'Humble'

Suryadi, telisik indonesia
Sabtu, 28 September 2024
0 dilihat
'Humble'
Suryadi, Pemerhati Budaya & Kepolisian. Foto: Ist.

" Brimob dikerahkan untuk kepentingan penanggulangan bencana alam, serta pencarian dan penyelamatan (SAR, search and rescue) berikut dampak yang ditimbulkan akibat bencana. Mereka terampil menyiapkan dapur umum untuk masyarakat, khusus di daerah bencana dan sekitarnya "

Oleh: Suryadi

Pemerhati Budaya & Kepolisian

"SAYA orang ndeso, asal Lawang, Malang, Jawa Timur. Bapak saya sudah almarhum. Dulu di kampung, Bapak buruh tani, nggak punya lahan tanah sendiri." --Komjen Pol Drs. Imam Widodo, M.Han, Depok, Jabar, Senin, 30/10/2023--

...Di sini aku belajar untuk merangkak// Membumi, dan tidak lupa diri// sebab, siapalah aku yang berani mengangkasa// lantas lupa terhadap leluhurnya// Sungguh, jika aku demikian, celakalah (Juli 2023, Tim KKN UNM Malang) --Imanuela Putri. "Kunang-Kenang di Mulyoarjo", Mei 2024: hal.96--

Brigade Mobil (Brimob) bagian tak terpisahkan dan takkan terbelahkan dari Kepolisian Republik Indonesia (Polri). Brimob merupakan special force  Polri untuk menghadapi kegentingan dan gangguan berintensitas tinggi dalam kualifikasi mampu menghadapi gangguan keamanan dalam negeri (kamdagri). Cirinya, bergerak cepat dalam jumlah kecil-kecil dan efisien.  

Ganguan yang dihadapi (baik bersama unsur TNI dan unsur-unsur lainnya), mungkin terjadi antara lain di perbatasan negara atau gangguan bersenjata di daerah-daerah rawan. Juga, kriminal bersenjata pemasok atau jejaring obat-obatan terlarang yang juga melibatkan orang asing. Kemudian, bersiaga menghadapi kelompok pengacau pengguna bahan kimia, biologi, radioaktif, peledak, dan nuklir.  

Tak hanya itu. Dalam fungsi sosialnya, Brimob dikerahkan untuk kepentingan penanggulangan bencana alam, serta pencarian dan penyelamatan (SAR, search and rescue) berikut dampak yang ditimbulkan akibat bencana. Mereka terampil menyiapkan dapur umum untuk masyarakat, khusus di daerah bencana dan sekitarnya.

Bahkan, pada bencana nasional non alam, termasuk serbuan tiga tahun Covid-19 yang nyaris “mengunci” pergerakan sosial dan ekonomi, seperti belum lama berlalu, Brimob bertindak nyata. Pada peristiwa kemanusiaan ini, mereka bergerak mulai dari awal disinfektanisasi sampai kepada pengawalan vaksin ke seluruh Tanah Air dalam kerangka peningkatan kekebalan anak-anak bangsa Indonesia.

Tak pula luput dari perhatian mereka, yaitu penanggulangan huru-hara (PHH) yang didalangi oleh kelompok atau individu (“berkabut” kelompok), baik bermotivasi politik, ekonomi, maupun lainnya.  

Baca Juga: Refleksi Hari Tani Nasional 24 September 2024: Sulawesi Tenggara Krisis Petani Muda

Pendek kata, Brimob sebagai bagian dari Polri, senantiasa ada dan siaga untuk dikerahkan dalam berbagai momen gangguan kamdagri berintensitas tinggi. Semua melepaskan kepentingan pribadi-pribadi individu personel. Termasuk pengakuan. Harus!  

10 Persen Lebih

Pada awal Agustus 2024 (Kamis, 1/8/24) Korps Brimob menerima 877 personel baru. Mereka terdiri atas lima perwira remaja (paja, satu di antaranya lulusan terbaik/penerima Adhimakayasa Akpol 2024), 178 bintara remaja (baja berpangkat bripda), dan 699 tamtama remaja (taja berpangkat bharada).

