COVID-19 Menggila di Asia Tenggara, Filipina Ancam Penjarakan Warganya

Ibnu Sina Ali Hakim, telisik indonesia
Selasa, 22 Juni 2021
0 dilihat
COVID-19 Menggila di Asia Tenggara, Filipina Ancam Penjarakan Warganya
Presiden Filipina Rodrigo Duterte. Foto: Albert Alcain/Malacanang Presidential Photographers

" Asia Tenggara tampaknya menjadi kawasan dengan kondisi COVID-19 yang cukup parah. "

MANILA, TELISIK.ID - Asia Tenggara tampaknya menjadi kawasan dengan kondisi COVID-19 yang cukup parah.

Hingga kini banyak negara-negara di Asia Tenggara seperti Indonesia, Malaysia, hingga Filipina alami lonjakan COVID-19. Bahkan dalam kondisi ini segala cara dilakukan untuk menekan penyebarannya salah satunya melalui pemberian vaksin.

Filipina yang tengah berjuang untuk menekan penyebaran COVID-19, sampai paksa rakyatnya sendiri untuk disuntik dengan vaksin.

Dilansir dari 24h.com.vn pada Selasa (22/6/21), Presiden Filipina Rodrigo Duterte, sampai memberikan ancaman penjara bagi siapapun yang menolak divaksin.

Pasalnya Filipina kini juga tengah mengalami lonjakan tinggi kasus COVID-19. Bahkan negara tersebut menjadi salah satu negara terburuk di Asia dengan lebih dari 1,3 juta infeksi dan lebih dari 23.000 orang meninggal.

Hal itulah yang membuat Filipina harus mengambil tindakan ketat, dengan memaksa rakyatnya sendiri supaya mau mendapatkan vaksin COVID-19.

Duterte membuat pengumuman itu dalam pidato yang disiarkan televisi pada 21 Juni, setelah laporan cakupan vaksinasi yang rendah di beberapa lokasi vaksinasi di ibu kota Manila.

Baca juga: Wow! Cristiano Ronaldo Jadi Orang Pertama Punya 300 Juta Lebih Followers di Instagram

Kata-kata Duterte kontras dengan pernyataan pejabat kesehatan, yang mengatakan bahwa orang-orang didorong untuk mendapatkan vaksin COVID-19 secara sukarela.

"Jangan salah paham, ada krisis di negara ini. Saya hanya kesal karena orang Filipina tidak peduli dengan pemerintah," kata Duterte.

Sementara itu dilansir dari intisarigrid.id, Pada 20 Juni, pihak berwenang Filipina hanya memvaksinasi penuh 2,1 juta orang, membuat kemajuan selaras dengan tujuan pemerintah untuk memvaksinasi 70 juta orang di negara berpenduduk 110 juta orang tahun ini.

Juga pada 21 Juni, pemerintah Filipina menandatangani kesepakatan untuk membeli 40 juta dosis vaksin COVID-19 yang dikembangkan oleh BioNTech (Jerman) dan Pfizer (AS) untuk memenuhi program vaksinasi nasional.

Ini merupakan kontrak pembelian vaksin COVID-19 terbesar yang ditandatangani pemerintah Filipina tahun ini.

Menurut Carlito Galvez, Kepala Departemen Pembelian Vaksin  COVID-19 pemerintah, vaksin Pfizer akan dikirim dalam delapan minggu, yaitu mulai Agustus 2021, dan akan didistribusikan ke provinsi dan wilayah di negara ini.

Filipina telah memesan 113 juta dosis dari lima produsen vaksin, termasuk 26 juta dosis dari Sinovac China, 10 juta dosis Sputnik V Rusia, 20 juta dosis dari Moderna dan 17 juta dosis dari AstraZeneca.

Baca juga: Mengerikan! Pria Ini Nekat Mencuri Anak Kucing dan Memakannya

Situasi ini menujukkan betapa daruratnya kondisi COVID-19 di wilayah Asia Tenggara saat ini.

Sementara itu, Indonesia masih menjadi sorotan utama lonjakan kasus COVID-19 di wilayah Asia Tenggara. Dalam 24 jam terakhir, Indonesia telah menambahkan 14.536 kasus baru, level tertinggi sejak wabah ini melanda.

Dengan demikian, jumlah kasus COVID-19 di Indonesia melebihi 2 juta kasus, menjadi wabah paling serius di Asia Tenggara.

Peningkatan jumlah kasus COVID-19 yang tiba-tiba membuat pemerintah provinsi memperketat tindakan pencegahan epidemi, terutama ketika ketiga varian berbahaya itu tercatat di Indonesia.

Situasi di Malaysia juga mengkhawatirkan, pada 21 Juni, Malaysia mencatat 595 kasus baru dan 3 kematian.

Infeksi baru telah melonjak bulan ini, meningkatkan kekhawatiran akan gelombang infeksi COVID-19 yang jauh lebih besar.

Organisasi internasional seperti Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (IFRC) telah memperingatkan wabah yang berkembang di negara itu.

Sementara itu, kampanye vaksinasi Myanmar melambat secara signifikan setelah kudeta, karena beberapa orang menolak vaksinasi sebagai cara memprotes pemerintah yang dikendalikan militer. (C)

Reporter: Ibnu Sina Ali Hakim

Editor: Haerani Hambali

Artikel Terkait
Baca Juga