Lima Jurus Sri Mulyani Bujuk Trump Batalkan Tarif Dagang ke Tanah Air
Ahmad Jaelani, telisik indonesia
Jumat, 25 April 2025
0 dilihat
Sri Mulyani tawarkan lima kesepakatan demi bujuk Trump cabut tarif dagang. Foto: Repro AFP/Antara.
" Dalam menghadapi tekanan dagang dari Amerika Serikat, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengungkapkan lima kesepakatan strategis yang telah dirancang Indonesia "

JAKARTA, TELISIK.ID - Dalam menghadapi tekanan dagang dari Amerika Serikat, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengungkapkan lima kesepakatan strategis yang telah dirancang Indonesia.
Langkah-langkah ini ditempuh sebagai bentuk negosiasi diplomatik untuk membujuk Presiden Donald Trump agar membatalkan kebijakan tarif resiprokal yang dikenakan pada Indonesia.
Pemerintah Indonesia resmi mengumumkan lima langkah negosiasi strategis yang dijalankan bersama Pemerintah Amerika Serikat untuk menanggapi kebijakan tarif dagang era Presiden Donald Trump.
Menteri Keuangan Sri Mulyani menyampaikan hal ini dalam Konferensi Pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) yang digelar secara virtual.
“Pemerintah (Indonesia) telah menjajaki proses, menjalankan komunikasi, dan proses negosiasi dengan Pemerintah AS di dalam merespons kebijakan tarif resiprokal yang diberlakukan AS kepada Indonesia dan negara-negara lain di dunia,” kata Sri Mulyani, seperti dikutip dari CNN Indonesia, Jumat (25/4/2025).
Baca Juga: Negosiasi Tarif Trump Belum Tuntas, Amerika Tuding QRIS dan GPN Indonesia Penghambat
Langkah pertama dalam negosiasi tersebut adalah melakukan penyesuaian tarif bea masuk terhadap produk-produk tertentu asal Amerika Serikat. Penyesuaian ini dilakukan secara selektif dengan mempertimbangkan kebutuhan pasar domestik Indonesia serta potensi kerja sama jangka panjang.
Dalam kesepakatan kedua, Indonesia menyatakan kesediaannya untuk meningkatkan impor dari Amerika Serikat. Produk-produk yang termasuk dalam peningkatan impor ini meliputi minyak dan gas bumi (migas), mesin dan peralatan teknologi, serta berbagai jenis produk pertanian yang tidak diproduksi secara domestik.
“Peningkatan impor dari AS tersebut dilakukan untuk komoditas yang tidak diproduksi di Indonesia,” jelas Sri Mulyani.
Kesepakatan ketiga mencakup reformasi di bidang perpajakan dan kepabeanan. Pemerintah Indonesia disebut tengah melakukan langkah-langkah perbaikan sistem fiskal untuk memperkuat daya saing nasional serta mempercepat proses ekspor-impor barang.
Langkah keempat mencakup penyesuaian terhadap kebijakan non-tariff measures. Menurut Sri Mulyani, beberapa poin yang menjadi perhatian dalam langkah ini meliputi tingkat komponen dalam negeri (TKDN), kuota impor, deregulasi, dan pertimbangan teknis (pertek) dari berbagai kementerian dan lembaga terkait.
“Dalam hal ini beberapa poin yang menjadi perhatian, yaitu tingkat komponen dalam negeri (TKDN), kuota impor, deregulasi, pertimbangan teknis (pertek) di berbagai kementerian/lembaga,” ungkap Sri Mulyani.
Kesepakatan kelima adalah penerapan kebijakan penanggulangan banjir barang-barang impor yang membanjiri pasar domestik. Bentuk respons yang diambil berupa trade remedies yang dilaksanakan secara cepat dan responsif untuk menjaga kestabilan pasar dalam negeri.
Baca Juga: Mulai Turunkan Tensi, Ini Alasan Amerika Ketar-ketir dengan China Pegang Kendali Perang Dagang Dunia
“Berbagai kebijakan dan reform tersebut dilakukan dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi, tetap menjaga stabilitas kebijakan makroekonomi, dan tentu keberlanjutan dari APBN,” tegas Sri Mulyani.
Selain lima kesepakatan tersebut, Sri Mulyani juga menegaskan bahwa pemerintah Indonesia tetap aktif menjajaki peluang baru di pasar ekspor global. Upaya ini dilakukan di tengah tekanan dari kebijakan tarif 32 persen yang diterapkan AS terhadap Indonesia.
Salah satu target pasar ekspor yang disasar adalah kawasan ASEAN Plus Three, yang mencakup negara-negara Asia Tenggara serta tiga negara Asia Timur yaitu Jepang, Korea Selatan, dan China. Langkah ini dinilai penting untuk memperluas jaringan perdagangan dan mengurangi ketergantungan terhadap pasar tradisional.
Tak hanya itu, pasar negara berkembang yang tergabung dalam blok BRICS, yakni Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan juga menjadi sasaran perluasan ekspor. Di samping itu, Indonesia juga membidik pasar-pasar Eropa guna memperluas penetrasi produk unggulan nasional di kawasan barat. (C)
Penulis: Ahmad Jaelani
Editor: Kardin
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS