KPU Sumatera Utara Sebut Pemilu 2024 Kolosal di Dunia
Reza Fahlefy, telisik indonesia
Kamis, 08 Desember 2022
0 dilihat
Komisioner KPU Sumatera Utara, Benget Silitonga (dua dari kanan) bersama dengan narasumber lainnya dalam kegiatan diskusi dengan media. Foto: Reza Fahlefy/Telisik
" Ada tantangan pihak penyelenggara untuk melaksanakan pemilu yang akan berlangsung di tahun 2024 mendatang "
MEDAN, TELISIK.ID - Komisioner KPU Provinsi Sumatera Utara, Benget Silitonga mengaku, ada tantangan pihak penyelenggara untuk melaksanakan pemilu yang akan berlangsung di tahun 2024 mendatang.
"Pemilu tahun 2024 mendatang, merupakan pemilu yang kolosal (besar) di dunia. Karena di hari itu juga dilakukan pemilihan presiden dan wakil presiden, anggota DPR RI, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD kabupaten serta kota," ungkap Benget Silitonga dalam kegiatan bincang-bincang dengan media, Medan, Kamis (8/12/2022).
Diakui Benget, anggaran untuk kegiatan pemilu mencapai Rp 76 triliun dan penyelenggara kegiatan juga sangat banyak.
"Kenapa disebut kolosal, karena semuanya serba banyak. Di hari kegiatan pemilu sesuai dengan jadwal yang ditetapkan saat ini 14 Februari 2024, pihak penyelenggara akan bekerja sebanyak 7.571.616 orang. Itu terdiri dari PPK, PPS dan KPPS," tuturnya.
Dalam kegiatan itu, Benget berharap agar media berkontribusi dalam perhelatan tersebut. Menurutnya, pemilu harus sukses dan berkualitas karena ada sosial dan ekonomi, bukan hanya tentang politik.
"Jadi puncaknya di tahun 2024. Tantangan dan kesulitan harus dijalani. Media harus berkontribusi sesuai dengan fungsinya," tambahnya.
Baca Juga: PGRI Muna Barat Optimis Ukir Prestasi di Porseni Konawe Utara
Benget menambahkan, tantangan pemilu dari demokrasi yaitu langsung umum, bebas dan rahasia menjadi berintegrasi harus didukung oleh seluruh stakeholder yang ada. Termasuk pemilih harus cerdas.
"Demokratis menjadi berintegrasi yaitu prilaku etik, jujur, impersal transparan dan akuntabel. Ini bukan tugas yang mudah, namun semua harus saling mendukung," ucapnya.
Selain itu, Benget juga mengaku bahwa pemilu bukan untuk memperebutkan kekuasaan, tujuan pemilu bukan menghasilkan pemenang dan pecundang.
"Tapi membentuk pemerintahan melindungi negara dan memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Apakah perspektif ini diterapkan oleh peserta dan pemilih?," tegasnya.
Selanjutnya, Benget mengatakan, calon dan pemilih harus bisa menghasilkan pemerintahan yang baik. Pemilu juga bukan hanya soal teknis, tapi banyak juga yang non teknis.
"Makanya, kita semua harus sama-sama mendorong pemilu yang baik dan berintegras," terangnya.
Pengamat media massa, J Anto dalam kegiatan itu mengaku, media itu memiliki dua wajah. Ada yang positif dan bisa menjadi negatif.
Kata Anto, media punya dua wajah. Satu sebagai institusi sosial, memberikan informasi dengan benar, informasi publik. Informasi publik itu ketika ada kebijakan negara berdampak kepada masyarakat.
"Ketika negara membuat kebijakan dan berdampak kepada masyarakat, itulah yang harus diberitakan. Itulah kontrol sosial," ungkapnya.
Baca Juga: Pemkab Ambil Langkah Soal Maraknya Ilegal Fishing di Muna Barat
Akan tetapi, bisa juga media dijadikan untuk kepentingan pribadi. Namun, jika itu diterapkan, maka bisa membuat media itu tidak profesional.
"Jika media digunakan untuk kepentingan pribadi, itu yang repot. Sebanarnya, peran media sangat mulia, cuma perlu kita ketahui media juga punya fungsi institusi ekonomi, harus gaji karyawan, biaya lainnya. Fungsi sosial dan ekonomi terjadi tarik menarik. Akhirnya karena itu, kita jadi partisan dan cenderung tidak profesional," tambahnya.
Selain itu, media juga bisa menjadi pendidikan politik dengan melakukan treding calon yang dipilih kepada masyarakat atau pemilih.
"Beritakanlah suatu yang tidak hoaks dan yang tidak memecah belah bangsa. Kita dukung media massa untuk menyukseskan pemilu yang berintegras," terangnya. (B)
Penulis: Reza Fahlefy
Editor: Kardin
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS