Temuan Ilmuan Mengenai Bulan, Ini Studi Terbarunya

Nur Khumairah Sholeha Hasan, telisik indonesia
Selasa, 11 Oktober 2022
0 dilihat
Temuan Ilmuan Mengenai Bulan, Ini Studi Terbarunya
Ilmuan menemukan hipotesis terbaru mengenai proses terbentuknya Bulan yang dikeluarkan oleh sebuah jurnal American Astronomical Society pada 4 Oktober 2022 lalu. Foto: Repro brilionet.net

" Bulan bisa saja terbentuk setelah tabrakan dahsyat yang merobek sepotong Bumi dan melemparkannya ke luar angkasa. Bulan bisa terbentuk hanya dalam beberapa jam "

KENDARI, TELISIK.ID - Kita mengenal jika proses pembentukan Bulan dari puing-puing yang tersisa dari tubrukan antara Bumi dan benda seukuran planet Mars yang disebut Theia, sekitar 4,5 miliar tahun yang lalu.

Hipotesis ini pula yang paling diakui oleh ilmuan saat ini tentang proses terbentuknya Bulan. Bulan secara tradisional dianggap telah menyatu dari puing-puing yang dikeluarkan oleh dampak raksasa ke Bumi awal.

Namun baru-baru ini sebuah jurnal dikeluarkan oleh American Astronomical Society pada 4 Oktober 2022 lalu. Jurnal tersebut berjudul Immediate Origin of the Moon as a Post-impact Satellite ini mengatakan, proses terbentuknya Bulan hanya beberapa jam saja.

Dilansir dari sindonews.com, Bulan bisa saja terbentuk setelah tabrakan dahsyat yang merobek sepotong Bumi dan melemparkannya ke luar angkasa. Bulan bisa terbentuk hanya dalam beberapa jam.

Baca Juga: Simak 8 Fitur Baru WhatsApp di Bulan Ini

Hipotesis ini berdasarkan simulasi superkomputer yang dibuat pada resolusi yang lebih tinggi daripada sebelumnya, menunjukkan bahwa pembentukan Bulan mungkin bukan proses yang lambat dan bertahap.

Untuk menyelidiki pembentukan Bulan setelah tabrakan, para ilmuwan menggunakan program komputer yang disebut SPH With Inter-dependent Fine-grained Tasking (SWIFT).

Mengutip Kompas.com, program itu dirancang untuk mensimulasikan jaringan gravitasi yang kompleks dan selalu berubah, serta gaya hidrodinamik yang bekerja pada sejumlah besar materi.

Baca Juga: Ilmuan Temukan Golongan Darah Baru Secara Tak Sengaja

Melakukannya secara akurat bukanlah tugas komputasi yang sederhana, jadi para ilmuwan menggunakan superkomputer untuk menjalankan sistem program yang dijuluki COSMA di fasilitas Distributed Research Utiling Advanced Computing (DiRAC) Universitas Durham.

Menurut Jacob Kegerreis, seorang ahli kosmologi komputasi di Universitas Durham di Inggris, untuk dampak raksasa resolusi simulasi standar biasanya antara 100.000 dan 1 juta partikel. Namun, dalam studi baru dia dan rekan penelitinya mampu memodelkan hingga 100 juta partikel.

"Dengan resolusi yang lebih tinggi, kami dapat mempelajari lebih detail, seperti teleskop yang lebih besar yang memungkinkan Anda mengambil gambar dengan resolusi lebih tinggi dari planet atau galaksi yang jauh untuk menemukan detail baru," kata Kegerreis kepada Live Science, seperti dilansir dari sindonews.com. (C)

Penulis: Nur Khumairah Sholeha Hasan

Editor: Haerani Hambali

Baca Juga