Cacar Monyet/Mpox jadi Wabah Dunia, Begini Ciri-Ciri dan Gejalanya
Ahmad Jaelani, telisik indonesia
Minggu, 25 Agustus 2024
0 dilihat
Cacar monyet adalah infeksi virus yang ditandai dengan bintil bernanah di kulit. Foto: Repro AFP
" Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terus memperingatkan masyarakat global, tentang bahaya penyebaran Virus Monkeypox (Mpox) atau cacar monyet ditetapkan sebagai darurat kesehatan global "
JAKARTA, TELISIK.ID - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terus memperingatkan masyarakat global, tentang bahaya penyebaran Virus Monkeypox (Mpox) atau cacar monyet ditetapkan sebagai darurat kesehatan global.
Penyakit ini menjadi perhatian utama karena penyebarannya yang meluas, tidak hanya di Afrika tetapi juga ke berbagai negara lain di dunia.
Mpox adalah virus yang menyerang kulit dan jaringan tubuh manusia. Penyakit ini merupakan salah satu jenis virus cacar, mirip dengan cacar air dan cacar sapi. Ciri khas penyakit ini adalah munculnya ruam di kulit, yang kemudian berkembang menjadi benjolan berisi cairan, mirip dengan lenting pada cacar air. Lenting-lenting ini kemudian akan berkeropeng sebelum akhirnya mengering dan sembuh.
Baca Juga: Enam Bahaya Kopi Sachet, Picu Kanker dan Diabetes
Secara umum, Monkeypox merupakan penyakit zoonosis, yang berarti penyakit ini awalnya ditularkan dari hewan ke manusia. Hewan yang sering menjadi sumber penularan adalah hewan pengerat dan primata.
Penyebaran dari hewan ke manusia biasanya terjadi melalui kontak langsung dengan darah, cairan tubuh, atau lesi pada kulit hewan yang terinfeksi. Risiko penularan dapat diminimalisir dengan menghindari kontak dengan hewan liar, terutama yang terlihat sakit atau mati.
Dr. Dicky Budiman, seorang dokter dan epidemiolog, mengungkapkan bahwa penelitian tentang Mpox masih terbatas karena sebelumnya penyakit ini dianggap hanya terjadi di Afrika dan tidak berdampak secara global.
"Riset Mpox sangat minim karena terjadi di Afrika dan diperkirakan tidak terjadi pada dunia," ujar Dicky, seperti dilansir dari CNBC Indonesia, Minggu (25/8/2024).
Meskipun demikian, Dicky menegaskan bahwa kemungkinan virus ini terus berkembang dan bermutasi tetap ada, walaupun virus DNA seperti Mpox tidak secepat virus RNA dalam bermutasi.
"Tetapi dengan adanya sikap pembiaran dan perilaku berisiko yang membuat infeksi ini terus merajalela, bisa saja melahirkan satu infeksi yang lebih mematikan," tambah Dicky.
Oleh karena itu, Dicky menekankan pentingnya pencegahan dan mitigasi untuk mencegah penyebaran lebih lanjut. Masyarakat diimbau untuk segera melakukan pengecekan kesehatan jika mengalami gejala yang mencurigakan.
Beberapa gejala Monkeypox yang perlu diwaspadai antara lain munculnya ruam di tangan, kaki, dada, wajah, atau mulut. Ruam ini juga bisa muncul di area genital seperti penis, testis, labia, vagina, dan anus.
Mengutup laman Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat, masa inkubasi virus ini adalah 3 hingga 17 hari. Pada masa ini, seseorang yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala apapun dan mungkin merasa baik-baik saja.
Ruam yang muncul pada penderita Mpox akan melalui beberapa tahap sebelum akhirnya sembuh. Awalnya, ruam ini terlihat seperti jerawat atau lecet yang terasa nyeri atau gatal.
Baca Juga: 11 Metode Ini Diklaim Efektif Atasi Kanker Payudara
Selain ruam, gejala lain yang sering dialami penderita Mpox meliputi demam, panas dingin, pembengkakan kelenjar getah bening, kelelahan, nyeri otot dan punggung, sakit kepala, serta gejala pernapasan seperti sakit tenggorokan, hidung tersumbat, atau batuk.
Proses penyembuhan penyakit ini bervariasi, mulai dari 2 hingga 4 minggu, dengan durasi sakit yang paling singkat adalah 14 hari sejak gejala pertama kali muncul.
Di Indonesia, Kementerian Kesehatan mencatat bahwa virus Mpox telah terdeteksi sejak 2022. Hingga Agustus 2024, tercatat ada 88 kasus konfirmasi Mpox di Indonesia. Kasus pertama dilaporkan pada Oktober 2022, dan jumlahnya terus meningkat sejak saat itu.
Pada tahun 2023, tercatat 72 kasus baru yang dikonfirmasi. Peningkatan jumlah kasus ini direspons dengan berbagai langkah mitigasi, termasuk pemantauan aktif pada layanan kesehatan terkait HIV/AIDS, serta pelacakan dan pengujian pada pasangan seksual penderita Mpox. (C)
Penulis: Ahmad Jaelani
Editor: Fitrah Nugraha
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS