Tiga Negara Kuat Blok Barat akan Akui Kemerdekaan Palestina September 2025, Israel Kebakaran Jenggot
Ahmad Jaelani, telisik indonesia
Jumat, 01 Agustus 2025
0 dilihat
Tiga negara Barat akui Palestina, Israel panas dan lantang bereaksi keras. Foto: Repro BBC.
" Tiga negara berpengaruh dari blok Barat akan menyampaikan pengakuan resmi terhadap kemerdekaan Palestina pada Sidang Umum PBB ke-80 yang akan digelar pada September 2025 "

YERUSALEM, TELISIK.ID - Tiga negara berpengaruh dari blok Barat akan menyampaikan pengakuan resmi terhadap kemerdekaan Palestina pada Sidang Umum PBB ke-80 yang akan digelar pada September 2025.
Langkah ini menandai pergeseran geopolitik yang signifikan dan mengundang reaksi keras dari Israel, yang menyebut pengakuan tersebut sebagai ancaman serius bagi eksistensi negaranya.
Perkembangan ini menjadi bagian dari respons global atas krisis berkepanjangan di Jalur Gaza. Negara-negara Barat mulai menunjukkan sikap lebih vokal terhadap penderitaan rakyat Palestina dan stagnasi proses perdamaian Timur Tengah.
Prancis, Inggris, dan Kanada telah mengonfirmasi niat mereka untuk secara resmi mengakui Negara Palestina dalam forum internasional tertinggi tersebut.
Hingga April 2025, Palestina telah memperoleh pengakuan dari 147 negara anggota PBB. Ini mencakup sekitar 75 persen dari total anggota organisasi dunia tersebut.
Baca Juga: Tsunami Sapu Pesisir Rusia, Ini 10 Wilayah Indonesia Timur Berimbas
Selain itu, Vatikan yang memiliki status pengamat di PBB juga telah mengakui Palestina sebagai negara, memperkuat dukungan moral dan diplomatik terhadap perjuangan kemerdekaan Palestina.
Presiden Prancis Emmanuel Macron menjadi pemimpin Barat pertama yang secara terbuka menyampaikan rencana pengakuan resmi terhadap Palestina. Pada 24 Juli 2025, Macron menyatakan bahwa negaranya akan mengambil sikap tegas pada Sidang Umum PBB mendatang.
"Sesuai dengan komitmen historisnya untuk perdamaian yang adil dan abadi di Timur Tengah, saya telah memutuskan bahwa Prancis akan mengakui Negara Palestina," ujar Macron, seperti dikutip dari CNN Indonesia, Jumat (1/8/2025).
Ia menekankan bahwa kekerasan di Gaza harus segera diakhiri dan rakyat sipil perlu diselamatkan. Dengan memberikan pengakuan ini, Prancis berharap mampu mendorong proses dialog dan negosiasi damai yang selama ini mandek.
Sikap Macron mencerminkan keinginan Prancis untuk memainkan peran aktif dalam mengatasi krisis kemanusiaan di Timur Tengah.
Tak lama setelah pernyataan Macron, Inggris menyusul dengan komitmen serupa. Perdana Menteri Inggris Keir Starmer mengumumkan bahwa negaranya akan mengakui kemerdekaan Palestina, namun dengan prasyarat tertentu.
Salah satu syarat utama adalah penghentian serangan Israel di Gaza dan pemberian akses kemanusiaan lebih luas kepada warga sipil di wilayah tersebut.
"Saya selalu mengatakan bahwa kami akan mengakui negara Palestina sebagai kontribusi bagi proses perdamaian yang tepat, di saat dampak maksimal bagi solusi dua negara," ungkap Starmer dalam pernyataannya.
Ia menegaskan bahwa pengakuan akan diberikan jika Israel bersedia menghentikan agresi dan mengambil langkah konkret menuju gencatan senjata.
Pada saat yang sama, Kanada juga mengambil posisi serupa. Perdana Menteri Kanada Mark Carney menyampaikan pada 30 Juli 2025 bahwa negaranya akan mengakui kemerdekaan Palestina di forum Sidang Umum PBB bulan September mendatang.
"Kanada bermaksud untuk mengakui Negara Palestina pada Sidang ke-80 Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada bulan September 2025," kata Carney.
Menurut Carney, keputusan ini tidak hanya didasarkan pada situasi kemanusiaan, tetapi juga sebagai bentuk dukungan terhadap reformasi internal yang dijanjikan Otoritas Palestina.
Salah satu reformasi tersebut adalah janji Presiden Mahmoud Abbas untuk menggelar pemilu pada 2026 dengan tidak melibatkan Hamas dalam prosesnya.
Israel menanggapi perkembangan ini dengan kemarahan terbuka. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyebut bahwa pengakuan terhadap Palestina merupakan "landasan untuk menghancurkan Israel.
" Ia mengecam keras keputusan para pemimpin Barat dan menyebutnya sebagai bentuk pembenaran terhadap "terorisme Hamas."
Dalam pernyataan terpisah, Kementerian Luar Negeri Israel menilai bahwa perubahan sikap Kanada adalah
"hadiah bagi Hamas dan membahayakan upaya untuk mencapai gencatan senjata di Gaza dan kerangka kerja untuk pelepasan sandera."
Pernyataan ini menunjukkan bahwa Israel melihat pengakuan tersebut sebagai bentuk tekanan politik yang tidak adil terhadap mereka.
Duta Besar Israel untuk Kanada, Iddo Moed, juga menyuarakan ketidaksetujuan negaranya. Ia menegaskan bahwa Israel tidak akan tunduk pada tekanan internasional yang dinilainya tidak seimbang.
"Israel tidak akan tunduk pada kampanye tekanan internasional yang menyimpang terhadapnya," tegas Moed.
Pernyataan keras juga datang dari Netanyahu yang menanggapi langsung langkah Inggris. "Starmer memberikan hadiah atas terorisme mengerikan Hamas dan menghukum para korbannya," ujar Netanyahu dalam unggahannya di media sosial X.
Ia bahkan menyebut bahwa pengakuan terhadap Palestina akan menghadirkan ancaman jihadis bagi Inggris di masa depan.
"Negara jihadis di perbatasan Israel HARI INI akan mengancam Inggris BESOK. Upaya menenangkan teroris jihadis akan selalu gagal. Anda pun akan gagal. Hal itu tidak akan terjadi," tulis Netanyahu sebagaimana dikutip dari Politico.
Baca Juga: Viral, Boneka Annabelle Hilang saat Penjaga Dan Rivera Tewas dalam Kamar Hotel
Sementara itu, Keir Starmer menjawab tekanan internasional dengan ultimatum yang tegas terhadap Israel.
"[Israel harus] mengakhiri situasi yang mengerikan di Gaza, menyetujui gencatan senjata dan berkomitmen untuk perdamaian jangka panjang yang berkelanjutan, (dan) menghidupkan kembali prospek (solusi dua negara)," ucap Starmer.
Langkah ketiga negara ini, Prancis, Inggris, dan Kanada, dipandang sebagai bentuk desakan diplomatik yang kuat kepada Israel. Mereka berharap pengakuan terhadap Palestina dapat menciptakan momentum baru untuk mendorong perundingan damai yang realistis di tengah konflik yang terus memburuk.
Sikap berani ini muncul di tengah tekanan global yang semakin meningkat terhadap Israel. Data dari Kementerian Kesehatan Gaza menunjukkan lebih dari 100 warga Gaza, sebagian besar anak-anak, meninggal karena kelaparan. Lebih dari 900 ribu anak kini mengalami kelaparan akut, dan sekitar 70 ribu menunjukkan tanda-tanda malnutrisi.
Dengan deklarasi yang akan disampaikan di panggung PBB September mendatang, dunia menanti apakah pengakuan resmi terhadap Palestina oleh kekuatan besar ini akan membawa angin segar bagi perdamaian, atau justru memperuncing konflik geopolitik di kawasan Timur Tengah. (C)
Penulis: Ahmad Jaelani
Editor: Kardin
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS