Janda di Negara Ini Harus Bakar Diri Demi Jaga Kehormatan, Mati dengan Mayat Suami
Ibnu Sina Ali Hakim, telisik indonesia
Kamis, 20 Oktober 2022
0 dilihat
Sati merupakan suatu ritual yang telah dipraktikan sejak abad ke-17. Foto: Kaskus.id
" Sati, merupakan suatu ritual yang telah dipraktikkan sejak abad ke-17 dalam budaya Hindu yang kental di India "
INDIA, TELISIK.ID - Sati, merupakan suatu ritual yang telah dipraktikkan sejak abad ke-17 dalam budaya Hindu yang kental di India.
Para wanita yang ditinggal mati oleh suaminya akan berbaring di samping jasad sang suami untuk dibakar hidup-hidup bersama mayat sang suami.
Lebih baik mati terhormat, daripada hidup menanggung malu dan derita. Hal inilah yang menjadi latar belakang tradisi "bunuh diri" di berbagai negara menjadi legal untuk dilakukan.
Baca Juga: Arkeolog Temukan Makam Sinterklas di Bawah Gereja Bizatium, Turki
Dalam budaya yang lebih menghargai kehormatan daripada kehidupan, bunuh diri menjadi jalan keluar yang paling mereka sukai. Dari Seppuku Jepang, hingga bunuh diri massal orang Yahudi di Masada, versi bunuh diri demi kehormatan telah tercatat di berbagai negara di seluruh dunia sejak beberapa abad yang lalu.
Salah satunya yang terjadi di India Utara, kelas penguasa Rajput telah lama mempraktikkan versi unik bakar diri mereka sendiri. .
Melansir Paragram.id, dalam tradisi Sati, ketika sang suami meninggal dunia, istri juga akan menghilangkan nyawanya. Salah satu caranya adalah dengan membakar diri.
Sati juga diartikan berarti wanita yang baik atau istri yang suci. Dalam praktiknya, Sati biasanya dilakukan segera setelah sang suami meninggal dunia.
Baca Juga: Tak Hanya Kentut Hewan Ternak, Negara Ini Kenakan Pajak Bernafas dan Jomblo
Melansir Kumparan.co, berdasarkan kepercayaan Hindu kuno, Sati melambangkan penutupan pernikahan. Sati dilakukan secara sukarela, tanpa paksaan. Murni karena sang istri ingin menjadi pasangan yang berbakti dan mengikuti suami ke alam baka.
Namun, seiring waktu, tradisi ini menjadi sesuatu yang 'dipaksakan'. Secara tradisional, sosok janda di India tidak memiliki peran dan dianggap sebagai beban.
Kabarnya, apabila janda tersebut ditinggal mati suaminya dan tak memiliki anak, ia akan 'ditekan' oleh masyarakat untuk melakukan tradisi Sati. Di luar itu, kesulitan menjadi seorang janda juga menjadi alasan terbesar praktik Sati berkembang. (C)
Penulis: Ibnu Sina Ali Hakim
Editor: Kardin