Jembatan Teluk Kendari: Asa Baru yang Instagramable
Irwan Samad, telisik indonesia
Minggu, 25 Oktober 2020
0 dilihat
Irwan Samad, S.PdI, M.Pd, Guru MA Asy-syafiiyah Kota Kendari. Foto: Ist.
" Menariknya, meski di tengah gelombang unjuk rasa menolak UU Omnibus Law di berbagai daerah termasuk di Kota Kendari, Jokowi menyempatkan diri hadir meresmikan jembatan terpanjang ketiga di Indonesia. "
Oleh: Irwan Samad, S.PdI, M.Pd
Guru MA Asy-syafiiyah Kota Kendari
PEKAN ini, mayoritas unggahan warganet di Kota Kendari bertema Jembatan Teluk Kendari. Maklum saja, desain dan landscape jembatan ini sekilas mirip Suramadu di Jawa Timur. Ikonik dan instagramable. Jadi sayang jika tak mengabadikan momen staycation bersama orang tercinta.
Menariknya, meski di tengah gelombang unjuk rasa menolak UU Omnibus Law di berbagai daerah termasuk di Kota Kendari, Jokowi menyempatkan diri hadir meresmikan jembatan terpanjang ketiga di Indonesia.
Desas desus tentang kehadiran orang nomor satu di Indonesia di Kota Kendari cukup wajar. Sejumlah pihak meragukan apa beliau dapat hadir atau tidak.
Berkaca dari kegiatan World Food Day yang berpusat di Sulawesi Tenggara, 2 Nopember 2019 Jokowi tidak hadir, padahal persiapan benar-benar 100 persen. Beliau hanya mengutus Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo.
Namun, saat pesawat kepresidenan mendarat cantik di Bandara Lanud Haluoleo, keraguan publik pun menjadi ambyar. Pasangan KH. Ma'ruf Amin itu benar-benar datang di Bumi Anoa menandai pemanfaatan jembatan kebanggan masyarakat Sulawesi Tenggara.
Baca juga: Cegah Stunting itu Penting
Jembatan ini, mengingatkan tulisan saya di penghujung tahun 2018 yang berjudul Sultra Etalase Indonesia. Tulisan saya ketika itu, sekedar iseng mengikuti lomba essay tentang landmark Sultra yang diprakarsai oleh Universitas Sulawesi Tenggara dan Kendari Pos. Ya, hitung-hitung kembali belajar (tepatnya mengasah literasi) tentang beberapa infrastruktur Sulawesi Tenggara.
Salah satu landmark Sultra yang saya tulis itu termasuk Jembatan Bahteramas. Dibangun oleh H. Nur Alam (saat ini mantan Gubernur Sultra) sejak tahun 2015 dan diresmikan oleh Jokowi pada 22 Oktober 2020 dengan nama yang baru Jembatan Teluk Kendari.
Di luar dugaan, tulisan saya ketika itu ternyata masuk final dan harus dipresentasikan di hadapan juri expert. Saya pun dicecar dengan pertanyaan-pertanyaan yang ringan, sedang hingga berat serta tak terduga.
Salah satu pertanyaan yang masih teringat dari juri ketika itu, "Apa saudara pernah melihat jembatan itu dan kapan terakhir saudara ke sana?" saya jawab iya dengan gestur yang mantap tanpa ragu-ragu. "Saya terakhir ke sana 2 hari lalu". Rupanya Jawaban saya ini dianggap memperkuat presentasi tulisan saya, sehingga membuat para juri mengangguk-angguk. Saya pun tidak tahu apa makna anggukan itu. Saya berpikiran positif saja.
Pertanyaan itu bukan tanpa alasan. Dia membeberkan banyak orang yang menulis, terutama penulis pemula saat mencari informasi tentang sesuatu obyek hanya mengandalkan dari internet tanpa pernah melihat, merasakan atau mengalami langsung tentang apa yang ia tulis. Akhirnya tulisan dan presentasenya kadang kurang nyambung.
Baca juga: Setelah Disrupsi, Pandemi COVID-19, What's Next?
Alhasil, tulisan saya berhasil menyisihkan para finalis lainnya dan berhak mendapatkan trophy dan amplop berisi puluhan lembar uang berwarna merah hehe. Alhamdulillah.
Tulisan saya ketika itu sudah saya abadikan dalam sebuah buku. Meski sederhana tapi paling tidak, jejak sejarah telah dimulai.
Kini, Sulawesi Tenggara bisa berbangga punya landmark baru, asa baru. Selain berperan penting dalam mempercepat geliat perekonomian masyarakat dan mobilitas barang, jasa dan manusia, jembatan ini juga memiliki daya pikat yang memukau.
Saya jadi ikut bangga (tepatnya terharu). Sebagai warga Kota Kendari, saya bisa merasakan atmosfer ikon baru yang kala itu hanya berupa tiang pancang dan fondasi, kini ikut mengantri berjam-jam sekedar melintasi jembatan fenomenal yang telah menjelma menjadi landmark baru Sulawesi Tenggara.
Sayangnya, animo masyarakat yang luar biasa, kerap terlihat mengabaikan protokol kesehatan. Apalagi menghadapi libur panjang nanti, jembatan ini tentu akan menjadi destinasi wisata bukan saja dari warga lokal, tapi juga nasional bahkan internasional.
Saya khawatir jika masyarakat tidak patuh terhadap protokol kesehatan bisa jadi akan memunculkan klaster Jembatan Teluk Kendari. Ledakan pengunjung mestinya harus diantisipasi lebih dini oleh pihak pemerintah. Semoga. (*)