Mengapa Tak Ada Jam Dinding dan Guling di Kamar Hotel? Ini Alasannya
Nurdian Pratiwi, telisik indonesia
Kamis, 21 Juli 2022
0 dilihat
Hampir semua kamar di hotel tidak menyediakan guling dan jam dinding. Foto: Repro Kompas.com
" Meskipun sejumlah hotel masih menyediakan jam dan guling di kamar, namun mayoritas hotel tidak memiliki dua hal tersebut "
KENDARI, TELISIK.ID - Terdapat beberapa fakta unik yang jarang disadari oleh sebagian besar tamu saat menginap di kamar hotel. Di antaranya, tidak ditemukan jam dinding maupun guling.
Meskipun sejumlah hotel masih menyediakan jam dan guling di kamar, namun mayoritas hotel tidak memiliki dua hal tersebut. Ternyata, ada alasan di balik ketiadaan jam dan guling di kamar hotel.
Dirangkum Telisik.id dari berbagai sumber, berikut 5 alasan mengapa mayoritas hotel tak menyediakan jam dinding dan guling di kamar.
1. Jam Dinding
- Efisiensi biaya
Salah satu hotel yang tidak menyediakan fasilitas jam di kamar hotel adalah The Papandayan. Marketing Communications Manager The Papandayan, Tyagita R Hermawan mengatakan, sebetulnya pihak hotel pernah menyediakan jam di kamar, namun fasilitas tersebut ditiadakan sejak lima tahun lalu.
“The Papandayan pernah menyediakan jam digital yang dilengkapi dengan alarm dan iPod dock, namun sudah tidak kami pasang sejak lima tahun yang lalu,” terangnya.
Tyagita mengungkapkan, alasan pihak The Papandayan menghapus fasilitas tersebut adalah untuk bentuk efisiensi biaya dari sisi penggunaan barang elektronik.
- Ada alternatif pengganti jam
Alasan lainnya adalah sudah tersedia sejumlah alternatif pengganti jam. Pengganti jam tersebut berupa fasilitas wake up call dari hotel sebagai pengganti alarm jam maupun jam digital di handphone masing-masing tamu.
Tyagita menuturkan, pihak The Papandayan tetap menyediakan fasilitas alarm yakni wake up call kepada para tamu, sesuai dengan permintaan.
Wake up call adalah fasilitas dari hotel yakni telepon dari pihak hotel yang bertujuan untuk membangunkan atau mengingatkan tamu terkait agenda tertentu.
“Untuk alarm, hotel menawarkan layanan wake up call kepada tamu. Selain itu, fungsi alarm dan jam juga sudah tersedia pada ponsel tamu,” terang Tyagita.
- Mengganggu ketenangan
Kehadiran jam dinding dianggap dapat mengganggu ketenangan. Saat menginap, para pengunjung mengharapkan dapat tidur dan istirahat dengan nyaman dan nyenyak.
Keberadaan jam bisa mengganggu ketenangan, karena bunyi detak jarum jam yang cukup terdengar saat suasana kamar sedang hening.
Begitu pula dengan jam alarm. Alarm yang berbunyi kencang akan mengganggu jam tidur para tamu. Keberadaan jam dan alarm juga tidak terlalu penting.
Baca Juga: Mau Ganti Background Zoom Meeting di HP dan Laptop? Simak Caranya
Pasalnya jika tamu ingin bangun lebih cepat, mereka bisa mengatur alarmnya sendiri di ponsel. Hal ini menjadi alasan utama mengapa jarang hotel menyediakan jam dinding di kamar.
- Bisa dibawa pulang tamu
Menghadirkan jam dinding di kamar hotel berisiko dibawa pulang oleh tamu. Apalagi jika jam memiliki bentuk yang menarik.
Jika dipasang, tiap kamar hotel berpeluang akan kehilangan jam dinding. Jadi untuk mencegah hal ini, pihak pengelola hotel memutuskan untuk tidak menambahkan jam di dalam kamarnya.
- Membuat pengunjung cepat pulang
Selain suara detak jarum jam yang berisik, kehadiran jam dinding di kamar hotel juga gak begitu penting. Pasalnya, kehadiran jam dinding akan membuat pengunjung cepat pulang. Mereka akan bergegas mengemasi barang saat melihat jam di dinding yang menunjukkan waktu mendekati masa check out mereka.
Semua pengelola hotel pasti sepakat, mereka selalu berharap agar pengunjungnya melakukan extended stay atau memperpanjang masa tinggal di hotel mereka.
Oleh karenanya, keberadaan benda penunjuk waktu yang satu ini ditiadakan. Dengan kata lain merupakan salah satu strategi marketing.
2. Guling
- Mengacu pada Western Life Style
Perancangan hotel di Indonesia mengacu pada hotel-hotel ala western alias barat.
Dalam pelayanan western, tidak dikenal adanya guling di kamar hotel.
Hotel-hotel di Indonesia juga mengarah ke pelayanan ini, sehingga hampir semua hotel di Indonesia juga tidak menyediakan guling di setiap kamarnya.
Meski begitu, sepertinya ada beberapa hotel di Indonesia yang meyediakan guling dan bisa memberikannya jika diminta.
- Turis Tidak Pakai Guling
Meski semua orang boleh menginap di hotel, namun sebetulnya sasaran utama pengunjung hotel adalah turis asing. Seperti kita ketahui di luar negeri sana tidak ada yang namanya guling.
Mereka bahkan mungkin tidak mengetahui apa itu guling dan untuk apa fungsinya di tempat tidur. Karena itulah supaya seragam, banyak hotel yang meniadakan satu item di setiap kamar hotel mereka yakni guling.
- Dianggap Kurang Higienis
Saat memasuki hotel dengan grade apa saja dan di mana saja, pasti kesan pertama yang kamu temui adalah kebersihannya. Kebersihan adalah salah satu pelayanan terbaik yang diberikan oleh para staf di hotel kepada setiap tamu atau pengunjungnya.
Hal ini berlaku juga untuk guling, lho. Karena guling dianggap kurang higienis, sehingga keberadaannya ditiadakan. Apabila bantal kotor pasca digunakan akan lebih mudah untuk membersihkannya.
Baca Juga: Perlu Diketahui, Ternyata Ini Perbedaan Healing dengan Liburan
Berbeda halnya dengan guling. Guling tidak hanya sebatas digunakan untuk menopang badan atau kepala tapi bisa jadi dipeluk, dicium, belum lagi jika pengunjung punya kebiasaan ngiler saat tidur. Akan lebih susah lagi saat dibersihkan jika dibanding bantal.
- Tidak Begitu Dibutuhkan
Hotel identik sebagai tempat menginap bagi pasangan suami istri atau bahkan keluarga. Kehadiran guling dirasa kurang bermanfaat untuk pasangan atau keluarga yang menginap.
Jika disediakan bisa jadi hanya membuat tempat tidur terasa sempit karena dipenuhi guling. Hal ini menjadi salah satu alasan kenapa hotel-hotel tidak memberikan guling di tiap kamarnya.
- Guling Diganti dengan Bolster
Beberapa hotel mengganti guling dengan bantal pengganti yang bernama bolster.
Sebenarnya fungsi dari bolster sangat berbeda dengan guling yang umumnya dipeluk saat tidur. Bolster adalah bantal yang menyerupai guling tetapi digunakan di punggung bagian bawah. (C)
Penulis: Nurdian Pratiwi
Editor: Haerani Hambali