Tradisi Kapelanto, Representasi Budaya dari Buton Selatan

Ali Iskandar Majid, telisik indonesia
Senin, 08 Januari 2024
0 dilihat
Tradisi Kapelanto, Representasi Budaya dari Buton Selatan
Penghantaran Rakit Kapelanto di pesisir Pantai Laompo, Batauga, Buton Selatan. Foto: Ist.

" Tradisi Kapelanto merupakan suatu cara masyarakat Buton Selatan untuk menggambarkan rasa syukurnya kepada Sang Maha Pencipta, yang direpresentasikan ke dalam bentuk ritual adat budaya "

BUTON SELATAN, TELISIK.ID - Tradisi Kapelanto merupakan suatu cara masyarakat Buton Selatan untuk menggambarkan rasa syukurnya kepada Sang Maha Pencipta, yang direpresentasikan ke dalam bentuk ritual adat budaya.

Di Kelurahan Laompo, sering kali digelar ritual adat Kapelanto atau masyarakat setempat biasa menyebutnya dengan Larung Laut, yang mana digelar setahun sekali pada bulan Januari.

Ritual adat yang sempat ditinggalkan masyarakat selama kurang lebih 50 tahun akhirnya digelar kembali. Hal ini dilakukan karena banyak musibah yang menimpah warga Kelurahan Laompo, Batauga, khususnya warga yang sering beraktivitas di tengah laut.

"Sempat dihentikan ritual adat Kapelanto selama 50 tahun lamanya dan dilakukan kembali oleh masyarakat, sebab sering terjadi nelayan hilang dan orang tenggelam di sekitar laut Batauga," ujar La Daade, Perangkat Adat Laompo, Senin (8/1/2024).

Baca Juga: Pesona Malam Taman Lapulu Jadi Wisata Baru Kendari

La Daade mengungkapkan, setelah digelar kembali ritual adat Kapelanto sudah jarang bahkan tidak ada lagi kasus serupa yang terjadi di Kelurahan Laompo, bahkan saat ini hasil laut yang diperoleh para nelayan begitu melimpah.

"Setelah dilakukan kembali sudah jarang atau bahkan tidak ada lagi kasus nelayan hilang atau orang tenggelam, bahkan hasil tangkapan nelayan semakin bertambah," Ungkapnya.

Rizal, seorang nelayan di Kelurahan Laompo juga membagikan pengalamannya selama melaut sebelum dan sesudah digelarnya kembali ritual adat Kapelanto.

Ia bercerita, setelah dilakukan kembali ritual adat Kapelanto, hasil laut yang ada di wilayah laut Batauga semakin berlimpah. Para nelayan lainnya juga merasakan hal yang sama, khususnya ketika turun melaut pada malam hari.

Rizal dan para nelayan lainnya tidak pernah mendapatkan hal-hal ganjal di tengah laut, serta kembali pulang ke rumah masing-masing dengan keadaan selamat dan sehat.

"Alhamdulillah hasil laut semakin meningkat, ini bukan hanya saya saja yang merasakan tapi teman-teman juga ikut merasakan dan selama melaut kami tidak pernah menemui hal-hal aneh di tengah laut khususnya pada malam hari, begitu juga ketika perjalanan menuju ke rumah (daratan) kami masih dalam perlindungan Allah swt," cerita Rizal.

Baca Juga: Pantai Jodoh Batauga, Rekomendasi Healing Buat Kawula Muda, Siapa Tahu Dapat Jodoh

Rizal juga menyampaikan, kembali lagi kepada individu masing-masing percaya atau tidak, namun sampai saat ini ia mempercayai keharusan dilakukannya ritual adat Kapelanto.

Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan Buton Selatan, La Ode Haerudin mengatakan, adat ritual Kapelanto sudah didaftarkan sebagai kepemilikan warisan budaya yang dimiliki oleh masyarakat Buton Selatan kedalam Kekayaan Intelektual Komunal (KIK).

Bersamaan dengan jumlah isian talang (nampan) yakni berjumlah 8 jenis yang berfilosofi pada jumlah tentakel gurita, yakni diantaranya bendera, telur, tembakau dan sirih pinang gulung, onde-onde, cucur, waje, pisang goreng, dan buah pinang, yang mana termasuk dalam KIK.

"Di Buton Selatan sudah ada 31 sertifikat KIK yang sudah didaftarkan termasuk didalamnya ritual adat Kapelanto bersamaan dengan isian talangnya yang memiliki 8 jenis item menurut jumlah tentakel gurita," La Ode Haerudin saat ditemui selepas acara ritual Kapelanto di  Pesisir Pantai Laompo. (A)

Penulis: Ali Iskandar Majid

Editor: Fitrah Nugraha

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baca Juga