Hikmah Kebijakan Stay at Home di Bulan Ramadan

Fitrah Nugraha, telisik indonesia
Minggu, 26 April 2020
0 dilihat
Hikmah Kebijakan Stay at Home di Bulan Ramadan
Muballigh Sultra, Muhammad Yasin, S.Pd, M.Pd. Foto: Ist.

" Melihat kondisi seperti ini, dengan kapasitas saya sebagai orang yang sedikit memahami agama, hanya sekedar menduga bukan menentukan bahwa mungkin inilah cara Allah untuk bisa meningkatkan kualitas diri kita di tengah pandemi. "

KENDARI, TELISIK.ID - Setiap kejadian dalam kehidupan di dunia memiliki hikmahnya masing-masing. Bukan hanya ketika lapang tapi juga di kala sempit.

Termasuk di bulan Ramadan ini yang karena pandemi COVID-19, menuntut kita agar lebih banyak beraktivitas di rumah atau stay at home.

Muballigh Sulawesi Tenggara (Sultra), Muhammad Yasin, S.Pd, M.Pd mengungkapkan, kebijakan stay at home memiliki hikmah tersendiri, khususnya saat di bulan Ramadan ini.

Mengingat, kebijakan agar tetap berada di rumah, baik untuk bekerja maupun belajar ini merupakan upaya memutus rantai penularan COVID-19 yang menjangkiti dunia, termasuk Indonesia dan Kota Kendari.

Dimana, kata dia, Ramadan kali ini agak berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Jika Ramadan tahun lalu umat Islam menjalaninya dengan leluasa, berpuasa di siang hari berikut amalan sunnah sebagai pelengkap ibadah, mulai dari tadarus Al-qur'an, bersedekah hingga amalan yang dilakukan secara berjamaah, seperti melaksanakan umrah, tarawih berjamaah dan i'tikaf di masjid untuk memburu malam kemuliaan lailatul qadri.

Namun, lanjut dia, Ramadan kali ini sangat berbeda, setelah wabah COVID-19 menjadi pandemi yang mengharuskan masyarakat tidak bisa lagi secara leluasa beraktivitas di luar rumah, baik mencari nafkah maupun ibadah tarawih di masjid demi menghindari penularan wabah tersebut.

Kalau Ramadan tahun lalu, masyarakat masih leluasa berinteraksi satu sama lain dengan menjalankan aktivitas kesehariannya secara leluasa, tetapi pada Ramadan 1441 H ini mengharuskan masyarakat menjalankan aturan yang bernama social distancing, dan bahkan nanti bisa saja diberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

"Melihat kondisi seperti ini, dengan kapasitas saya sebagai orang yang sedikit memahami agama, hanya sekedar menduga bukan menentukan bahwa mungkin inilah cara Allah untuk bisa meningkatkan kualitas diri kita di tengah pandemi," katanya, Minggu (26/4/2020).

Baca juga: Ini Manfaat Konsumsi Kurma Saat Berbuka Puasa

Betapa tidak, tambah dia, dengan datangnya bulan Ramadan di tengah pandemi ini, maka itu artinya Allah SWT mendatangkan banyak sekali keutamaan-keutamaan yang disediakan sebagai ladang untuk menuai pahala yang berlipat ganda, sebagian bentuk keistiqomahan dalam menjalankan ibadah.

Pasalnya, ia melanjutkan, sebelumnya meski tanpa kondisi pandemi selalu saja Ramadan ke Ramadan lainnya terlewati tanpa pernah berhasil memaksimalkan amal ibadah, meski sudah diyakini betapa besar ganjaran pahala yang Allah siapkan.

Kalau mau jujur, kata dia, kondisi itu terjadi karena kehidupan saat ini lebih pada bercorak kapitalistik dan sekularistik, yang pada akhirnya memberi kontribusi besar yang mempengaruhi pola pikir dan pola sikap masyarakat dalam mengarungi kehidupan.

Sehingga, perlahan-lahan cara pandang masyarakat mengikut ke cara hidup orang sekuler yang mengartikan kebahagiaan itu diukur dari seberapa besar keuntungan materi atau harta yang didapatkan, terlepas apakah halal atau haram dalam memperolehnya.

"Maka tidak lagi mengherankan, kalau Ramadan datang kita hanya cenderung malewati dengan ibadah yang bisa dibilang alakadarnya. Puasa pada siang hari, malamnya ada yang shalat tarawih namun ada juga tidak, bahkan tidak menyentuh dan membaca Al-Qur'an sama sekali dengan alasan sibuk," ujarnya.

Sehingga dengan adanya kebijakan stay at home atau tinggal di rumah selama pandemi ini, umat Islam bisa memaksimalkan ibadah bersama dengan keluarga, karena hampir seluruh waktunya ada di rumah.

Olehnya itu, ia mengimbau, akan ada baiknya apabila dalam menjalankan puasa di rumah bisa menyusun program amalan dengan mengupayakan semua ibadah bisa tercapai dengan hasil yang maksimal.

Misalnya saja, ia mencontohkan, menjadwal rutinitas agar saat masuk jam salat bisa tepat waktu menunaikannya, menuntut ilmu, serta meluangkan waktu agar bisa ikut berdakwah baik secara pribadi maupun jamaah.

"Nah, di tengah kondisi seperti ini kita harus meluangkan waktu untuk mengajak orang lain pada kebaikan. Karena jangan sampai kita mengabaikan kewajiban menuntut ilmu dan dakwah. Apalagi puasa, menuntut ilmu dan berdakwah sama-sama kewajiban dalam Islam," imbaunya.

Bahkan, ia menjelaskan, dengan banyaknya waktu di rumah harusnya bisa target khatam Al-Quran, yaitu dengan membuatlah program One Day One Juz. Dengan program ini, setidaknya setiap habis salat fardhu, hendaknya membaca dua halaman sehingga bisa tuntas satu juz untuk satu hari.

Terlebih lagi saat malam ganjil pada 10 hari malam terakhir Ramadan nanti, maka jauh-jauh hari sudah harus disusun jadwal agar bisa memburu malam kemuliaan lailatul qadri, sebab malam tersebut lebih baik dari seribu bulan.

"Inilah beberapa amalan yang bisa kita maksimalkan di tengah wabah COVID-19, khususnya dengan memetik hikmahnya bahwa banyak sekali waktu yang bisa kita gunakan untuk beribadah. Meskipun kita berada di tengah pandemi, namun itu tidak mengurangi semangat kita untuk beribadah kepada Allah Ta'ala," tutupnya.

Reporter: Fitrah Nugraha

Editor: Rani

Artikel Terkait
Baca Juga