Komisioner Komnas HAM Curhat Kondisi Jalan Rusak Parah di Buton Utara

La Ode Muhlas, telisik indonesia
Senin, 22 Mei 2023
0 dilihat
Komisioner Komnas HAM Curhat Kondisi Jalan Rusak Parah di Buton Utara
Komisioner Komnas HAM, Anis Hidayah menyebut kondisi jalan rusak di Kabupaten Buton Utara sebagai sebuah ironi, lantaran berada di daerah penghasil aspal terbesar di Indonesia. Foto: Facebook Anis Hidayah

" Salah satu komisioner Komisi Nasional Hak Asasi Manusia atau Komnas HAM, Anis Hidayah membagikan postingan lewat akun facebooknya ihwal pengalamannya melintasi jalan rusak sepanjang menuju Kabupaten Buton Utara, saat berkunjung pada Selasa (16/5/2023) lalu "

KENDARI, TELISIK.ID - Salah satu komisioner Komisi Nasional Hak Asasi Manusia atau Komnas HAM, Anis Hidayah membagikan postingan lewat akun facebooknya ihwal pengalamannya melintasi jalan rusak sepanjang menuju Kabupaten Buton Utara, saat berkunjung pada Selasa (16/5/2023) lalu.

Kunjungan Anis beserta tim di Buton Utara ketika itu, guna menuntaskan agenda memantau penanganan kasus tindak pidana kekerasan seksual (TPKS).

Dalam cuitannya, Anis mengeluhkan parahnya kerusakan jalan sepanjang mengarah ke pusat kota Buton Utara dengan kondisi berlubang menganga dan dalam, memenuhi badan jalan. Bahkan, Anis mendapati pengakuan warga setempat kalau jalan penghubung antar kabupaten itu hingga kini sebagian besar belum tersentuh aspal, sejak Buton Utara berpisah dari Kabupaten Muna, 2007 silam.

Anis mengungkapkan, meskipun mobil yang mereka tumpangi sudah dipersiapkan khusus untuk menghadapi medan berat, tetap saja tidak mampu menghindarkan guncangan hingga berjam-jam akibat jalan bergelombang. Ia mengandaikan perjalanan itu bak sedang bermain kereta luncur.

Baca Juga: Warga Keluhkan Jalan Rusak di Kelurahan Anawai, DPRD Kota Kendari Anggarkan Rp1,1 M

"Kami terombang-ambing dan menahan perut sakit sepanjang perjalanan. Seringkali kami terguncang dan ada suara 'jedak' lalu kami spontan berteriak bersama," menukil cerita Anis di unggahan facebooknya, Senin (22/5/2023).

Dalam perjalanan itu, Anis bersama tim mesti melewati jalan yang dihubungkan beberapa jembatan tua tidak layak pakai. Ia menyebut, penggunaan jembatan berbahan besi dan kayu itu hanya untuk menghubungkan satu penderitaan menuju penderitaan lain.

"Seringkali tiba-tiba ada jalan mulus, kami bernafas lega. Tetapi ternyata hanya 20 meter. Lalu kami bertemu lagi dengan jalan yang rusak," keluhnya.

Selain itu, Anis mengeluhkan pula tidak adanya lampu penerang di sepanjang jalan. Keadaan itu sangat berpotensi menimbulkan bahaya bagi pengendara sewaktu malam hari, manakala hutan dan semak belukar mengelilingi ruas jalan.

"Sepanjang perjalanan ketika mulai memasuki Buton Utara, sinyal ponsel juga hilang untuk semua provider telekomunikasi. Sinyal baru muncul saat memasuki Ereke, ibu kota Buton Utara, itu pun kadang byar pet (kadang muncul kadang hilang)," kesalnya.

Semua kesulitan itu pun menyebabkan Anis bersama tim harus menempuh perjalanan dalam waktu lebih lama. Katanya, saat itu mereka berangkat dari Kota Baubau berjarak sekitar 150 kilometer ke Buton Utara. Ia memperkirakan perjalanan sejauh demikian bila berkendara dengan kecepatan sedang melalui jalan berkondisi layak, semestinya cukup membutuhkan waktu 2 jam.

Tetapi kata Anis, mereka justru menghabiskan waktu perjalanan selama 6 jam untuk bisa sampai ke tempat tujuan, di mana hanya kurang dari setengahnya melewati ruas jalan lumayan baik.

"Jam 3 sore kami berangkat dari Baubau dan hampir jam 9 malam baru kami sampai Buton Utara. Kenapa begitu lama? Sudah dapat informasi sebelumnya bahwa infrastruktur jalan menuju Buton Utara rusak cukup parah. Di Bubu, Bubu Barat, Kecamatan Kambowa, hanya sedikit jalan yang mulus, selebihnya rusak parah, lubang-lubang besar," ungkapnya.

"Saat bertemu dengan bapak Bupati Buton Utara, beliau juga menyampaikan terkait perjalanan kami yang penuh tantangan akibat jalan rusak," imbuhnya.

Setelah melihat kondisi tersebut, Anis membayangkan bagaimana kerumitan masyarakat setempat dalam upaya memenuhi kebutuhan mendasar mereka di tengah buruknya kualitas jalan. Termasuk sulitnya untuk bisa menjangkau akses segala bentuk informasi memadai.

Menurutnya, keadaan itu pun akan menengarai tingkat kesejahteraan masyarakat menjadi rendah.

Anis menganggap kerusakan parah infrastruktur jalan di Buton Utara sebagai sebuah ironi. Mengingat secara geografis wilayahnya berada di daratan Buton yang terkenal salah satu daerah penghasil aspal terbesar di Indonesia, bahkan dunia.

"Pak Basuki dan pak Presiden Jokowi semoga segera bisa berkunjung ke Buton Utara untuk melihat dan memperbaiki kondisi ini, agar masyarakat dapat bermobilitas dengan baik dan berhak mendapatkan hak atas layanan publik yang layak," tandasnya.

Seorang penduduk yang bermukim di pusat kota Buton Utara, Andi (bukan nama sebenarnya) menyampaikan, masalah kerusakan jalan itu sejak lama menjadi derita masyarakat setempat. Warga sudah akrab dengan kondisi jalan arus lalu lintas utama mereka tanpa perbaikan aspal dan penuh lubang.

"Baru lubangnya besar, dari nenek moyang. Buton Utara itu kan identik jalannya. Sudah dari dulu itu," ungkapnya melalui sambungan telepon seluler, Minggu (21/5/2023) malam.

Andi sendiri bekerja sebagai sopir mobil penumpang melayani rute Ereke-Labuan. Ia rutin mengantar penumpangnya berangkat dari pusat kota Buton Utara, Buranga ke pelabuhan feri Labuan, Wakorumba Utara, melewati jalan berstatus jalan kabupaten.

Setiap hari, Andi kerap menantang bahaya ketika melintas di atas lintasan berbatu dan berlubang tersebut. Kondisinya belum beraspal membuat lumpur selalu memenuhi badan jalan saat hujan turun. Bahaya pun semakin mengancam lantaran jalan menjadi licin.

"Ereke ke Labuan itu sepanjang jalan tidak ada aspal kita lihat. Pengerasan tapi pengerasan lama. Modelnya iru kerusakannya lubang-lubang besar, baru ada pendakian tinggi," ujarnya.

Katanya, ia dan teman-temannya sesama sopir mobil penumpang selalu mewaspadai tiga titik terjal yang di sisinya terdapat jurang, terlebih kala musim hujan. Seringkali mobil mereka tidak mampu melaju hingga melewati ketinggian.

"Kalau musim hujan itu to pendakian, kalau muatan-muatan cuma 3 ton atau mobil-mobil kap biasa 1 ton atau 2 ton itu dia mundur. Tidak bisa mendaki, padahal pengerasan hanya saja licin. Rawan di situ, kadang kita mundur itu," tuturnya.

Andi mengungkapkan ruas jalan itu sekarang sebagian masih terhubung dengan beberapa jembatan berbahan batang pohon kelapa.

Salah satu masalah sering mendera Andi dan sopir lain adalah mobil yang dipakai cepat mengalami kerusakan. Sudah pasti setiap bulan mereka menyisihkan biaya hingga hampir satu jutaan untuk perawatan mobil di bengkel.  

"Tidak pernah absen masuk bengkel. Jadi di sini ada bengkel khusus. Jadi mereka itu kalau dari Labuan pulang ke Ereke pasti mereka menempel di bengkel. Mobil baru keluar, belum sampai satu tahun kalau kita lihat modelnya itu kayak umur empat tahun tiga tahun," jelasnya.

Warga Butur lain berdomisili di Desa Wantulasi, Kecamatan Wakorumba Utara, Rudi (nama samaran) berkata, untuk mengurus kebutuhan tugasnya sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN), ia harus mendatangi pusat kantor pemerintahan di ibu kota berjarak sekitar 80 kilometer dari tempatnya.

Setiap menempuh perjalanan sehari pulang-pergi, Rudi butuh perjuangan keras lantaran kondisi ruas jalan nyaris semuanya  rusak.

"Jalur yang kita lalui itu Labuan-Wa Ode Buri. Kondisi jalan 85 persen rusak," ungkapnya melalui pesan Whatsapp, Minggu (21/5/2023).

Baca Juga: Sawah di Lalembuu Hasilkan Ribuan Ton Padi Sekali Panen, Harga Anjlok karena Jalan Rusak

Disampaikannya, karena melakukan perjalanan memakai sepeda motor mengharuskannya melaju pelan. Ruas jalannya penuh lubang, sehingga jika berkendara dengan kecepatan cukup tinggi, maka potensi mengalami kecelakaan besar terjadi. Jalan yang sering ia lalui selalu menjadi kubangan lumpur di musim hujan.

"Biasa 3 jam perjalanan. 2,5 jam kalau balap, tapi motor korban," katanya.

Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Buton Utara, Mahmud Buburanda tidak memberi keterangan saat dikonfirmasi lewat pesan Whatsapp pada Senin (22/5/2023). Mahmud mengarahkan agar menanyakan persoalan penangan jalan ke pejabat kepala bidangnya.

"Kalau terkait jalan mungkin lebih bagus ke kabidnya langsung, Pak Zalman, karena teknis lapangan yah," kata Mahmud Buburanda membalas pesan permintaan konfirmasi. (A)

Penulis: La Ode Muhlas

Editor: Kardin

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baca Juga