Pengolah Rajungan di Muna Dilatih Atasi Dampak COVID-19

Muhammad Israjab, telisik indonesia
Sabtu, 21 November 2020
0 dilihat
Pengolah Rajungan di Muna Dilatih Atasi Dampak COVID-19
Tim dosen gabungan Fakultas Ekonomi dan Bisnis serta Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UHO. Foto: Ist.

" Namun pasca diberlakuknnya New Normal harga berkisar antara Rp 20 ribu perkilo hingga Rp 30 ribu perkilo. "

KENDARI, TELISIK.ID - Tim Dosen Universitas Halu Oleo (UHO) memberikan pelatihan dan pendampingan tentang manajemen UMKM dan sumber pendapatan alternatif  untuk mengatasi dampak Pandemi COVID-19.

Pada nelayan penangkap dan UMKM Pengolah Rajungan di Kecamatan Towea Kabupaten Muna melalui Program Kemitraan Masyarakat (PKM).

Ini merupakan kolaborasi dari dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis serta Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UHO.

Banyak negara tujuan ekspor rajungan terbesar seperti Amerika Serikat (AS) menghentikan impor atas komoditi daging rajungan kaleng selama 1-2 bulan.

"Ini sangat mempengaruhi mata rantai pasok rajungan mulai dari eksportir, broker, miniplant, sampai pada nelayan rajungan. Di tingkat miniplant terpaksa melakukan penurunan harga dan seleksi ketat pembelian rajungan segar," ucap Ketua Tim Pelaksana PKM Waode Aswati, SE, M.Si, Sabtu (21/11/2020).

Sehingga bagi nelayan penangkap rajungan diberi pelatihan tentang metode penangkapan yang ramah lingkungan dan penangan hasil tangkapan sesuai Sanitation Standard Operational Prosedure (SSOP).

Baca juga: Hari Ini, COVID-19 di Sultra Kembali Menelan Satu Orang Korban

Untuk ibu-ibu nelayan diberi pelatihan pembuatan produk olahan rajungan untuk memanfaatkan rajungan yang tidak memenuhi standar mutu pabrik sebagai sumber pendapatan tambahan.

Di tingkat nelayan, lesunya permintaan akan rajungan mengakibatkan mereka enggan untuk melaut, kecuali mereka telah kehabisan “uang belanja”.

Dosen Jurusan Akuntansi ini menjelaskan bahwa selama masa Pandemi, harga rajungan segar turun dari Rp 50 ribu perkilo menjadi Rp 10 ribu perkilo.

"Namun pasca diberlakuknnya New Normal harga berkisar antara Rp 20 ribu perkilo hingga Rp 30 ribu perkilo," ujarnya.

Sementara, UMKM Mini Plant dan Nelayan mitranya dengan sarana dan kemampuan yang sangat terbatas menjadi pihak yang sangat merasakan dampak tersebut.

Turunya harga beli bahan baku, dan sering terjadinya barang reject sangat melemahkan kondisi perekonomian mereka.

Melemahnya kedua komponen ini diperburuk dengan tidak tertibnya pencatatan dan pengelolaan keuangan serta kebiasaan nelayan selama ini meminjam uang untuk modal dan biaya operasional yang kadang tidak dapat ditutupi dari penjualan hasil tangkapan.

Baca juga: Tim Telisik FC Minus Dua Poin pada Babak Penyisihan Liga Media 2020

Dengan adanya pelatihan ini, Arlan selaku pemilik mini plant mengatakan program ini sangat membantu terlebih adanya pandemi COVID-19. Terlihat juga antusias warga setempat ketika mengikuti kegiatan ini.

"Pelatihan ini sangat kami perlukan sebab selama ini kami seringkali dituntut untuk membuat laporan keuangan yang baik sebagai syarat untuk memperoleh pinjaman modal dan dianjurkan dalam pengurusan perizinan usaha di pemerintah daerah. Paling penting kami pun sangat ingin mengetahui kondisi keuangan usaha kami setiap waktu," ungkapnya

Kecamatan Towea merupakan salah satu sentra produksi kepeting rajungan di kawasan Selat Tiworo. Nelayan setempat melakukan penangkapan kepiting rajungan menggunakan Pukat Kepeting, Bubu Lipat, dan Pancing.

Hasil tangkapan mereka didaratkan langsung untuk memasok beberapa mini plant pengolah rajungan yang ada dikawasan ini.

Daging rajungan olahan dari mini plant dikirim ke beberapa perusahaan eksportir di Kota Makassar dan Surabaya.

Sebagain besar nelayan penangkap rajungan menjadikan usaha ini sebagai mata pencaharian utama sehingga ketika terjadi masalah dengan rantai pasok rajungan maka nelayan akan menjadi kelompok yang paling merasakan imbasnya. (A)

Reporter: Muhammad Israjab

Editor: Fitrah Nugraha

TAG:
Baca Juga