Tradisi Bongkaano Khopo, Bentuk Syukur Masyarakat Buton

Elfinasari, telisik indonesia
Sabtu, 02 Desember 2023
0 dilihat
Tradisi Bongkaano Khopo, Bentuk Syukur Masyarakat Buton
Pesta adat Bongkaano Khipo, merupakan tradisi turun-temurun masyarakat Desa Waoleona, Kabupaten Buton, Sabtu (2/12/2023). Foto: Elfinasari/Telisik

" Pesta panen atau Bongkaano Khopo di Desa Waoleona, Kabupaten Buton, merupakan tradisi turun-temurun yang dilakukan setiap akhir tahun "

BUTON, TELISIK.ID - Pesta panen atau Bongkaano Khopo di Desa Waoleona, Kabupaten Buton, merupakan tradisi turun-temurun yang dilakukan setiap akhir tahun. Desa ini, berbatasan langsung dengan Kabupaten Buton Utara, memiliki 266 KK dan luas wilayah 15,60 Km. Dengan 704 jiwa penduduk, mayoritas bekerja sebagai petani dan nelayan.

Tokoh Adat Desa Waoleona, Sarman menuturkan bahwa Pesta syukuran adat, Bongkaano Khopo, dimulai setelah panen padi. Sebelum menikmati hasil panen, masyarakat harus menyetor sebagian kepada Kesultanan Buton sebagai upeti. Namun, keputusan seseorang untuk menghentikan penyetoran dengan alasan jarak tempuh yang sulit mengubah tradisi ini. Upeti kemudian dirayakan secara lokal sebagai bentuk syukur kepada Allah SWT atas rezeki, umur panjang, dan kekuatan baik fisik maupun mental.

La Ode Poko, keturunan Sultan Buton XX, Himayatuddin Muhammad Saidi (Opita Yi Koo, di mana ia memerintah dua periode yaitu periode pertama di tahun 1750-1752 dan periode ke dua menjabat sebagai Sultan XXIII yaitu di tahun 1760 dan Oputa Yi Koo ini baru saja dianugrahi gelar sebagai Pahlawan Nasional oleh Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo.

Baca Juga: Pesona Pantai Lakeba, Surga Tersembunyi di Tepi Kota Baubau

La Ode Poko memainkan peran kunci dengan menahan upeti. Meskipun disertai perjalanan panjang dan pengelolaan upeti di wilayahnya, La Ode Poko diputuskan untuk tinggal di luar Keraton.

La Ode Poko, sebagai kepala adat di wilayahnya atau yang dikenal sebagai Bonto diizinkan untuk mengelola upeti dan menjaga keutuhan wilayah utara Kesultanan Buton.

Sehingga pada waktu itu juga ia diberi izin untuk pulang dan diberikan lagi satu lembar jubah, satu mata pedang dalam bentuk parang sebagai cindera mata dari Ayah La Ode Poko dan sekaligus diberi mandat untuk menjaga di Wilayah Utara Kesultanan Buton, serta memberikan hak untuk mengelola upeti tersebut di wilayahnya yang disebut Kadiena Watu Motobe.

Baca Juga: Permandian Kalima-lima Moolo Muna Tawarkan Air Terjun di Atas Batu Tersusun Lima

Masyarakat Waoleona dibagi menjadi empat kelompok pengawas, Matana Surumba untuk menjaga empat arah mata angin. Sejumlah Bontona, seperti Bontona Togo Besi dan Bontona Kusambi, bertanggung jawab atas wilayah tertentu di Kecamatan Lasalimu. Acara pesta syukuran ritual adat yang berlangsung sejak 2,5 abad lalu, menjadi warisan leluhur yang dijaga dengan konsistensi.

Asisten I Setda Kabupaten Buton, Alimani menegaskan, acara ini adalah agenda rutin tahunan, diharapkan diberkahi oleh Allah SWT. Dia juga mengajak untuk membangun kesatuan dan menjaga kebersamaan, terutama menghadapi pemilu agar tidak terpecah belah

Tokoh masyarakat, La Bakrie, menyampaikan pesan kekeluargaan dan harapan agar masyarakat Buton senantiasa bersatu dalam mendukung pembangunan daerah. Keterlibatan dan kontribusi dalam segala aspek, termasuk kebudayaan, diharapkan untuk memperkuat persatuan di Kabupaten Buton. (A)

Penulis: Elfinasari

Editor: Kardin

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baca Juga