Sudah Makan Tapi Masih Merasa Lapar? Bisa Jadi Tanda Penyakit Ini
Nurdian Pratiwi, telisik indonesia
Sabtu, 20 Agustus 2022
0 dilihat
Jika cepat merasa lapar padahal baru saja mengonsumsi makanan, perlu diwaspadai karena bisa jadi itu tanda dari polyphagia. Foto: Repro Kompas.com
" Seperti kebiasaan makan dengan komposisi nutrisi yang salah bisa menyebabkan rasa kenyang yang hanya sebentar "
KENDARI, TELISIK.ID - Terkadang seseorang bisa cepat merasa lapar walaupun baru saja menghabiskan makanan dalam kurun waktu kurang dari 1 jam. Hal ini bisa disebabkan dari banyak faktor.
Seperti kebiasaan makan dengan komposisi nutrisi yang salah bisa menyebabkan rasa kenyang yang hanya sebentar.
Akibatnya, alih-alih merasa kenyang, Anda justru kembali merasa lapar sesaat setelah menghabiskan hidangan.
Mengutip dari Kompas.com, Berikut beberapa alasan mengapa seseorang masih merasa lapar setelah makan:
1. Mengonsumsi terlalu banyak karbohidrat
Terdapat jenis tiga makanan karbohidrat, salah satu yang menyebabkan rasa kantuk datang lebih cepat adalah karbohidrat yang mengandung zat tepung, seperti donat, pasta, crackers dan kue kering.
Hati-hati dengan makanan ini karena dapat menaikkan gula darah Anda dan menurunkannya dengan cepat.
Akibat dari naik turun yang cepat inilah yang membuat Anda menjadi cepat lapar. Lebih baik memilih karbohidrat yang kaya akan serat, seperti apel.
2. Porsi makan yang terlalu sedikit
Porsi makan yang terlalu sedikit bisa menimbulkan rasa lapar setelah makan.
Pasalnya, hal tersebut berkaitan dengan kerja reseptor peregangan yang berfungsi mendeteksi seberapa besar perut dapat mengembang setelah makan.
Baca Juga: Catat, 5 Makanan Ini Bisa Jaga Kesehatan Gigi dan Mulut
Nantinya, reseptor peregangan ini akan memberikan sinyal ke otak yang menunjukkan bahwa Anda sudah merasa kenyang.
Namun, reseptor peregangan tidak akan berfungsi secara optimal apabila porsi makan Anda terlalu sendikit atau kurang.
3. Mengonsumsi terlalu banyak lemak
Konsumsi lemak yang berlebihan dapat menjadi alasan mengapa Anda tetap merasa lapar setelah makan.
Pasalnya, lemak yang tersimpan terlalu banyak di dalam tubuh dapat mempengaruhi kinerja leptin sehingga tidak dapat berfungsi dengan baik.
Leptin merupakan hormon yang memberikan sinyal ke otak bahwa Anda sudah merasa kenyang. Hormon ini juga berfungsi untuk mengatur nafsu makan seseorang.
4. Kekurangan cairan
Tubuh yang kekurangan cairan atau sering dikenal dengan dehidrasi dapat menyebabkan Anda mudah merasa lapar.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa air minum dapat meningkatkan rasa kenyang.
Sebuah studi menunjukkan bahwa minum air mineral sebanyak 0,5 liter setengah jam sebelum makan dapat memberikan rasa kenyang yang lebih cepat.
Studi tersebut melibatkan wanita yang memiliki kebelebihan berat badan. Mereka mengaku kehilangan berat badan dan nafsu makannya setelah 8 minggu membiasakan minum 0,5 liter air sebelum makan.
Sementara itu, sebagaimana dikutip dari Halodoc.com, jika cepat merasa lapar padahal baru saja mengonsumsi makanan, kamu perlu waspada karena bisa jadi itu tanda dari polyphagia.
Polyphagia, juga dikenal sebagai hyperphagia, adalah istilah medis untuk rasa lapar yang berlebihan atau ekstrem. Berbeda dengan nafsu makan yang meningkat setelah berolahraga atau aktivitas fisik lainnya.
Normalnya, lapar akan menghilang setelah mengonsumsi makanan. Namun, pada pengidap polyphagia, pengidapnya tetap merasa lapar meski sudah makan lebih banyak.
Polyphagia sendiri umumnya disebabkan oleh beberapa kondisi medis seperti berikut ini:
1. Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi ketika gula darah turun ke angka yang rendah hingga dibawah normal. Kondisi ini paling sering terjadi pada pengidap diabetes. Nah, hipoglikemia juga bisa ditandai dengan polyphagia, yakni terus merasa lapar meski sudah mengonsumsi makanan.
Selain lapar, hipoglikemia juga menyebabkan pusing, sakit kepala, sulit berkonsentrasi, gemetar dan berkeringat.
2. Hipertiroidisme
Hipertiroidisme adalah suatu kondisi saat tiroid bekerja terlalu cepat. Tiroid adalah kelenjar pembuat hormon yang mengontrol banyak fungsi tubuh. Salah satu fungsi hormon tiroid adalah untuk mengontrol metabolisme.
Nah, ketika kelenjar tiroid memproduksi hormon terlalu banyak, seseorang bisa mengalami peningkatan nafsu makan alias polyphagia.
3. Sindrom Pramenstruasi (PMS)
Perubahan hormon selama siklus menstruasi juga kerap membuat para wanita mudah lapar. Lonjakan estrogen dan progesteron dan penurunan serotonin adalah penyebab utama peningkatan nafsu makan, terutama pada makanan-makanan yang tinggi karbohidrat dan lemak.
Baca Juga: 6 Cara Mudah Menjaga Kulit agar Tampak Awet Muda
Gejala PMS lainnya meliputi lekas marah dan perubahan suasana hati, kembung, kelelahan, dan diare.
4. Kurang Tidur
Kamu pasti pernah dengar kalau kurang tidur bisa meningkatkan nafsu makan. Ini benar, sebab kurang tidur dapat mempersulit tubuh untuk mengontrol kadar hormon yang mengatur rasa lapar. Selain menjadi sangat lapar, orang yang kurang tidur juga cenderung mengonsumsi makanan berkalori tinggi.
5. Stres
Saat mengalami stres, tubuh melepaskan sejumlah besar hormon yang disebut kortisol. Kortisol adalah hormon yang mampu meningkatkan rasa lapar. Nah, terlalu stres atau cemas otomatis bisa meningkatkan kadar kortisol menjadi lebih tinggi. Alhasil, kamu rentan mengalami rasa lapar yang ekstrem.
6. Diabetes
Polyphagia juga bisa menjadi pertanda penyakit diabetes. Saat makan, tubuh mengubah makanan menjadi glukosa.
Kemudian menggunakan hormon yang disebut insulin untuk mendapatkan glukosa dari aliran darah untuk disebarkan ke sel-sel tubuh. Sel-sel ini kemudian menggunakan glukosa tersebut untuk dijadikan energi dan fungsi tubuh lainnya.
Saat mengidap diabetes, tubuh tidak dapat memproduksi insulin (tipe 1) atau tidak menggunakan insulin dengan benar (tipe 2). Oleh karena itu, glukosa tetap berada di aliran darah dan tidak dapat disebarkan ke dalam sel.
Akibatnya, sel tidak mampu menghasilkan energi supaya tubuh berfungsi dengan baik. Ketika ini terjadi, sel-sel akan terus memberi sinyal lapar dan kamu ingin makan terus-menerus untuk mendapatkan glukosa yang dibutuhkan. (C)
Penulis: Nurdian Pratiwi
Editor: Kardin