Dengan tambahan tersebut, personel Brimob kini berjumlah tak kurang dari 53.693 orang. Bila diasumsikan jumlah total anggota Polri 570.00-an, berarti lebih sedikit dari 10 persen di antaranya adalah personel Brimob. Jumlah ini terdiri atas tamtama (Brimob), bintara, perwira pertama (pama), perwira menengah (pamen), dan jumlah tersedikit perwira tinggi (pati).

Semua anggota Polri dengan masing-masing keahlian dituntut humble (rendah hati). Demikian pula Brimob. Bagaimana tidak, untuk dapat “sukses Polri merupakan sukses masyarakat”, syarat utamanya adalah selalu mendapat dukungan empati dan simpati dari masyarakat. Sebab, masyarakat merupakan lingkungan tempat mereka berkubang sehari-hari. Bukankah tak satu pun persoalan masyarakat lepas dari cermatan polisi? Tentu saja, tak selalu dimaknai menginteli.

Kerendahan hati dengan tidak meninggalkan ketegasan yang berkeadilan, menjadi kunci utama agar di mata rakyat hidup sungguh-sungguh sederhana (tanpa dibuat-buat), nantinya akan berujung pada kemampuan adaptasi (menyesuaikan diri).

Kemampuan beradaptasi (positif) merupakan kunci utama untuk terselenggaranya fungsi pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat. Dengan ini pula sekaligus Brimob telah memberikan perlindungan dan pelayanan kepada masyarakat.

Dalam kerangka itulah fungsi dan tugas menjaga kamdagri yang diembannya, insyaAllah akan dapat terlaksana secara efektif. Kondisi serupa ini, tentu akan membuka ruang kondusif dalam penegakkan hukum yang berkeadilan (baca UU RI N0. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian).

Ngombe

Di awal tulisan ini sengaja dicuplikkan kalimat Komandan Korps Brimob Polri, Komjen Pol. Drs. Imam Widodo, M.Han kepada penulis beberapa waktu lalu. Selain juga, sepenggal puisi dari bagian akhir tulisan hasil penelitian Imanuela Dewanty dkk di Mulyoarjo –desa yang tak jauh dari asal Imam di Lawang, Malang, Jatim.

Baca Juga: Kekayaan Alam Dikeruk, Rakyat Kian Terpuruk

Karya hasil penelitian Imanuela yang akrab disapa Putri (dkk) itu dibukukan dengan judul Kunang-kenang di Mulyoarjo (KKM) terbit pada Mei 2024. Dosen Bahasa Jawa Universitas Negeri Malang (UNM), Teguh Tri Wahyuni, M.A. pada pengantar  karya literasi ini mengaku, teringat pada dua rangkaian ungkapan (Jawa) warisan leluhur:  urip mung mampir ngombe dan mikul ndhuwur mendhem jero.

Teguh melanjutkan, ungkapan pertama mengungkapkan masyarakat sebagai sumur pengetahuan selaku pewaris sastra dan tradisi lisan yang layak ditimba. Ungkapan yang kedua, terwujud dalam bentuk narasi berbagai jasa para leluhur yang terungkap dan berbagai sisi negatif mereka yang dipendam dalam-dalam.

Bukankah untuk ngombe (minum) dalam artian menimba sebanyak-banyaknya ilmu dari masyarakat, memerlukan kerendahan hati? Memang, masih terlalu banyak mutiara kearifan yang patut diangkat dan diasah untuk kelangsungan hidup di berbagai profesi.

Gengsi-gengsian dengan alasan bahwa warisan leluhur sudah ketinggalan oleh kemajuan teknologi tinggi, justru seperti berharap burung nan terbang, sementara burung di tangan dilepaskan.

Masih terlalu banyak kerafiran leluhur yang patut dipedomani namun belum  terungkap ke permukaan hanya lantaran kemalasan membaca. Membaca apa yang ada  pada ke dalamannya. (*)

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS 

Artikel Terkait
Baca Juga