Cepat Rusak, Gerbang Toronipa-Kendari Ternyata Terbuat dari Bahan GRC Bukan Beton

Erni Yanti, telisik indonesia
Jumat, 06 September 2024
0 dilihat
Cepat Rusak, Gerbang Toronipa-Kendari Ternyata Terbuat dari Bahan GRC Bukan Beton
Kepala Dinas SDA dan Bina Marga Pahari Yamsul, dan jembatan Toronipa-Kendari yang bolong. Foto: Erni Yanti/Telisik

" Gerbang Toronipa-Kendari yang pembangunannya baru selesai Februari 2024 lalu, dinilai terlalu cepat rusak. Saat ini gerbang itu sudah mulai bolong dan lampu-lampu penerangannya hilang "

KENDARI, TELISIK.ID - Gerbang Toronipa-Kendari yang pembangunannya baru selesai Februari 2024 lalu, dinilai terlalu cepat rusak. Berdasarkan pantauan Telisik.id Kamis (5/9/2024), terlihat gerbang itu sudah mulai bolong dan lampu-lampu penerangannya hilang.

Salah seorang warga di sekitar gerbang Toronipa Kendari, Jufri (58) mengatakan, konstruksi gerbang Toronipa dinilai akan cepat rusak jika tidak dipelihara, karena tidak terbuat dari beton, melainkan menggunakan bahan Glass Reinfirced Concrete (GRC).

Menurutnya gerbang Toronipa saat ini mulai rusak bukan karena faktor bahan yang digunakan, namun karena perbuatan oknum yang tidak bertanggung jawab.

"Selama empat bulan saya jaga di sini, setelah jadi ini gerbang saya yang mengamankan di sini. Tapi sekarang sudah tidak. Harusnya pemerintah turut memperhatikan. Lihat sekarang banyak bolong dan rusak," katanya kepada Telisik.id.

Ia juga mengatakan, karena di dalam gerbang tersebut ruang kosong dan terdapat besi-besi penopang, sehingga dengan mudahnya oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab memanjat dan mengambil beberapa lampu penerangannya.

"Ini bolong karena beberapa lampunya dicuri. Bahkan saya lihat waktu itu pencurinya, saya buru tapi saya tidak dapat orangnya," ungkapnya.

Warga lainnya, Andri, juga merasa heran karena menurutnya pembangunan jembatan itu berisikan beton, namun beberapa hari belakangan ini dilihat sudah terdapat kerusakan.

Baca Juga: Progres Gerbang Jalan Kendari-Toronipa Tahap Finishing, Akhir Januari Bakal Serah Terima

"Itu dinding gerbangnya sudah bolong-bolong, saya kira di dalam itu beton ternyata hanya besi-besi. Di beberapa sudutnya  juga sudah dirusaki," katanya.

Sementara itu, Kepala Dinas SDA dan Bina Marga Sulawesi Tenggara, Pahri Yamsul saat dikonfirmasi menerangkan bahwa pembangunan gerbang Toronipa-Kendari menggunakan teknologi arsitektur modern dan tidak lagi menggunakan batu merah full.

"Hampir semua gedung-gedung tinggi di Jakarta dan kota besar lainnya di Kendari juga ada yang konstruksi seperti itu tidak menggunakan batu merah lagi. Di rujab kantor Gubernur Sultra semua kolam- kolam yang besar tidak ada isinya sedikit sekali, kita bungkus dengan Glass Reinfirced Concrete (GRC), beton campuran serat kaca, itu tahannya sampai 25 tahun. Itu tahan api, tahan air dan mudah perawatannya," jelas Pahri.

Selain dari konstruksi bangunan yang megah, pembangunan gerbang Toronipa-Kendari juga melihat nilai estetikanya.

"Sehingga gerbang Toronipa-Kendari juga menggunakan bahan tersebut, karena sisi estetika yang kita kejar. Kalau kita gunakan beton atau batu merah itu tidak nampak. Kalau GRC bisa kita bentuk," ungkapnya.

Pahari juga menyebutkan alasan gerbang Toronipa cepat rusak dan beberapa sudutnya bolong, bukan karena faktor alam, namun karena sengaja dirusak.

"Sehingga kami dari pihak dinas teknis bertanggung jawab terkait hal itu. Masih ada anggaran yang belum diberikan kepada kontraktor hampir Rp 6 miliar, sampai dia perbaiki semua kerusakan itu," tegasnya.

Baca Juga: Jadi Spot Berfoto, Jalan Lingkar Wisata Pantai Toronipa dan Pulau Bokori Penuh Sampah

Ia menilai justru dari konstruksi bahan GRC itu bisa tahan sampai 25 tahun dibandingkan konstruksi batu merah.

"Boleh di-search di Google gedung-gedung apa saja yang sudah menggunakan bahan itu. Yang pertama, beton akan susah dibentuk. Kemudian konstruksinya lebih besar lagi sementara disitu kita ada hitungan-hitungan beratnya, itu akan membebani jembatan kita sehingga digunakanlah GRC. Kita juga gunakan di Masjid Al Alam," jelasnya.

Terkait kerusakan yang terjadi saat ini, Dinas SDA dan Bina Marga Sulawesi Tenggara masih meminta pertanggungjawaban pihak kontraktor karena belum diserahterimakan kepada dinas teknis.

"Itu masih tanggung jawab kontrak belum diserahtermakan kepada kami, harus diperbaiki baru kami bayarkan sisa anggarannya. Selama tidak diperbaiki, kami tidak akan bayarkan, termasuk cat yang pudar," tandas Pahri. (A)

Penulis: Erni Yanti

Editor: Haerani Hambali

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS 

Baca Juga