dialami pada guru yang berusia di bawah 35 tahun.
Subarsono menyampaikan, dari survei terhadap siswa ditemukan fakta bahwa hampir sebagian besar merasa kegiatan pembelajaran jarak jauh lebih sulit daripada kegiatan pembelajaran konvensional.
Tak hanya itu. Materi pembelajaran jarak jauh lebih sulit daripada materi pembelajaran tatap muka. Sebagian besar siswa mengeluhkan bosan mengikuti pembelajaran daring dan lebih bersemangat mengikuti pembelajaran tatap muka.
Dikatakan Subarsono, masih ada kesenjangan antara desain kebijakan dan operasional penyelenggaraan pembelajaran jarak jauh di level pendidikan dasar menengah. "Guna menjembatani kesenjangan tersebut perlunya memperkuat kreativitas guru agar pembelajaran jarak jauh lebih menarik dan memotivasi siswa untuk belajar," paparnya.
Saat pandemi COVID-19 berakhir, Subarsono merekomendasikan pembelajaran jarak jauh untuk terus dilaksanakan dan melakukan inovasi pembelajaran agar dapat mengurangi beban siswa.
Kebijakan pendidikan pembelajaran jarak jauh antara online dan offline sebagai alternatif masa new normal. "Sementara itu, pembelajaran tatap muka dapat dimulai ketika lingkungan sekolah dinyatakan aman dan ada kesepakatan dengan para pemangku kepentingan," ujarnya.
Reporter: Affan Safani Adham
Editor: Haerani Hambali