Sulitnya Menjual Kandang Ayam, Tirai hingga Sapu dari Olahan Bambu

Kardin, telisik indonesia
Rabu, 17 Maret 2021
0 dilihat
Sulitnya Menjual Kandang Ayam, Tirai hingga Sapu dari Olahan Bambu
Seorang Ibu edang mengolah bambu. Foto: Kardin/Telisik

" Jadi semua harga itu tergantung besaran yang dibuat. "

KENDARI, TELISIK.ID - Pelaku UMKM tradisional seperti pengrajin bambu terus berupaya mengembangkan bisnisnya.

Seperti pengrajin bambu yang bertempat di Jl By Pass Lepo-lepo Kendari, yang mengolah bambu dengan berbagai model, mulai dari tirai bambu, kandang ayam hingga sapu ijuk dan lidi.

Ibu paruh baya yang kerap disapa Mama Ningsih, merupakan salah satu dari sekian pengrajin di Kota Kendari yang masih setia dengan usahanya. Bersama Sang suami, ia mengolah bambu menjadi alat-alat rumah tangga.

Mama Ningsih mengaku sudah menggeluti usahanya itu sejak tiga tahun silam. Hasil kerajinan bambunya pun dijual dengan harga bervariasi, tergantung bentuk dan besarannya.

Kata dia, untuk tirai bambu dibanderol dengan harga mulai Rp 130 ribu hingga Rp 150 ribu per buah, tergantung besarannya. Begitu juga kandang ayam dihargai mulai Rp 40 ribu sampai Rp 150 ribu.

"Jadi semua harga itu tergantung besaran yang dibuat," katanya, Rabu (17/3/2021).

Baca juga: Google Dituntut Rp 72 Triliun, Diduga Karena Pelacakan Aktivitas Incognito

Mama Ningsih juga mengaku, setiap harinya hasil kerajinan bambu itu dijual secara keliling di area Kota Kendari menggunakan kendaraan roda dua. Hasil jualannya pun hanya bisa mengidupi keluarga sehari-harinya.

"Kadang juga ada yang laku, tapi kadang juga tidak laku. Jadi tidak menentu dalam seharinya," paparnya.

Sementara bahan baku bambu sendiri didapatkan dari wilayah Kecamatan Wolasi, Konawe Selatan (Konsel) dengan dibeli seharga sekira Rp 2 juta untuk satu ret.

"Modalnya juga banyak, karena kita belinya di luar kota," ungkapnya.

Sebelum menjadi bahan rumah tangga, bambu-bambu yang masih baru terlebih dahulu dijemur selama beberapa hari kemudian diolah menjadi berbagai macam barang untuk kemudian dijual kembali.

"Kalau cuaca panas banyak yang dihasilkan, tapi kalau musim hujan bambu lama kering. Apalagi di sini sering banjir," pungkasnya. (B)

Reporter: Kardin

Editor: Fitrah Nugraha

TAG:
Artikel Terkait
Baca Juga