Rasakan Sensasi Unik Wisata Terapi Ikan di Uwe Kohondao Liya Togo Wakatobi
Wiwik Prihastiwi, telisik indonesia
Senin, 31 Juli 2023
0 dilihat
Desa wisata Liya Togo menawarkan wisata terapi ikan, sensasi baru bagi wisatawan ketika berkunjung ke pulau Wangi-Wangi. Foto: Ist.
" Liya Togo merupakan desa wisata yang memiliki sejumlah sumber mata air. Salah satunya yaitu Uwe Kohondao "
WAKATOBI, TELISIK.ID - Liya Togo merupakan desa wisata yang memiliki sejumlah sumber mata air. Salah satunya yaitu Uwe Kohondao.
Uwe dalam bahasa liya yaitu air, jadi bisa disebut juga air kohondao. Lokasi tak jauh dari pemukiman, Uwe Kohondao mudah diakses menggunakan motor atau mobil.
"Untuk aksesibilitas nya bagus, bisa diakses menggunakan motor dan juga mobil, tangganya tidak sulit dilalui hanya saja harus menuruni ratusan anak tangga," ucap salah seorang warga, Usman.
Baca Juga: Jarang Terekspos, 2 Pantai di Buton Selatan Ini Punya Potensi jadi Desa Wisata Bahari
Karena terdiri dari ratusan anak tangga, masyarakat setempat menyebutnya juga dengan tangga seribu. Berdasarkan perhitungan warga jumlah anak tangga sekitar 224.
Uwe Kohondao dikelilingi tebing tinggi dengan suasana yang masih asri. Pada kawasan Uwe Kohondao ini terdapat sumber air yang dikhususkan untuk diminum, kemudian juga terdapat permandian dan kolam ikan yang masyarakat di sana memanfaatkan untuk terapi ikan.
"Kalau kaki dimasukkan dalam kolam. Maka ikan-ikannya akan mendekat dan kaki seperti kesemutan karena gigitan ikan," ujar Kepala Desa Liya Togo, Raja Ali, Senin (31/7/2023).
Uwe Kohondao yang berada di luar dan tak jauh dari permukiman. Tempat wisata itu selalu dilewati oleh warga ketika pergi ke kebun.
Baca Juga: Nikmati Suguhan Gerak Lemah Gemulai Tari Kalegoa di Desa Wisata Limbo Bungi Baubau
"Kalau pulang dari berkebun, warga pasti singgah untuk mandi atau pun minum," ujar Riadi, sekretaris kelompok pengelola pariwisata liya togo (Keppooli).
Lanjut Riadi, meski sekarang terdapat PDAM yang diambil dari salah satu mata air di Liya. Namun masih ada masyarakat yang mengambil air di Uwe Kohondao. Riadi menyebut, hal ini disebabkan karena setiap mata air di Liya memiliki rasa berbeda dan masyarakat mungkin telah terbiasa mengonsumsi di mata air yang satu. (A)
Penulis: Wiwik Prihastiwi
Editor: Kardin
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS