Kisah Tukang Kunci yang Bertahan di Tengah Gempuran Teknologi
Gede Suyana Sriski, telisik indonesia
Jumat, 17 Oktober 2025
0 dilihat
Andri, seorang tukang duplikat kunci yang masih bertahan di era gempuran teknologi. Foto: Gede Suyana Sriski/Telisik.
" Di tengah pesatnya perkembangan teknologi digital, terdapat profesi tukang kunci masih bertahan dan tetap dibutuhkan masyarakat "

KENDARI, TELISIK.ID - Di tengah pesatnya perkembangan teknologi digital, terdapat profesi tukang kunci masih bertahan dan tetap dibutuhkan masyarakat. Berbagai jenis kunci bisa dibuat, baik untuk rumah, motor hingga mobil.
Salah satunya adalah Andri, tukang duplikat kunci yang membuka usaha di kawasan Pasar Anduonohu, Kota Kendari. Ia sudah menjalani usaha itu dari tahun 2000 sampai sekarang
Sejak pertama kali membuka jasa tukang kunci, hingga sekarang, Andri masih menduplikasi kunci tanpa menggunakan mesin, alias masih menggunakan cara manual. Untuk menduplikasi kunci, Hamid membutuhkan waktu sekitar 5 menit, sedangkan untuk membuat kunci yang hilang, Hamid membutuhkan waktu sekitar 1 jam.
"Kalau hilang nanti dibongkar, lihat dalam kuncinya dulu, paling sekitar 1 jam, tapi untuk harganya tergantung jenis kuncinya," ujar Andri, Rabu (15/10/2025).
Ia juga mengatakan, pada di tahun 2000 silam penghasilan yang ia dapatkan lumayan banyak dalam sehari.
Baca Juga: Kejaksaan Agung Sita Sejumlah Dokumen Kasus Tambang dari Kantor Dinas Kehutanan Sulawesi Tenggara
"Waktu dulu itu, dalam sehari nggak kehitung dapat orderan berapa, tapi untuk pendapatan itu sehari dapat Rp 500.000, bahkan pernah sampai dapat Rp 1.000.000 sehari. Karena dulu teknologi belum berkembang kayak sekarang, orang yang mau pakai jasa tukang kunci itu masih banyak," ungkapnya.
Ia menambahkan, pendapatannya sekarang tidak menentu dalam sehari karena semakin pesatnya perkembangan teknologi.
"Kalau sekarang dalam sehari, kadang dapat Rp 100.000, paling kecil Rp 50.000. Cukup untuk kebutuhan sehari-hari saja, saya buka itu dari jam 9 pagi sampai jam 5 sore itu," tuturnya.
Menurut Andri, ada beberapa penyebab kenapa tukang kunci pendapatannya menurun, salah satunya karena hadirnya penjualan dan jasa duplikasi kunci secara online, serta menjamurnya tukang kunci yang menggunakan mesin sebagai alat membuat dan menduplikasi kunci.
"Sekarang banyak online, kadang orangnya langsung beli baru, meski mudah rusak juga. Sama kayak ada tukang duplikat kunci pakai mesin di mall-mall yang waktu pengerjaannya lebih cepat juga, sekarang setiap mall ada saja tukang kunci," tuturnya.
Selama puluhan tahun menjadi tukang kunci, Andri telah berhasil menyekolahkan 2 dari 3 anaknya sampai berhasil menempuh pendidikan hingga ke perguruan tinggi.
Baca Juga: Bukan Sekadar Lomba, STQH Nasional 2025 Sulawesi Tenggara Tegur Umat Tak Abai pada Alam
"Bagi saya pendidikan itu penting, harus dan perlu. Alhamdulillah, walaupun kadang berat, tapi dari usaha tukang kunci bisa sekolahin dan kuliahin anak, yang penting kita niat cari uang buat anak istri saja," ungkapnya.
Andri juga mengatakan, meskipun sudah berhasil mengantarkan anak-anaknya sampai perguruan tinggi dan hidup mandiri, tapi ia masih tetap semangat bekerja dan tidak menggantungkan hidupnya kepada anak-anaknya. Baginya, selagi dirinya masih diberi kesehatan, ia akan tetap terus bekerja mencari rezeki.
"Saya tidak ada niatan buat pindah profesi. Meski kata orang kan tinggal ngambil hasilnya saja, tetapi kalau saya, alhamdulillah prinsipnya selagi masih sehat, bisa nyari uang sendiri, tidak nganggur di rumah terus. Dan untuk makan sehari-sehari alhamdulillah cukup," pungkasnya. (C)
Penulis: Gede Suyana Sriski
Editor: Kardin
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS