Siswa SMPN 9 Konsel yang Rakit Pesawat Tanpa Awak Ternyata Idolakan BJ Habibie

Ashar Hamka, telisik indonesia
Minggu, 09 Januari 2022
0 dilihat
Siswa SMPN 9 Konsel yang Rakit Pesawat Tanpa Awak Ternyata Idolakan BJ Habibie
Didampingi Guru Pengajar Bidang Kesiswaan SMPN 09 Konsel, Asrapin, Dewa Putu Surya Adnyana murid pembuat dan perakit pesawat nirawak mencoba melakukan uji terbang pesawat hasil kreativitasnya di lapangan sekolah. Foto: Ist

" Dewa Putu Surya Adnyana, salah satu siswa asal SMPN 09 Konawe Selatan tertarik untuk berkreativitas dalam hal membuat dan merakit pesawat terbang "

KONAWE SELATAN, TELISIK.ID - Bagi sebagian pelajar Indonesia, Presiden ketiga Indonesia, BJ Habibie, bisa jadi hanya dikenal sebagai presiden. Namun pria asal Pare-Pare, Sulawesi Selatan (Sulsel) ini pula seorang tokoh terkenal yang berjasa di bidang IPTEK, khususnya pesawat terbang.

Berangkat dari ketokohan tersebut, membuat Dewa Putu Surya Adnyana, salah satu siswa asal SMPN 09 Konawe Selatan (Konsel) tertarik untuk berkreativitas dalam hal membuat dan merakit pesawat terbang.

Kini di usianya yang masih 14 tahun tersebut sudah mahir melakukannya, hingga pesawat kecil tanpa awak buatannya bisa terbang dan mendarat. Kendati pesawat yang dirakitnya masih berbahan dari strofoam bekas dan komponen elektronik seadanya, tentu capaiannya tak bisa dipandang sebelah mata.

"Sejak kecil saya udah mulai menyukai dan melihat berbagai model, utamanya yang jenis pesawat komersil. Karena idola saya itu Presiden BJ Habibie. Makanya, gimana caranya saya belajar otodidak," ungkap Dewa Putu Surya Adnyana, Minggu (9/1/2022).

Kata Dewa Putu Surya, untuk membuat dan merakit sebuah model pesawat yang bisa terbang, biasanya memakan waktu paling lama dua minggu.

"Pertama saya lihat-lihat model di media, mendesain pola, mengkalkulasi rumus penerbangan lalu mencetak pola di atas strofoam," ujarnya.

"Setelahnya itu saya rakit dengan komponen elektroniknya untuk kemudian diuji coba terbang," lanjutnya menerangkan.

Anak pertama dari tiga bersaudara ini menjelaskan, untuk sebuah modal pesawat nirawak ukuran sedang, dirinya bisa menghabiskan biaya kurang lebih Rp 2 jutaan. Sedangkan kendala utamanya, yakni pasokan komponen terbangnya yang terkadang harus dipesan di luar daerah Sultra.

Untuk kebutuhan biaya pengeluaran itu, tak jarang dia meminta bantuan dari kedua orang tuanya.

"Cita-Cita saya ingin masuk ke dalam Matra AURI, khususnya Bidang Pengembangan Sains atau pembuatan pesawat nirawak," harapnya.

Dari mana kemampuan Surya itu berasal, Sang Ayah, Dewa Made Sumerta Yasa (38), yang ditemui di rumahnya, juga tidak mengetahui pasti. Suami pasangan Umul Fadillah (37), ini hanya menuturkan bisa jadi karena faktor kebiasaannya, meminta bantuan Surya, mendampingi dalam pekerjaan menservis dan merangkai peralatan elektronik di rumahnya.

Pasalnya, untuk keseharian dia berprofesi sebagai tukang servis elektronik rumahan.

"Saya hanya mengajarkan berbagai jenis peralatan dan komponen elektronik. Lama-Lama dia merespon sendiri dan mencari tahu lewat media sosial online," jelas Sang Ayah.

Dewa Made mengaku, waktu beranjak kelas 6 SD, anaknya sudah mulai mencoba-coba melakukannya. Tapi waktu itu belum ada yang berhasil terbang seperti saat ini.

"Terkadang apa yang dibutuhkan untuk merakit pesawat buatannya, saya sendiri tidak mengetahui nama dan jenis komponennya," tuturnya sembari tertawa kecil.

Berkah kemahiran itu, ungkap keluarga asal Desa Endanga, Kecamatan Landono ini, kini Surya udah diberi satu tempat ruangan kamar khusus untuk membuat dan merakit, sekaligus menyalurkan hobinya tersebut.

"Mau tidak mau kita berikan satu tempat khusus, soalnya sebelumnya barang komponennya terhamburan ke mana-mana," ujar Ibu Surya, Umul Fadillah.

Asrapin, Guru pengajar SMPN 09 Konsel Bidang Kesiswaan yang mendampingi Surya menuturkan, ini bermula dari tugas ekstrakurikuler sekolah.

Dirinya tidak menyangka kreativitas yang telah dibuat oleh anak muridnya tersebut. Mengingat, selain mendapat cibiran dari teman bermainnya, juga diawalnya itu semuanya hanya ucapan main-main.

Baca Juga: Wabup Muna Ingatkan Birokrasi Jaga Etika

"Tapi kemudian setelah diuji test terbang, berhasil," kara Asrapin.

Kini, Asrapin berharap, apa yang telah dikerjakan oleh anak didiknya bisa mendapatkan perhatian lebih dari Pemda. Mengingat, diyakininya, masih banyak murid lainnya yang bisa berbuat sama, namun, masih malu atau ragu untuk memperlihatkannya.

"Semula saya kaget. Di usianya yang masih belia. Sudah bisa berbuat kreativitas yang sangat luar biasa. Ditunjang, sikap dan sifat di sekolah dia sangat bagus," tutur Asrapin.

Di akhir, baik orang tua maupun guru berharap, agar apa yang kini telah dicapai oleh Dewa Putu Surya Adnyana, agar mendapat perhatian lebih dari Pemda, khususnya Dinas Pendidikan Konsel.

Baca Juga: Nelayan Tuna di Buton Akhirnya Teregistrasi

"Masih perlu dikembangkan dan dididik oleh pihak-pihak yang berkompoten, agar hasil yang dicapai bisa maksimal dan berguna bagi kepentingan secara nasional," harap mereka. (A)

Reporter: Ashar Hamka

Editor: Kardin

Baca Juga