Jepang Paksa Wanita Korea dan China Jadi Budak Seks Tentaranya

Ibnu Sina Ali Hakim, telisik indonesia
Senin, 27 Desember 2021
0 dilihat
Jepang Paksa Wanita Korea dan China Jadi Budak Seks Tentaranya
Wanita Korea dan China yang dipaksa jadi budak seks jepang pada perang dunia ke dua. Foto: Repro Hipwee.com

" Pada tahun 1932-1945, Jepang pernah memaksa wanita Korea, China dan negara lainnya untuk jadi budak seks para tentaranya "

TOKYO, TELISIK.ID - Jepang pernah memaksa wanita Korea, China dan negara lainnya untuk jadi budak seks para tentaranya.

Dilansir Jurnalsoreang, hal itu terjadi sekitar tahun 1932-1945 yang saat itu Lee Ok seon sedang menjalankan tugas untuk orang tuanya. Pada saat itu, terjadi sekelompok pria berseragam keluar dari mobil, menyerang lalu membawa ke dalam kendaraan.

Kehidupan Lee di Busan, sebuah kota di tempat yang sekarang di sebut Korea Selatan berakhir untuk selamanya.

Remaja tersebut dibawa ke sebuah rumah bordil untuk melayani tentara Jepang yang berada di Tiongkok.

Di sana, ia menjadi salah satu dari puluhan ribu wanita penghibur yang menjadi sasaran prostitusi paksa oleh tentara kekaisaran Jepang antara tahun 1932 dan 1945.

Sudah hampir satu abad sejak wanita pertama dipaksa menjadi budak seks untuk kekaisaran Jepang, tetapi secara detail perbudakan tersebut memecah belah secara politik di Jepang dan negara-negara yang pernah didudukinya.

Catatan yang ada, tercatat hanya ada sedikit yang selamat dan diperkirakan 90% para wanita penghibur tidak selamat dari perang.

Meskipun rumah bordil militer ada di militer Jepang sejak 1932 berkembang secara pesat, setelah salah satu insiden paling terkenal.

Pada 13 Desember 1937, pasukan Jepang memulai pembantaian selama enam Minggu yang pada dasarnya menghancurkan kota Nanking di Tiongkok. 

Sepanjang daerah yang dilalui,  tentara Jepang memperkosa antara 20.000 dan 80.000 wanita China.

Pemerkosaan massal membuat dunia jadi mengerikan dan Kaisar Hirohito prihatin dengan dampaknya terhadap citra Jepang.

Sebagai sejarawan hukum Carmen M. Agibaynotes menyatakan, kaisar diduga memerintahkan militer untuk memperluas apa yang disebut stasiun kenyamanan atau rumah bordil militer, dalam upaya untuk mencegah kekejaman yang lebih lanjut.

Dilansir Liputan6.com, Kekaisaran Jepang juga pernah meminta pemerintahan mereka untuk menyediakan jatah satu budak seks (jugun ianfu) bagi tiap 70 prajurit.

Tentara Kekaisaran meminta pemerintah Jepang untuk menyediakan satu wanita untuk tiap 70 prajurit. Dokumen lain dari provinsi Shandong menyebut bahwa tentara Jepang meminta pemerintah menyiapkan setidaknya 500 jugun ianfu alias budak seks.

Wilayah Shandong berada di wilayah pesisir timur China. Pada era perang dunia II, Jepang sempat menduduki provinsi ini hingga mereka kalah di peperangan.

Selama ini, pemerintah Jepang selalu menyangkal bahwa militer mereka punya kaitan dengan budak seks. Penyangkalan Jepang sering menjadi sumber pertikaian dengan Korea Selatan yang masih menuntut keadilan soal warga mereka yang menjadi budak seks.

Baca Juga: Demi Persahabatan, Suku Ini Tawarkan Istri Berhubungan Seks dengan Teman

Pada tahun 2015, Korea Selatan dan Jepang sebetulnya sudah mencapai kesepakatan. Pemerintah Jepang pun meminta maaf secara resmi dan menyediakan uang 1 miliar yen untuk membantu korban.

Sebuah yayasan untuk menuntaskan proses tersebut. Namun, Jepang resmi menutup yayasan itu pada pertengahan Juli lalu akibat tidak populer di kalangan korban budak seks.

Baca Juga: Awas Denda Rp 18 Juta, Ini Pakaian Wanita yang Dilarang di Arab Saudi

Kesepakatan itu tercapai di era Presiden Park Geun-hye dan dibatalkan oleh Presiden Moon Jae-in. (C)

Reporter: Ibnu Sina Ali Hakim

Editor: Fitrah Nugraha

Baca Juga