Kisah Sahabat Rasulullah yang Ingin Miskin Tapi Selalu Gagal

Haerani Hambali, telisik indonesia
Rabu, 06 Oktober 2021
0 dilihat
Kisah Sahabat Rasulullah yang Ingin Miskin Tapi Selalu Gagal
Abdurrahman bin Auf adalah sahabat Rasulullah SAW yang kaya raya. Berusaha untuk miskin tapi selalu gagal karena kedermawanannya. Foto: Repro Islami.co

" Abdurrahman bin Auf adalah sahabat Rasulullah yang terlanjur kaya, sehingga sering disindir oleh Rasulullah, bahwa Abdurrahman akan masuk surga dengan berjalan merangkak. "

KENDARI, TELISIK.ID - Di antara sekian banyak sahabat Rasulullah, Abdurrahman bin Auf adalah sahabat yang paling kaya. Beliau dikisahkan pernah memborong dagangan dari kota Syam dan dibawa pulang ke Madinah.

Dikutip dari kemenag.go.id, Aisyah radhiyallahu 'anha menceritakan, Abdurrahman bin Auf seringkali membawa pulang 700 kontainer dagangan seperti barisan pawai yang tak ada putusnya. 

Abdurrahman bin Auf adalah sahabat Rasulullah yang terlanjur kaya, sehingga sering disindir oleh Rasulullah, bahwa Abdurrahman akan masuk surga dengan berjalan merangkak.

Para sahabat penasaran ketika mendengar perkataan Rasulullah ini. "Kenapa dia masuk dengan merangkak tidak seperti sahabat lainnya yang berjalan super kilat pada waktu masuk surga?" Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam menjawab: "Sebab dia terlalu kaya."

Abdurrahman bin Auf sering menangis teringat sabda Rasulullah ini. Beliau sering berdoa: "Jadikan aku ini miskin! Aku ingin seperti Masab bin Umair atau Hamzah yang hanya meninggalkan sehelai kain pada saat meninggal dunia. Masab bin Umair ketika jasadnya dibungkus kafan, kakinya tertutup tapi kepalanya terbuka. Ketika ditarik ke atas, kepalanya tertutup tapi kakinya terbuka. Ya Allah!!" rintihnya.

Abdurrahman bin Auf ditakdirkan menjadi orang kaya selama hidupnya. Beliau sering berkonsultasi kepada Rasulullah: bagaimana supaya dirinya dapat masuk ke surga minimal berjalan kaki, tidak merangkak. Jawab Rasulullah: "Perbanyak bersedekah niscaya kakimu menjadi ringan untuk masuk surga!"

Dalam catatan sejarah, pada akhir hayatnya Abdurrahman bin Auf berwasiat membagi hartanya menjadi 3 bagian: 1/3 dibagikan untuk modal usaha sahabatnya; 1/3 untuk melunasi hutang-hutangnya; dan 1/3 lagi untuk dibagi-bagikan kepada fakir miskin. Semua dilakukan untuk meringankan langkahnya memasuki pintu surga.

Dikutip dari Islampos.com, Abdul Rahman bin Auf RA berusaha keras agar bisa menjadi miskin. Setelah Perang Tabuk, kurma di Madinah yang ditinggalkan sahabat menjadi busuk. Lalu harganya jatuh. Abdurrahman bin Auf menjual semua hartanya, kemudian memborong semua kurma busuk milik sahabat tadi dengan harga setara kurma yang bagus.

Sahabat gembira sebab semua dagangannya laku. Abdurrahman bin Auf juga gembira sebab berharap jatuh miskin.

Tiba-tiba, datang utusan dari Yaman membawa berita, Raja Yaman mencari kurma busuk. Di Yaman sedang berjangkit wabah penyakit menular, dan obat yang bisa menyembuhkannya adalah kurma busuk.

Utusan Raja Yaman berniat memborong semua kurma Abdurrahman bin Auf dengan harga 10 kali lipat dari harga kurma biasa.

Allahuakbar. Orang lain berusaha keras jadi kaya. Sebaliknya, Abdurrahman bin Auf berusaha keras jadi miskin, tapi selalu gagal.

Benarlah firman Allah: “Wahai manusia, di langit ada rezki bagi kalian. Juga semua karunia yang dijanjikan pada kalian.” (QS. Adz Dzariat, 22).

Dilansir dari Republika.co.id, Abdurrahman bin Auf pernah memberikan dagangannya sebanyak 700 ekor unta untuk dibagikan pada penduduk Madinah. Ia juga berwasiat agar setiap Muslim yang ikut Perang Badar yang masih hidup diberi 400 dinar dari hartanya.

Abdurrahman bin Auf adalah sahabat Rasulullah yang “gagal miskin”. Karena takut masuk surga dengan merangkak, ia makin gencar membelanjakan hartanya di jalan Allah. Alih-alih hartanya berkurang karena disedekahkan, yang ada malah terus bertambah.

Bahkan tercatat saat Abdurrahman bin Auf saat wafat masih meninggalkan harta sebesar 2.560.000 dinar (setara Rp 3.072 triliun).

Sahabat lain yang juga “gagal miskin” adalah Utsman ibn Affan. Kekayaan menantu Rasulullah SAW ini sangat fantastis. Bukan dari jumlahnya, namun yang mencengangkan, harta itu masih abadi dan terus bertambah, bahkan 14 abad setelah wafat.

Suatu kali Ustman mewaqafkan kebun beserta isinya 1.500 batang pohon kurma. Kebun ini terus menghasilkan dan terkelola dengan baik, sekalipun penguasa wilayah Madinah silih berganti.

Hingga kini kebun dan tanah waqaf itu berada di bawah pengawasan Departemen Pertanian Arab Saudi. Sebagian dana itu lalu dikelola dengan dibangun hotel bintang lima di samping Masjid Utsman Bin Affan, di kawasan Markaziyah.

Hingga hari ini, tercatat saldo di rekening atas nama Utsman ibn Affan mencapai Rp 2.532.942.750.000 dengan pertambahan nilai 50 juta riyal atau setara dengan Rp 16 miliar per tahunnya. (C)

Reporter: Haerani Hambali 

Editor: Fitrah Nugraha 

Baca Juga