Mubaligh Rendah Hati dan Sederhana Selalu Dinanti Masyarakat
Affan Safani Adham, telisik indonesia
Jumat, 24 Juli 2020
0 dilihat
HM Muchlas Abror (kanan) bersama Ahmad Syafii Maarif. Foto: Ist.
" Mengabdi kepada Allah SWT dengan tetap terus menjaga keramahan, kearifan dan kerendahan hati. "
YOGYAKARTA, TELISIK.ID - Sosok laki-laki yang tenang dan bersahaja ini, namanya Muhammad Muchlas Abror. Lahir pada 11 September 1941 di Wonosobo, Jawa Tengah.
Gaya hidupnya sederhana. Enggan menonjolkan diri dan tak suka kemewahan. Suami dari Umi Yustiati ini, dikenal sebagai sosok yang penuh pengabdian.
Muchlas mengawali pendidikannya di Madrasah Diniyah Ibtidaiyah Muhammadiyah Wonosobo, lalu SR Negeri Wonosobo, Pendidikan Guru Agama Pertama Negeri Magelang, Pendidikan Hakim Islam Negeri Yogyakarta, Fakultas Sastra dan Budaya UGM Yogyakarta.
Selain bekerja sebagai ASN di Kemenag DIY, ia menulis di berbagai koran di Yogyakarta. Kemudian bekerja di Harian Mercu Suar (Masa Kini/Yogya Post), Harian Abadi dan penulis tetap "Mimbar Islam" di Harian Kedaulatan Rakyat Yogyakarta.
Pengabdiannya di Muhammadiyah yang diawali tahun 1964 hingga sekarang menjadikannya ia seorang mubaligh. Makanya ia menjadi guru di Madrasah Mu'allimin Muhammadiyah Yogyakarta dan dosen di Pendidikan Ulama Tarjih Muhammadiyah Yogyakarta.
Pernah dinobatkan sebagai Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah termuda se-Indonesia.
Mengikuti perjalanan Muchlas Abror, ibarat menggali inspirasi dari tokoh bersahaja yang tak pernah mengabdi. "Muhammadiyah benar-benar menjadi ladang beramal bagi saya selama ini," kata Muchlas Abror.
Baginya, sebelas Muktamar Muhammadiyah yang telah diikutinya sejak Muktamar ke-36 di Surakarta (1965) hingga Muktamar ke-46 di Yogyakarta (2010), benar-benar merupakan simbol keikhlasan, kesetiaan dan kearifan yang dihiasi dengan bingkai kesederhanaan dan kerendahan hati.
Baca juga: 10 Hari di Awal Dzulhijjah Lebih Baik dari 10 Ramadhan
"Prinsip hidup manusia adalah hak bagi setiap manusia itu sendiri," tandas Muchlas Abror.
Hal ini pula yang merupakan pilihan dan sangat erat kaitannya dengan pribadi diri HM Muchlas Abror, menjadikan hidupnya sebagai tempat untuk mengabdi.
"Mengabdi kepada Allah SWT dengan tetap terus menjaga keramahan, kearifan dan kerendahan hati," katanya.
Kata Muchlas, pemimpin boleh datang dan pergi. "Namun khasanah pemimpin di panggung umat dan lingkungan masyarakat adalah mozaik yang harus dilestarikan dan diabadikan," papar Muchlas.
Hal tersebut, kata Muchlas, sebagai cermin dan juga jendela untuk meneropong ke depan.
Bukan hal yang mudah untuk mengungkap segala sesuatu yang ada dalam diri Muchlas Abror karena sifat pendiam dan rendah hatinya.
Kalau tidak ditabuh, maka tidak bunyi. Jadi, harus ada trik untuk bertanya dan meninggalkan pertanyaan-pertanyaan di rumah beliau, kemudian beliau mengisinya.
Banyak ilmu yang diberikan Muchlas Abror, yang diharapkan nantinya dapat menjadi inspirasi dan motivator bagi masyarakat seperti ilmu hidup, ilmu agama, ilmu organisasi, dan juga ilmu dakwah.
Reporter: Affan Safani Adham
Editor: Haerani Hambali