Mahasiswa Sultra di Yogyakarta Tolak TKA China
Affan Safani Adham, telisik indonesia
Selasa, 23 Juni 2020
0 dilihat
Awaluddin M Ali, mahasiswa Sultra yang kuliah di Yogyakarta. Foto: Affan Safani Adham/Telisik
" Tapi setelah perusahaan diterima, apa yang didapat masyarakat?. "
YOGYAKARTA, TELISIK.ID - Terkait rencana datangnya 500 TKA China ke Sultra, mahasiswa asal Sulawesi Tenggara di Yogyakarta menyatakan penolakannya.
Awaluddin M. Ali, mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta asal Bombana dan mahasiswa Pascasarjana mengatakan, mereka dengan tegas menolak kedatangan 500 TKA China.
"Bukan karena sentimen rasis, akan tetapi karena saya menilai bahwa hari ini sudah terlalu banyak perusahaan-perusahaan yang masuk ke Sultra dengan iming-iming mensejahterakan, tapi hasilnya nol besar!" tegasnya.
Menurutnya, yang dapat keuntungan dari perusahaan-perusahaan di Sultra hanya orang-orang dari Jakarta, elit-elit lokal dan investor. "Bukan rakyat Sultra," tandas Awaluddin, Selasa (23/6/2020).
Baca juga: Begini Gaji TKA yang Bekerja di Indonesia
Yang disayangkan selama ini, menurut Awaluddin, karena pihak pemerintah pusat semau-maunya di daerah. "Jadi, tidak ada gunanya otonomi daerah kalau begini karena yang ambil untung tetap pemerintah pusat," ungkapnya.
Bagi Awaluddin, pemerintah pusat yang untung dan yang di lokal cuma dapat ampasnya saja. Contohnya, lihat di Bombana, 3 tahun yang lalu datang perusahaan gula buka kebun.
Awal kedatangannya, pemerintah pusat dalam hal ini Kementerian Pertanian, sebut-sebut kalau perusahaan akan bikin masyarakat sejahtera. "Tapi setelah perusahaan diterima, apa yang didapat masyarakat?" katanya.
"Itu cuma tipu-tipu. Perusahaan justru menggusur lahan ternak milik masyarakat dan merusak jalan umum. Kalau seperti ini mendingan tidak usah kita buat negara karena negara lebih memprioritaskan kepentingan elit dan korporasi daripada masyarakat," kata Awaluddin.
Reporter: Affan Safani Adham
Editor: Haerani Hambali