Masjid Syuhada, Mengenang Pahlawan yang Gugur dalam Pertempuran Kotabaru

Affan Safani Adham, telisik indonesia
Jumat, 03 Juli 2020
0 dilihat
Masjid Syuhada, Mengenang Pahlawan yang Gugur dalam Pertempuran Kotabaru
Masjid Syuhada Yogyakarta memiliki sejarah panjang terhadap perkembangan masjid modern di Indonesia. Foto: Affan Safani Adham/Telisik

" Bangunan masjid ini sudah dibuat bersekat dan digunakan sesuai dengan fungsinya masing-masing. "

YOGYAKARTA, TELISIK.ID - Masjid Syuhada yang berwarna dominan hijau, berlokasi di Jalan I Dewa Nyoman Oka No.13, Kotabaru, Gondokusuman, Kota Yogyakarta, merupakan bangunan masjid bersejarah. Peletakan kiblat pertama dipimpin oleh KH Badawi.

Nama Syuhada itu dipilih untuk memperingati para pejuang yang gugur dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Pembangunan Masjid Syuhada adalah untuk mengenang jasa para pahlawan yang gugur dalam "Pertempuran Kotabaru" pada 7 Oktober 1945.

Pertempuran antara kaum republikan dengan tentara Jepang yang ingin mempertahankan Kotabaru. Dan jalan tempur harus ditempuh. Akibatnya, gugurlah 21 orang pahlawan yang saat ini dikenang dan diabadikan jasanya melalui penyematan nama jalan di ruas-ruas Kotabaru, di antaranya: I Dewa Nyoman Oka, Faridan M Noto, Sabirin, Abu Bakar Ali, Sunaryo dan nama pahlawan lainnya.

Pembangunan masjid Syuhada Yogyakarta berawal dari kegiatan pengajian yang diadakan di rumah keluarga Moch Joeber Prawiroyuwono yang berada di Jalan Ngasem, Kraton, Yogyakarta. Pengajian itu digelar setelah mundurnya Belanda dari Yogyakarta dan menjelang pemindahan ibukota negara dari Yogyakarta ke Jakarta.

Semula, kepanitiaan di periode pertama yang diketahui Mohammad Muammal dan periode kedua diketua HM Syuja' mengalami kegagalan. Sampai saat ini, masih belum dipastikan apa penyebab kegagalan tersebut.

Baru pada pembentukan panitia periode ketiga yang diketua Mr. Asaat, pembangunan Masjid Syuhada berlangsung dengan lancar. Pada kepanitiaan tersebut, Mr. Asaat membentuk 17 orang anggota panitia yang kemudian dikenal dengan sebutan Panitia 17. Kepanitiaan tersebut dibentuk pada hari Jumat, 14 Oktober 1949.

Pada saat itu, panitia memperkirakan dana yang dibutuhkan untuk pembangunan masjid Syuhada adalah sekitar Rp 1 juta. Namun demikian, total pengeluaran yang ada ternyata lebih dari Rp 1,2 juta.

Baca juga: Sejarah Masjid Raya Medan Menjadi Daya Tarik Wisatawan

Pengeluaran itu hanya mampu mencakup bangunan masjid (material). Belum termasuk perlengkapan di dalam masjid seperti sajadah, mimbar, kipas angin, dan lain sebagainya. Terlebih lagi, panitia pembangunan masjid juga tidak dibayar sedikit pun. Mereka yang kebanyakan adalah pratokoh bangsa dan masyarakat bahkan mengeluarkan pengeluaran pribadinya untuk pembangunan masjid Syuhada.

Kemudian, masjid Syuhada diresmikan pada 20 September 1952 oleh Presiden pertama RI, Ir Soekarno, setelah pembangunannya memakan waktu dua tahun sejak 23 September 1950. Peletakan batu pertama dilakukan oleh Sri Sultan HB IX yang kala itu menjabat sebagai Menteri Pertahanan RI.

Arti syuhada adalah pejuang. Dan masjid tersebut dulunya memang menjadi salah satu masjid yang menyimpan nilai sejarah, terutama berkaitan dengan perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Masjid Syuhada memiliki sejarah panjang terhadap perkembangan masjid modern di Indonesia. Adapun pembangunan masjid Syuhada didasari atas persoalan tidak adanya tempat ibadah bagi umat Islam di Kotabaru Yogyakarta, mengingat di sampingnya berdiri megah bangunan Gereja Kristen Batak Protestan.

Selain itu, Pemerintah Indonesia juga bermaksud memberikan hadiah kepada rakyat Yogyakarta atas perjuangan mereka dalam melawan penjajah dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

"Secara tidak langsung, Masjid Syuhada ini menjadi cikal-bakal dibangunnya Masjid Istiqlal di Jakarta," terang Panji Kumoro, M.Phil, peneliti sejarah Masjid Syuhada sekaligus Kepala Bagian Perpustakaan Masjid Syuhada Yogyakarta.

Ditambahkan Panji Kumoro, Masjid Syuhada ini termasuk salah satu pionir arsitektur masjid modern di Indonesia. "Bangunan masjid ini sudah dibuat bersekat dan digunakan sesuai dengan fungsinya masing-masing," terangnya.

Masjid yang menggabungkan berbagai arsiktektur -- selain sejumlah perlambang melekat dalam setiap bangunan -- di kubahnya mengambil bentuk-bentuk bangunan yang berkembang di Persia, India dan menjadi bagian dari masjid-masjid yang dibangun ketika itu. Kubah bundar di bagian tengah sebagai kubah utama, dikelilingi kubah kecil di empat sudutnya.

Adanya 17 anak tangga menuju ruang utama, gapura berbentuk segi delapan di depan masjid serta kubah pertama berjumlah empat dan kubah atas berjumlah lima, menunjukkan Hari Kemerdekaan Indonesia, yaitu 17 Agustus 1945.

Selain simbol nasionalis, bangunan dengan 3 lantai ini juga menyisipkan simbol Islam, seperti 20 ventilasi di ruang bawah yang menandakan 20 sifat Allah SWT, enam jendela di ruang salat pria sebagai rukun iman, lima ventilasi tempat khusus imam simbol Rukun Islam, dan dua tiang penyangga di mushola putri sebagai simbol dua keyakinan untuk menyeimbangkan kepentingan duniawi dan ukhrawi (akhirat).

Kini, Masjid Syuhada sudah dilengkapi dengan bangunan pendukung seperti perpustakaan hingga lembaga pendidikan formal sejak dari TK, SD, SMP dan perguruan tinggi. Bahkan juga memiliki lembaga zakat, lembaga keuangan serta koperasi yang dikelola secara mandiri.

Reporter: Affan Safani Adham

Editor: Haerani Hambali

Artikel Terkait
Baca Juga