Tak Hanya Kentut Hewan Ternak, Negara Ini Kenakan Pajak Bernafas dan Jomblo
Ibnu Sina Ali Hakim, telisik indonesia
Selasa, 18 Oktober 2022
0 dilihat
Beberapa negara mengharuskan warganya membayar pajak jika masih jomblo. Foto: Repro kitabijak
" Pemerintah Venezuela memungut pajak bagi seseorang yang menghirup oksigen untuk bernapas "
KENDARI, TELISIK.ID - Warga Indonesia cukup beruntung, karena mereka hanya diharuskan membayar pajak atas kepemilikan seperti kendaraan bermotor, bumi dan bangunan, pajak usaha, dan lain sebagainya.
Bagaimana jika kita harus membayar pajak untuk hal yang sifatnya menyangkut diri pribadi seperti status jomblo atau oksigen yang kita hirup tiap hari.
Melansir Haluanpadang.com, pemerintah Venezuela memungut pajak bagi seseorang yang menghirup oksigen untuk bernapas. Tidak semua daerah di Venezuela menerapkan kebijakan membayar pajak bernapas, melainkan hanya di Bandara Internasional Maqueta saja.
Pajak yang dipungut ternyata digunakan untuk mengimbangi biaya operasional sistem penyaring udara di bandara. Tarif yang dipatok untuk bernapas di bandara ini berkisar Rp 280 ribu.
Hal yang aneh juga terjadi di Amerika Serikat pada tahun 1820 silam, negara bagian Missouri di AS menerapkan pajak untuk pria jomblo berusia 21-50 tahun.
Baca Juga: Peneliti Temukan Nasib Es di Benua Antartika yang Semakin Menipis
Pajak yang dikenakan adalah sebesar 1 dollar AS per tahun. Beberapa negara pun sempat menerapkan pajak jomblo ini, seperti Jerman, Afrika Selatan, dan Italia, namun kemudian dihapus.
Sementara itu berbeda lagi di Selandia Baru. Jika hewan ternaknya bersendawa atau kentut, si pemilik hewan harus membayar tagihan pajak yang besar.
Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Arden, pada Selasa (11/10/2022) lalu mengkonfirmasi dalam sebuah konferensi pers, bahwa pemerintahnya akan mendorong proposal yang isinya memberlakukan pajak emisi ternak untuk memerangi perubahan iklim.
Baca Juga: Deretan Kota Jarang Terkena Sinar Matahari, Nomor 1 Terkenal dengan Keindahan Alamnya
"Ini adalah langkah maju yang penting dalam transisi Selandia Baru ke masa depan rendah emisi dan memenuhi janji kami untuk menetapkan harga emisi pertanian mulai tahun 2025," kata Ardern seperti dikutip dari CNNIndonesia.com.
Kentut dan sendawa sapi mengandung senyawa metana. Senyawa ini sangat aktif dan bisa mengganggu keseimbangan lingkungan. Gas metana dari kentut dan sendawa sapi merupakan produk yang berbahaya. Seekor sapi dapat menghasilkan 200 kg metana per tahun. Meskipun karbon dioksida adalah penyebab utama perubahan iklim, gas metana 84 kali lebih kuat merusak atmosfer Bumi.
Rusaknya atmosfer Bumi sangat berpengaruh pada iklim, yang artinya juga berpengaruh pada keberlangsungan hidup manusia di Bumi. Dengan kata lain, sendawa dan kentut hewan ternak memiliki kontribusi cukup besar terhadap emisi gas rumah kaca. (C)
Penulis: Ibnu Sina Ali Hakim
Editor: Haerani Hambali