Solusi Sistematis Penanganan Gizi Buruk
Hamsina Halisi Alfatih, telisik indonesia
Minggu, 06 Desember 2020
0 dilihat
Hamsina Halisi Alfatih, Pemerhati Sosial. Foto: Ist.
" Adanya masalah gizi buruk menyebabkan terhambatnya pertumbuhan dan kesehatan pada tumbuh kembang anak serta pertumbuhan lebih yang tak seharusnya pada usianya. "
Oleh: Hamsina Halisi Alfatih
Pemerhati Sosial
SELAIN pendidikan, urgensitas yang harus diperhatikan oleh pemerintah saat ini adalah masalah kesehatan. Taksiran kurang lebih sekitar 2,9 juta anak di Indonesia masih rentan mengalami gizi buruk. Naasnya, permasalahan gizi buruk kerap menghantui masyarakat miskin di daerah pedesaan.
Dilansir dari Telisik.id, 3 Desember 2020, sudah hampir empat tahun lamanya balita bernama Fajril asal Desa Labuandiri, Kecamatan Siontapina, Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara terbaring lemah akibat gizi buruk serta hidrosefalus yang dideritanya.
Permasalahan pun tak jauh akibat keterbatasan ekonomi kedua orang tuanya yang tak mampu memenuhi kebutuhan gizi serta pengobatan Fajril selama ini.
Gizi buruk merupakan salah satu hal yang menjadi masalah global, termasuk di Indonesia. Pemenuhan gizi yang belum tercukupi baik sejak dalam kandungan hingga bayi lahir dapat menjadi pemicunya. Gizi buruk dapat berupa berat badan rendah terkait tinggi badan, serta tumbuh kembang yang tidak sesuai dengan yang seharusnya bahkan memicu timbulnya penyakit.
Menurut Hartono, S.Gz, M.Gizi dalam tulisannya berjudul "Status Gizi Balita dan Interaksinya" mengatakan masalah gizi utama di Indonesia terdiri dari masalah gizi pokok yaitu Kekurangan Energi Protein (KEP), Kekurangan Vitamin A (KVA), Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), dan Anemia Gizi Besi (AGB), selain gizi lebih (obesitas). Indonesia sekarang mengalami 2 masalah gizi sekaligus atau lebih dikenal dengan masalah gizi ganda.
Masalah gizi ganda yang dimaksud ialah gizi kurang, kondisi dimana balita maupun anak-anak mengalami kekurangan gizi yang menyebabkan kondisi tubuh mereka menjadi kurus (wasting).
Kemudian masalah gizi ganda selanjutnya ialah gizi lebih dimana kondisi balita maupun anak-anak mengalami pertumbuhan badan secara signifikan atau lebih dikenal dengan obesitas. Akibat dari masalah ini adalah menyebabkan munculnya ragam penyakit pada anak dengan rentan usia 0-5 tahun.
Adanya masalah gizi buruk menyebabkan terhambatnya pertumbuhan dan kesehatan pada tumbuh kembang anak serta pertumbuhan lebih yang tak seharusnya pada usianya. Diantara penyebab masalah gizi ganda ini yakni; Pertama, pemberian makan yang terbatas dalam jumlah, kualitas dan variasi.
Kedua, penyakit yang mungkin memiliki konsekuensi jangka panjang untuk pertumbuhan. Ketiga, Infeksi subklinis (penyakit menular) akibat dari paparan lingkungan yang terkontaminasi dan kebersihan yang buruk. Dan, keempat, pemberian makanan dalam jumlah yang banyak tetapi tidak memperhitungkan kadar nutrisinya.
Baca juga: Menyongsong Kapolri Baru, Tak Sekadar Nama dan Lulusan Tahun Berapa
Melihat kondisi ini, permasalahan gizi buruk di dunia terutama di Indonesia yang semakin kompleks bukan tidak mungkin semakin mengancam keberadaan anak-anak pada tumbuh kembangnya. Di sisi lain, pemenuhan gizi yang bernutrisi tentu harus dibarengi dengan kondisi keuangan rumah tangga yang memadai agar terjamin dan terpenuhinya kesehatan anak.
Dalam menyikapi hal tersebut, Indonesia bersama negara-negara yang tergabung dalam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) berkomitmen untuk mengakhiri segala bentuk permasalahan malnutrisi pada tahun 2030. Indonesia juga menargetkan pada tahun 2025 untuk menurunkan stunting (pendek) dan wasting (kurus) pada balita.
Inilah perkembangan status perbaikan gizi di Indonesia dan langkah nyata dalam menurunkan gizi buruk di Indonesia. (Kitabisa.com, 23/10/19)
Resolusi Indonesia dan negara-negara PBB lainnya dalam mengakhiri permasalahan gizi buruk terbilang membawa angin segar apalagi bagi penduduk yang tergolong dalam garis kemiskinan.
Namun permasalahan gizi buruk bukan hanya sekedar pada ketidakmampuan para orang tua memenuhi kebutuhan gizi anaknya apalagi yang tergolong dalam garis kemiskinan akibat faktor ekonomi yang rendah.
Tetapi, permasalahan ini pun diakibatkan oleh faktor sosial masyarakat serta pendidikan yang rendah khususnya bagi perempuan. Rendahnya taraf pengetahuan ini lebih memungkinkan berpengaruh pada pemenuhan kesehatan anak dan keluarga.
Karenanya, dalam penyelesaian masalah gizi buruk dibutuhkan penanggulangan cepat oleh pemerintah tanpa harus ikut terlibat dengan negara luar yang memungkinkan negeri ini akan terlibat utang piutang dengan negeri kapitalis.
Dengan pemanfaatan SDA yang begitu melimpah ruah, pemerintah bisa saja melakukan regulasi ketahanan pangan untuk menghasilkan makanan yang sehat dan bergizi bagi masyarakat terlebih bagi yang kurang mampu.
Baca juga: Senja Kala Hari Anak se-Dunia
Dalam perspektif Islam, kesehatan merupakan hal yang penting dan harus segera ditangani. Apalagi terkait pemenuhan gizi bagi balita dan anak-anak yang merupakan generasi emas harapan bangsa dan agama. Pemerintah dan negara diharapkan segera meregulasi kebijakan yang tentunya menyangkut kesejahteraan umat.
Karena pada dasarnya permasalahan gizi buruk adalah masalah yang menjadi tanggung jawab semua pihak. Pemerintah harus mampu menjamin kehidupan yang layak dan sejahtera untuk warganya sehingga distribusi pangan dan ekonomi masyarakat dapat tumbuh dengan baik dan akan berdampak pada kesejahteraan masyarakat sehingga mampu mencukupi kebutuhan sehari-hari secara layak.
Pengentasan kemiskinan merupakan salah satu solusi dari terjadinya kondisi rawan pangan, mengingat kemiskinan merupakan penyebab utama dari terjadinya rawan pangan.
Selain itu, upaya negara pun wajib menyediakan lapangan pekerjaan sebab hal ini berpengaruh pada imbasnya daya beli masyarakat.
Tak sampai disitu saja, negara pun wajib menyediakan akses kesehatan seperti pembangunan rumah sakit, fasilitas kesehatan gratis, pelayanan kesehatan gratis, tenaga medis yang handal serta jaminan pendidikan bermutu agar masyarakat paham terkait pemenuhan gizi pada anak.
Dengan demikian, pada prinsipnya gizi buruk dapat ditekan dengan pola hidup sehat yang harus diperhatikan oleh setiap keluarga.
Dengan mengetahui kandungan gizi dari makanan yang dikonsumsi akan berdampak langsung terhadap jumlah asupan gizi yang kita miliki. Islam menekankan makanan yang dikonsumsi oleh seluruh manusia dengan memperhatikan dua kriteria penting yaitu baik dan halal. Dengan begitu makanan yang kita konsumsi harus diseleksi sehingga dapat membantu pertumbuhan tubuh dan kesehatan.
Disisi lain, persoalan gizi buruk dapat ditekan angkanya dengan memperhatikan ketiga aspek penting dalam kehidupan masyarakat yaitu ketersediaan pangan yang berkualitas, pemerataan sosial dan pemberdayaan masyarakat. Dengan tiga aspek ini diharapkan dapat meminimalisir terjadinya gizi buruk dan mampu meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat. Wallahu A'lam Bishshowab. (*)