Semarakkan Merdeka Belajar, Dikbud Sulawesi Tenggara Kembangkan Kreativitas Siswa SLB

Nur Khumairah Sholeha Hasan, telisik indonesia
Rabu, 13 Desember 2023
0 dilihat
Semarakkan Merdeka Belajar, Dikbud Sulawesi Tenggara Kembangkan Kreativitas Siswa SLB
Pj Gubernur Andap Budhi Revianto saat mengajak siswa SLB berfoto bersama di kegiatan Hari Disabilitas Internasional yang digelar di Aula Kantor Gubernur Sulawesi Tenggara yang diinisiasi oleh Dikbud. Foto: Nur Khumairah/Telisik

" Dikbud telah menjalankan kegiatan program Merdeka Belajar yang mana kegiatan tersebut mendorong siswa dalam mengembangkan kemampuan dan kreativitasnya "

KENDARI, TELISIK.ID - Dikbud Sulawesi Tenggara terus melakukan pengembangan di Sekolah Luar Biasa (SLB). Pengembangan sekolah ini untuk memaksimalkan potensi yang dimiliki oleh para siswa.

Hal ini diungkapkan oleh Kepala Bidang Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Dikbud Sulawesi Tenggara, J H. Bawondes. Dia mengatakan, Dikbud sudah menjalankan kegiatan program Merdeka Belajar yang mana kegiatan tersebut mendorong siswa dalam mengembangkan kemampuan dan kreativitasnya.

Ia menuturkan, pengembangan kreativitas siswa terutama di tingkat SLB tak mudah, butuh persiapan dan keterampilan yang mumpuni dari guru-guru untuk menyesuaikan kondisi dari siswa tersebut.

"Siswa SLB memang mereka diajar untuk memiliki kompetensi, sehingga mereka nanti tidak hanya memiliki ilmu pengetahuan tapi mereka punya keterampilan dan mandiri," bebernya, beberapa waktu lalu.

Pameran Dikbud SLB

Melansir dari Wikipedia.com, SLB adalah lembaga pendidikan khusus bagi anak-anak dengan kebutuhan khusus seperti cacat fisik, mental, atau gangguan belajar. SLB penting karena memberikan pendidikan yang disesuaikan dengan kebutuhan individu, membantu pengembangan potensi mereka, serta memberikan dukungan yang dibutuhkan untuk belajar dan berkembang secara optimal.

Kabid SLB (tengah) saat berfoto bersama di salah satu stand kegiatan pameran SLB. Foto: Nur Khumairah/Telisik

 

Manfaatnya termasuk menyediakan lingkungan yang inklusif, memberikan metode pengajaran yang sesuai, serta memfasilitasi pengembangan keterampilan sosial dan kemandirian bagi siswa berkebutuhan khusus.

Baca Juga: Dinamika SLB dan Peran Esensial Dinas Dikbud Sulawesi Tenggara

SLB adalah lembaga pendidikan khusus yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan pendidikan anak-anak berkebutuhan khusus. Manfaat SLB melibatkan:

1. Penyesuaian Kurikulum: SLB menawarkan kurikulum yang disesuaikan dengan kebutuhan khusus siswa, memungkinkan mereka mengembangkan potensi maksimal dalam lingkungan pendidikan yang mendukung.

2. Pendekatan Individual: Guru di SLB cenderung memberikan perhatian lebih pada setiap siswa, menyesuaikan pendekatan pembelajaran sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan masing-masing.

3. Dukungan Spesifik: Fasilitas dan sumber daya di SLB dirancang untuk memberikan dukungan khusus, seperti terapi fisik, terapi wicara, atau layanan pendukung lainnya sesuai dengan kebutuhan siswa.

4. Inklusi Sosial: SLB dapat membantu mengurangi stigmatisasi dan meningkatkan inklusi sosial dengan menciptakan lingkungan di mana siswa berkebutuhan khusus dapat merasa diterima dan didukung.

Pentingnya SLB terletak pada memberikan kesempatan pendidikan yang setara bagi anak-anak berkebutuhan khusus, membantu mereka mengatasi hambatan yang mungkin mereka hadapi, dan membuka pintu menuju perkembangan penuh potensi mereka.

SLB sendiri memiliki beberapa tingkatan di antaranya:

SLB A: Sekolah yang diperuntukkan bagi anak tunanetra. Mereka biasanya memiliki hambatan dalam indra penglihatan, sehingga strategi pembelajaran yang diberikan di sekolah ini harus mampu mendorong mereka memahami materi yang diberikan oleh para guru. Di SLB A ini, media pembelajarannya berupa buku braille serta tape recorder.

Baca Juga: Dikbud Sulawesi Tenggara Maksimalkan Kurikulum Merdeka Belajar pada Siswa SMA, SMK dan SLB

SLB B: Sekolah yang diperuntukkan bagi anak yang memiliki kekurangan dalam indra pendengaran atau tunarungu. Media pembelajaran yang diberikan di sekolah ini yakni membaca ujaran melalui gerakan bibir atau metode oralism. Selain itu, media lainnya yakni melalui pendengaran dengan alat pendengaran yaitu implan koklea dan alat bantu mendengar.

Suasana pameran hasil karya siswa SLB di kegiatan Hari Disabilitas Internasional. Foto: Nur Khumairah/Telisik

 

SLB C: Sekolah yang ditujukan untuk tunagrahita atau individu dengan intelegensi yang di bawah rata-rata serta tidak memiliki kemampuan adaptasi sehingga mereka perlu mendapat pembelajaran tentang bina diri dan sosialisasi. Mereka cenderung menarik diri dari lingkungan dan pergaulan.

SLB D: Sekolah yang diperuntukkan bagi mereka yang memiliki kekurangan dalam anggota tubuh mereka atau disebut tunadaksa. Pendidikan di SLB D bertujuan mengembangkan potensi diri siswa itu sendiri agar mereka bisa mandiri dan mengurusi diri mereka.

SLB E: Sekolah yang diperuntukkan bagi mereka yang bertingkat tidak selaras dengan lingkungan yang ada atau biasa disebut dengan tunalaras. Mereka biasanya tidak bisa mengukur emosi serta kesulitan dalam menjalani fungsi sosialisasi.

SLB G: Sekolah yang diperuntukkan bagi tunaganda, yakni mereka yang memiliki kombinasi kelainan. Mereka biasanya kurang untuk berkomunikasi, atau bahkan tidak berkomunikasi sama sekali. Perkembangan dalam motoriknya terlambat, sehingga butuh media pembelajaran yang berbeda untuk bisa meningkatkan rasa mandiri anak tersebut. (B-Adv)

Penulis: Nur Khumairah Sholeha Hasan

Editor: Haerani Hambali

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS 

Baca Juga